Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gerutuan Pariwisata

7 Februari 2022   20:29 Diperbarui: 7 Februari 2022   21:36 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pulau Komodo (dokpri)

Pernakah kita mengunjungi sebuah destinasi wisata dengan keindahan alam yang luar biasa namun sepi dan terlihat tidak ada pengembangan disana ?

Pada beberapa kesempatan hinggap di beberapa destinasi wisata terutama di Kepulauan Sunda Kecil, pertanyaan tersebut sering muncul dalam pikiran penulis.

Bagi yang belum pernah menjelejahi Kepulauan Sunda Kecil pasti akan mempertanyakan yang sama terlebih Kepulauan Sunda Kecil adalah kawasan untuk terapi mata yang jitu karena keindahan alam yang menyegarkan mata memandang.

Namun gerutuan ini tidak hanya berdasar dengan Kepulauan Sunda Kecil saja tapi dari semua spot spot yang sebenarnya patut dikembangkan, tanpa stempel prioritas sekali pun.

Destinasi wisata bisa pulau, bukit, pantai dan bahkan kota namun jika tidak dikembangkan akan sangat disayangkan.

Keindahan alam memang merupakan modal utama untuk mengembangkan destinasi wisata, paling tidak menjadi dasar namun kadang proses pengembangannya tidak berjalan.

Laksana kita memiliki uang yang berlimpah namun bingung mau diapakan semua uang itu, apakah membeli mobil baru atau membangun kontrakan atau lainnya.

Pada dasarnya sama perlakuannya antara memiliki uang berlimpah dengan keindahan alam dalam hal tujuan untuk memberikan keuntungan dan manfaat, perbedaannya pada si pelaku nya yang akan mengarahkan langkah selanjutnya.

Bagi individu memiliki uang berlimpah bisa saja menghabiskan semua uang hanya pada hal hal yang menyenangkan hati nya, bisa juga ada yang justru menanamkannya sebagai modal sebuah usaha yang akan memberikan keuntungan dan manfaat di kehidupan selanjutnya.

Pada pengembangan destinasi wisata, pelakunya adalah para pemegang kebijakan dengan partisipasi penduduk sekitar, disinilah tempat untuk memulainya.

Penentuan tujuan dengan membuat rencana pengembangan destinasi wisata,  akan tetapi justru terkadang terhenti saat akan memulainya.

Pariwisata adakalanya masih dianggap bukan sebagai investasi, sesuatu yang berkelanjutan, bukan sesaat, bukan untuk hanya satu generasi tapi turun menurun.

Jikapun dipandang sebagai investasi tapi Investasi pada pariwisata berbeda dengan deposito atau saham dimana kita tidak perlu berusaha untuk mengembangkannya tinggal menunggu hasil, pada pariwisata investasi tidak berhenti pada modal ataupun investor tapi usaha yang terus menerus oleh pengembang yaitu pemegang kebijakan dengan partisipasi penduduk sekitar itu tadi.

Dilain sisi mengembangkan destinasi wisata juga sebagai pengembangan bisnis, dan sebagai pemilik bisnis tidak hanya memerlukan modal yang berlimpah tapi juga keahlian dalam mengelola, dan utamanya memiliki visi dan misi yang dapat mengantarkan usahanya mencapai tujuan.

Mungkin karena salah dalam memaknai investasi dalam pariwisata inilah, proses pengembangan destinasi wisata adakalanya menjadi stagnan.

Arah kebijakan dari pemegang kebijakan yang berlainan dalam menentukan prioritas bisa juga kerap mempengaruhi proses ini dengan misalnya memilih sektor lain dalam mengembangkan perekonomian daerahnya, membuat keindahan alam daerahnya hanya pemandangan alam untuk dinikmati tanpa membawa manfat bagi penduduk sekitar.

Kesadaran wisata selalu menjadi perhatian melalui pembentukan Kelompok Sadar Wisata, namun pengembangan destinasi wisata tidak bisa berjalan dengan hanya kesadaran dari satu pihak, perlu penyatuan kesadaran dari penduduk dan pemegang kebijakan, dengan begitu pengembangan dapat berjalan dengan kesatuan tekad, visi dan misi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Kebingungan pada orang yang memiliki uang berlimpah untuk menggunakan uangnya juga terkadang terjadi pada pelaku pada pengembangan destinasi wisata.

Kebingungan pada penetapan konsep yang tepat dan sesuai keadaan dan karakteristik destinasi wisata tersebut terjadi ketika melihat destinasi wisata lain yang sudah berhasil.

Namun bila mengambil contoh dalam konteks pengembangan pulau, semua pulau bisa sama hanya berupa daratan dan pantai tapi penerapan konsep tidak selamanya bisa diterapkan pada semua pulau, perlu adanya pembeda baik dari sisi konsep itu sendiri maupun dari sisi keunikan lokal dari masing masing pulau.

Kesamaan konsep pada produk yang sama akan menciptakan kompetisi sedangkan perbedaan konsep akan memberikan pilihan kepada wisatawan.


Pengembangan destinasi wisata juga terkadang terkendala dengan perbedaan konsep antara pemegang kebijakan daerah dan pusat sehingga apa yang sebenarnya sudah menjadi tekad, misi dan visi mereka terhenti bahkan berubah total dan bisa jadi tidak sesuai dengan karateristik dan kelokalan daerah tempat destinasi wisata berada.


Tidaklah sulit melihat ini semua pada beberapa destinasi wisata kita, ironis bila melihat pulau dengan pantai indah namun terdapat bangunan yang tidak digunakan untuk mendukung aktivitas pariwisata, tidak hanya merusak pemandangan tapi juga menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak membawa manfaat.


Kembali pada perumpamaan orang dengan uang melimpah yang menghabiskan uangnya membeli barang mewah namun tidak mengubah penampilannya menjadi mewah pula.


Destinasi wisata tidak memerlukan asesoris yang mewah, satu bangunan berupa rumah khas daerah di pulau kecil mungkin lebih disukai daripada bangunan tinggi tanpa bentuk, tanpa jelas kegunaannya bagi pengembangan pariwisata.

Sampai lupa ngopi..sekian dan mohon maaf atas kata kata yang tidak berkenan.


Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun