Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Beberapa Hal Penting tentang Penerbangan Lintas Samudra Atlantik

18 Maret 2022   19:51 Diperbarui: 20 Maret 2022   01:53 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi A-350 yang memiliki ETOPS 370 (tpicturepixabay.com)

Penerbangan dari barat ke timur biasanya dibantu dengan aliran udara yang disebut dengan jetstream sehingga adakalanya lebih cepat, sedangkan penerbangan dari timur ke barat terkadang dihadapi oleh angin yang berlawanan (headwinds).

Dan sejak keberadaan pesawat menggantikan kapal laut untuk melakukan perjalanan dari Benua Amerika ke Eropa dan sebaliknya, sejak itu pula rute penerbangan ini menjadi yang paling padat.

Faktor keselamatan penerbangan sudah menjadi yang utama pula ketika itu, Bureau Air Commerce (sebelum ada FAA) pada tahun 1936 memberlakukan aturan 60 Minute (60 Minute Rule) yang melarang semua pesawat baik bermesin dua, tiga, dan empat untuk terbang di luar waktu tempuh 60 menit dari bandara terdekat agar dapat melakukan pendaratan emergency, aturan ini kemudian ditingkatkan menjadi 90 Minute oleh ICAO pada tahun 1950 an.

Munculnya pesawat jet bermesin dua seperti Airbus A-300 yang dioperasikan oleh beberapa maskapai untuk penerbangan lintas Samudra Atlantik Utara mendorong penerapan standar baru pula.

Pada tahun 1982 Badan Aviasi Sipil Dunia memulai proses menentukan standard pengoperasian pesawat jet bermesin dua pada penerbangan lintas samudra ini dengan mengumpulkan data-data dari pabrikan-pabrikan pesawat, data-data yang dikumpulkan tersebut mencakup informasi operasional pesawat termasuk yang mengacu pada gangguan mesin (mati dan gagal) saat terbang.

Proses dari ICAO ini menghasilkan SARPs (Standards and Recommended Practices) sebagai dasar pemberlakuan ETOPS atau Extended-Range Twin-Engine Operation Performance Standards yang intinya bahwa semua pesawat jet bermesin dua harus memiliki kemampuan tetap terbang dengan hanya dengan satu mesin untuk dapat mencapai bandara terdekat saat terbang melintasi samudra dalam waktu yang berdasarkan pada sertifikasi ETOPS tersebut.

Ilustrasi B-777 300ER dengan ETOPS -330(mehmetkali/pixabay.com)
Ilustrasi B-777 300ER dengan ETOPS -330(mehmetkali/pixabay.com)

Pada tanggal 1 Februari 1985 maskapai TWA menerbangkan rute Boston-Paris dengan pesawat Boeing B-767 200 yang sudah memiliki sertifikasi ETOPS120 dimana hanya pesawat jet bermesin dua ini dapat tetap terbang dengan satu mesin di atas samudra selama 120 menit untuk dapat melakukan pendaratan di bandara terdekat jika dalam keadaan emergency.

Pada perkembangannya batas waktu ETOPS juga meningkat seiring dengan penerapan teknologi yang memungkinkan pesawat jet bermesin dua untuk dapat terbang selama beberapa waktu hanya dengan satu mesin yaitu dengan ETOPS180 hingga ETOPS370.

Sertifikasi ETOPS ini tidak hanya diberlakukan kepada pabrikan saja tapi juga maskapai yang melayani rute lintas samudra dengan memastikan kru dan teknisi nya memiliki kemampuan yang sesuai dengan ETOPS.

Ilustrasi A-350 yang memiliki ETOPS 370 (tpicturepixabay.com)
Ilustrasi A-350 yang memiliki ETOPS 370 (tpicturepixabay.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun