Hal lain yang mendasari pendapat penulis tentang varian F-4 pada pembelian oleh Emerites Arab yang juga memesan 80 unit namun untuk pemilihan modelnya berdasarkan pada jejak pembelian pesawat tempur oleh kita yang biasanya mencakup satu dan dua tempat duduk seperti pada F-16 dan Sukhoi SU 27/30.
Pesawat Dassault Rafale yang juga pesawat tempur generasi 4.5 sudah lebih dari cukup dan bahkan pada latihan (Mock Combat) pada tahun 2009 pesawat Dassault Rafale berhasil menembak jatuh  pesawat Lockheed Martin F-22 Raptor yang merupakan salah satu dari empat pesawat tempur generasi kelima saat ini selain dari F-35, Sukhoii SU-57 Rusia dan Chengdu J-20 Tiongkok.
Untuk ini semua hanya berdasar pada informasi yang penulis himpun dari berbagai sumber, untuk kebenaran dan kepastian latarbelakang pembelian tersebut adalah domain dari TNI yang dalam hal ini TNI AU yang memahami betul akan requirement mereka terhadap sebuah pesawat.
Pada prinsipnya sama dengan pesawat sipil dimana manusia merupakan satu kesatuan sistem ketika sudah berada di kokpit, seberapa canggih pesawat akan dipengaruhi oleh keahlian manusia yang memegang kendali, hal ini juga berlaku pada pesawat tempur.
Dan ketika meluncurkan pesawat dengan teknologi yang tidak jauh penerapan teknologi nya serta dengan keahian dan keberanian para penerbang tempur kita, akan membuktikan serta mempertegas bahwa Indonesia sangat serius dalam mempertahankan kedaulatan udara nya.
Jangan sekali kali masuk ke wilayah udara Burung Garuda tanpa ijin.
Jadi apakah urgent memiiki pesawat tempur bagi sebuah negara? menurut opini penulis jawabannya iya dengan meihat kita tertinggal dalam teknologi pesawat tempurnya yang direpresentasikan dalam klasifikasi generasinya tersebut.
Bagaimana pilot pilot kita bisa secara visual mengidentifikasi pesawat tempur asing yang memiliki kecepatan lebih ?
Dan jika kebetulan kita bisa mendapatkan pesawat dengan harga murah atas dasar seperti ada diskon misalnya, hal tersebut merupakan keuntungan di pihak kita dikala memerlukannya.
Salam Aviasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H