Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyambut Pariwisata Pasca Pandemi

15 Februari 2022   21:58 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:52 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerumunan turis (foto: Olga Ozik/pixabay.com)

Perilaku turis yang tidak menghornati budaya dan mentaati aturan lokal terjadi bukan hanya dikarenakan dari turis itu saja tapi juga bisa disebabkan oleh keistimewaan yang diberikan oleh beberapa anggota masyarakat sekitar 'tertentu' sehingga akan berkesan seperti pembiaran.

Dan akan lebih parah lagi bila keistimewaan tersebut menempatkan penduduk dan wisatawan lokal lebih rendah.

Entah karena khawatir bila turis tersebut tidak akan kembali lagi bila tidak diperlakukan istimewa, di lain sisi penerapan istilah 'tamu adalah raja' yang tidak pada tempat dan waktu yang tepat justru dapat membuat ketidakpatuhan turis pada aturan dan tidak menghornati budaya dan kebiasaan lokal.

Overtourism bisa terjadi pada semua destinasi wisata tidak hanya kota dan ketika ditambah dengan kegiatan pariwisata justru mengusik kehidupan masyarakat lokal maka pembatasan jumlah turis menjadi cara baru mereka melihat pariwisata di masa mendatang.

Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung memang harapan kita namun kita juga harus lebih memperhatikan masyarakat kita sendiri pada satu titik, tidak selamanya semua hal tertuju pada ekonomi tapi juga sosial.

Kegiatan sehari hari masyarakat yang sejatinya justru dapat menjadi daya tarik, bukan yang menghambat dan lebih parahnya lagi seperti yang terjadi di Venice dengan banyaknya penduduk asli nya keluar meninggalkan Venice.

Pariwisata memang pada dasarnya dapat membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal namun ketika banyak yang meninggalkan dan pindah ke tempat lain, masyarakat lokal yang mana yang mendapat manfaat, hal inilah yang terjadi di Venice.

Orang yang tinggal di Venice adalah justru orang luar Venice yang membeli rumah rumah penduduk yang pergi untuk dijadikan restoran, cafe, hotel dan lainnya.

Atas semua ini bisa jadi memang benar bahwa Pandemi tidak hanya menghentikan sementara pariwisata tapi jiuga sebagai waktu, dalam hal ini kota kota tersebut, untuk mengambil satu langkah ke belakang dan melihat apa yang telah dan tengah terjadi pada kehidupan sehari hari mereka.

Keadaan ketika harus berbagi dengan banyaknya turis menumbuhkan pertanyaan apakah merugikan atau menguntungkan, tidak hanya dalam konteks ekonomi saja tapi sosial dan lainnya.

Pada sisi wisatawan sebenarnya juga, pandemi menjadi awal bagi kita untuk lebih menjadi Responsible Traveler serta menghormati, menghargai budaya lokal serta mentaati aturan pada destinasi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun