Pada perkembangan selanjutnya, Kill Ratio ini menjadi dasar bagi Angkatan Udara dan Laut Amerika untuk memperkuat armada perangnya dalam menghadapi peperangan di masa depan.
Beberapa pesawat tempur seperti Mcdonnel Douglas F-15, General Dynamcis F-16 dan lainnya bermunculan, tidak hanya dengan teknologi terkini saat diluncurkan tapi juga dalam perkembangannya terbukti meningkatkan kill ratio mereka.
Pesawat  tempur milik Angkatan Udara Amerika Mcdonnel Douglas/Boeing F-15 memiliki kill ratio sempurna dengan 102:0 sedangkan General Dynamics/Lockheed Martin F-16  memiliki kill ratio 76:1 dalam keterlibatannya dalam beberapa operasi dan peperangan seperti Perang Gurun.
Peningkatan kill ratio ini sangat drastis peningkatannya dibanding dengan pesawat pesawat tempur mereka dari generasi sebelumnya, hal ini tidak hanya membuktikan bahwa penerapan teknologi terkini pada pesawat saja tidak cukup, peran pilot dalam mempertunjukan keahliannya menghadapi peperangan diudara juga sangat memainkan peranan.
Perbandingan kill ratio pada pesawat yang sama pada dua arena peperangan telah membuat Amerika menyadari itu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa secanggih apapun itu pesawat, unsur manusia masih menjadi salah satu faktor penentu dalam memenangkan sebuah pertempuran di udara.
Pada generasi kelima pesawat tempur diterapkan teknologi C3 (Command,Control, Communication) untuk memaksimumkan peran pilot pada pesawat tempur yang meningkat pula kemampuan dan kapabilitasnya seperti dari hanya sebagai pesawat serbu menjadi mampu juga kemampuan pemboman atau lainnya (multi role).
Istilah C3 sendiri diadopsi dari penerapan C2 (Command Control) pada pesawat transport namun seiring dengan pesatnya teknologi informasi, penyediaan data yang real time dapat  diaplikasikan pada pesawat tempur pula.
Tujuan dari penerapan C3 adalah untuk mengganggu dan melemahkan sistem komunikasi lawan sehingga akan melemahkan command dan control pihak lawan pada kekuatannya sendiri serta pada waktu yang bersamaan dapat memberikan peringatan kepada kekuatan kita.
Akan tetapi tersirat kabar juga bahwa pada generasi keenam pesawat tempur yang kini masih dalam perdebatan, peran manusia akan dihilangkan alias menjadi pesawat tempur tak berawak.
Namun hal ini sepertinya serta ada kaitannya dengan analisis dari pihak Pertahanan Amerika terhadap masa depan peperangan, seperti halnya tidak akan dibangunnya pangkalan atau base pada medan pertempuran yang mereka anggap rawan akan serangan sehingga mereka membutuhkan pesawat pesawat dengan kemampuan takeoff landing pada landasan pendek (Short Takeoff and Landing serta Vertical Takeoff Landing) dan yang sangat terkini yaitu Future Air Lift (FVL) .