Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Titik Balik Seorang Penerbang

19 April 2022   18:15 Diperbarui: 19 April 2022   18:22 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instrumen bisa hanya berupa indikasi awal, sedangkan kontrol pesawat ada pada penerbang (Foto: Claus Norgaard/Pixabay.com)

Seorang penerbang memang manusia biasa sama dengan seluruh penduduk dunia ini hanya saja ketika seseorang memutuskan untuk menjadi seorang penerbang, ia pasti sudah mengetahui segala bentuk konsekuensi serta tuntutan dari profesi tersebut terhadap dirinya.


Dan sebagai manusia biasa pula, seorang penerbang tidak pernah luput dari kesalahan dalam kehidupannya, akan tetapi ketika dia melakukan kesalahan saat dalam melakukan pekerjaannya ataupun duduk di kokpit itu akan membawa resiko yang besar baik kepada dirinya sendiri dan banyak orang.


Seorang penerbang adalah merupakan satu kesatuan sistem ketika berada di kokpit dimana output dari sistem tersebut dalam penerbangan adalah keselamatan, untuk itu seorang penerbang dituntut untuk mengeliminasi segala kemungkinan akan terjadi kesalahan yang dia lakukan.


Tidak ada penerbangan yang sempurna, akan selalu terjadi kemungkinan adanya gangguan selama penerbangan baik itu teknis maupun non teknis, namun biasanya kebanyakan masalah teknis yang selalu menuntut seorang pilot untuk selalu dalam keadaan sadar dan fokus dalam mengendalikan segala situasi yang terjadi.


Keadaan sadar bukan berarti tidak tidur atau lelah namun juga terbebas dari segala pengaruh yang dapat mempengaruhi segala tindakan dan keputusan yang diambil.


Ada sebuah cerita yang dilatarbelakangi oleh sebuah fakta mengenai seorang penerbang maskapai di Amerika yang dipenjara karena terbukti mengkonsumsi minuman beralkohol melebihi dari batas yang dianjurkan serta melihat beberapa kasus di Indonesia dimana kita melihat di berita ada pilot yang tertangkap mengkonsumsi narkoba dan melakukan tindakan tidak terpuji.


Seorang penerbang maskapai di Amerika tersebut dan bersama teman seprofesinya pergi ke bar pada malam sebelum dia terbang dan tidak ada rencana untuk meminum alkohol berlebihan sebelumnya namun mungkin karena suasana dan lainnya, dia justru meminum melebihi dari yang seharusnya.


Badan Aviasi Amerika (FAA) memiliki aturan untuk seluruh pilot untuk tidak mengkonsumsi alkohol 8 jam sebelum penerbangan, dan di maskapai tempat ia bekerja justru 12 jam sebelum penerbangan, tergantung dengan jenis alkoholnya.


Keesokan harinya saat ia memulai penerbangan pada jam 05.30 pagi beberapa petugas dari FAA telah mengingatkan dia akan peraturan untuk tidak mengkonsumsi allkohol 8 jam sebelum penerbangan karena ternyata ada seseorang yang melihat dia di Bar pada malam sebelumnya dan melaporkannya.

Instrumen bisa hanya berupa indikasi awal, sedangkan kontrol pesawat ada pada penerbang (Foto: Claus Norgaard/Pixabay.com)
Instrumen bisa hanya berupa indikasi awal, sedangkan kontrol pesawat ada pada penerbang (Foto: Claus Norgaard/Pixabay.com)


Dia tetap terbang dan berhasil mendarat selamat ditujuan akan tetapi sesampainya ditujuan, beberapa orang dari pihak maskapai dan FAA telah menunggu dia.


Setelah dilakukan tes, kandungan alkohol dalam dirinya adalah 3 kali lipat dari batas yang dianjurkan oleh FAA, dan karena hal tersebut dia dipenjara selama 8 bulan dan harus melakukan perawatan untuk menghilangkan kecanduan alcohol selama 5 bulan.


Pada usia yang masih tergolong panjang untuk tetap berkarir sebagai pilot dan berpenghasilan cukup lumayan, kini dia harus berada di penjara dan bangkrut serta ijin sebagai pilot dicabut serta seluruh jam terbang yang telah diraih olehnya hilang.


Bagi pilot maskapai di Amerika tersebut, satu-satunya jalan baginya adalah berhenti mengkonsumsi alkohol dan kehilangan pekerjaan, dan walau sebagai mantan militer dimana kata berhenti berarti menyerah, namun itulah satu-satunya jalan untuk meneruskan kehidupan.


Dalam keadaan bangkrut dan dipenjara, beberapa temannya seprofesi pilot membantu dia dengan pembayaran cicilan rumahnya dan setelah dia keluar dia bekerja di sebuah klinik dengan bayaran per jam dan jumlahnya jauh lebih kecil dari profesi dia sebagai penerbang.


Dalam keadaan sulit, teman-teman seprofesinya membantu lagi dengan meyakinkan seluruh pihak agar dia dapat kembali ke kokpit serta mengembalikan jam terbang yang telah ia raih selama hidupnya dan pada akhirnya dia dapat kembali ke kokpit setelah adanya usaha dari teman-teman seprofesinya serta dukungan dari banyak pihak.


Penerbang memang manusia biasa namun sama seperti pada semua profesi yang memiliki keahlian khusus, seorang penerbang adalah manusia biasa tetapi manusia biasa yang dituntut selalu lebih baik saat berada di dalam kokpit.


Kesalahan yang dilakukan oleh penerbang tersebut berakhir pada titik balik dalam kehidupannya serta merupakan hal yang sangat manusiawi tinggal hanya bergantung pada setiap insan masing-masing dalam menentukan kapan titik balik itu akan dilewatinya, apakah sedini mungkin atau nanti ketika segalanya seperti sudah terlambat.


Untuk menjadi seorang pilot membutuhkan proses yang tidak singkat dan biaya yang tidak sedikit pula namun beberapa botol alkohol dapat mengubah dan memutarbalikan kehidupan seperti yang dialami penerbang tersebut.


Titik balik memang bukan sebuah akhir dari segalanya namun titik awal bagi seorang manusia lebih baik dalam artian kematangan dalam berpikir dan bertindak dalam profesi apapun itu termasuk pilot atau kru pesawat lainnya.


Sehingga titik balik seharusnya sudah dilalui oleh setiap insan saat memutuskan untuk melangkah ke fase kehidupan berikutnya, sebuah titik awal kehidupan yang lebih baik.


Manusia memang tempatnya kesalahan namun titik balik dapat meminimalisir segala kesalahan kesalahan dengan kematangan dalam berpikir dan bertindak untuk mengeliminasi segala kemungkinannya seperti godaan dan lainnya.

Dan jika penerbang dalam cerita tersebut masih berdinas di kemiliteran, mungkin cerita tersebut akan berakhir berbeda karena pada dunia kemiliteran,  seorang penerbang tidak hanya dituntut untuk menjadi penerbang yang profesional saja tetapi juga sebagai perwira yang profesional sehingga titik balik nya dilewati sedini mungkin.

Referensi cerita : Satu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun