Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyambut Pariwisata Pasca Pandemi

15 Februari 2022   21:58 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:52 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi sepertinya kini tidak hanya dianggap penyebab terhentinya kegiatan dari industri wisata saja tapi juga sebagai awal dari pariwisata yang baru yang lebih mengedepankan layanan dan kenyamanan masyarakat sekitarnya daripada turis seperti pada pre pandemi.

Banyaknya jumlah turis pada sebuah periode waktu di sebuah kota misalnya, indikasi dari keadaan overtourism sudah mulai dirasakan dampak negatifnya oleh masyarakat kota tersebut.

Keadaan dimana masyarakat lokal tidak mendapat tempat duduk pada transportasi publik, penuh nya restoran dan cafe dengan turis membuat masyarakat lokal tak bisa menyantap makan siang mereka karena singkatnya waktu istirahat.

Perilaku turis yang tidak mentaati peraturan sekitar dan kurangnya menghormati kehidupan lokal adalah beberapa hal yang dirasakan oleh mereka sebelum pandemi.

Kini di awal dimana seluruh destinasi wisata di dunia menyiapkan diri menyambut kembalinya turis turis dengan harapan sebanyak mungkin, beberapa lainnya justru akan lebih tidak berharap jumlahnya sebanyak ketika sebelum pandemi.

Alasannya adalah dampak negatif dari gejala (atau sudah) dari overtourism yaitu mengganggu jalannya kehidupan lokal.

Seperti dikutip dari abc.net.au, beberapa masyarakat kota Kyoto Jepang , Prague, Amsterdam, Barcelona dan sudah pasti Venice Itali mengeluhkan banyaknya turis serta dampak nya seperti perilaku para turis yang tidak mengikuti peraturan, penggunaan alkohol dan hal hal lain seperti yang disebutkan sebelumnya.

Namun bila dilihat lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa semua destinasi diatas adalah daerah perkotaan dimana tanpa turis pun sudah  dibilang padat, jadi mengapa kita yang bukan kota harus melihat ini ?.

Ya benar itu tetapi bagaimana pada sebuah periode waktu jumlah turisnya melebihi dari jumlah penduduk kota tersebut seperti yang terjadi di Venice dengan jumlah penduduknya yang hanya 500 ribu orang namun setiap tahunnya kedatangan 25,juta turis per tahunnya, mereka berkunpul di kerumunan serta antrian dan pada akhirnya apa yang di keluhkan seperti diatas menjadi tergambar jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun