Belakangan ini pay later merupakan hal cukup akrab terdengar saat bertransaksi di berbagai aplikasi besar penyedia jasa baik itu e-commerce, ride hailing, sampai platform pemesanan tiket dan hotel. Perusahaan aplikasi besar ini sedang berlomba-lomba menawarkan kemudahan untuk melakukan pembelian.
Fasilitas beli sekarang bayar kemudian atau yang disebut pay later ini merupakan fasiltas keuangan yang memungkinkan pembayaran dengan cicilan tanpa kartu kredit. Pay later adalah salah satu tren yang sangat diminati oleh generasi milenial saat ini. Bagaimana tidak, sebagai contoh saat pertengahan bulan melihat promo tiket pesawat di aplikasi traveloka, membuat seseorang ingin untuk merencanakan liburan namun saat itu belum gajian. Dengan adanya traveloka pay later memungkinkan untuk bisa membeli tiket pesawat saat itu juga tanpa harus menunggu waktu gajian.
Kemudahan pengajuan kredit yang ditawarkan pay later mebuat orang yang dulu takut untuk berhutang menjadi sangat menikmati layanan ini. Melalui respon atau ulasan yang diberikan konsumen dibeberapa aplikasi besar menyambut dengan positif terkait layanan pay later ini. Sebagian besar yang memberikan respon ini adalah kaum milineal.
Dari awal kemunculannya hingga saat ini layanan pay later di berbagai aplikasi besar juga terus memperluas layanannya. Seperti pay later digojek, awalnya hanya bisa digunakan untuk layanan gofood saja namun saat ini layanan digojek seperti goride, gopulsa, gosend, dan hampir semua layanan gojek bisa dibayar dengan menggunakan layanan pay later.
Kemudahan yang ditawarkan oleh fitur pay later cenderung salah digunakan oleh generasi milineal. Tanpa berpikir panjang mereka justru membeli sesuatu yang seharusnya tidak diperlukan. Inilah yang mendorong perilaku konsumtif generasi milineal. Gaya hidup konsumtif tentu sangat tidak baik terutama untuk kondisi finansial.
Tanpa disadari gaya hidup konsumtif akan menjadi kebiasaan, yang lama-kelamaan akan membentuk sebuah karakter yang sulit untuk diubah. Dalam dunia psikologi kebiasaan ini akan berujung menjadi penyakit yang disebut compulsive buying disorder (CBD) merupakan penyakit kecanduan belanja sehingga sulit mebedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan saja.
Dalam setiap kemudahan yang ditawarkan oleh pay later tentu saja tidak ada yang gratis. Seperti layanan kredit pada umumnya, layanan p tentu juga mengenakan sejumlah biaya yang dikenakan kepada penggunanya. Biaya tersebut dapat meliputi biaya layanan, biaya cicilan, dan biaya tambahan lainnya.
Layanan pay later gojek mengenakan biaya layanan kepada pengguna setiap kali menggunakan layanan pay later. Biaya layanan yang dikenakan setiap periode adalah tetap dan tidak dipengaruhi oleh nilai pinjaman. Sementara itu di traveloka pay later dikenakan biaya cicilan per bulannya 2,14 -- 4,78% per bulannya dari nilai transaksi. Untuk masing-masing juga akan mengenakan biaya tambahan seperti denda saat terlambat melakukan pengembalian. Untuk biaya tambahan ini disesuaikan dengan kebijakan masing-masing aplikasi.
Kaum milineal yang cenderung suka dengan segala sesuatu serba mudah, hendaknya harus memiliki pemahaman mengenai layanan pay later sebelum memutuskan untuk menggunakannya. Jangan sampai iming-iming kemudahan saja yang terus terlihat tetapi mengabaikan sisi negatif. Pemhaman layanan pay later ini perlu agar menghindari sisi negatif gaya hidup konsumtif yang nantinya akan berujung jeratan hutang dan cicilan yang melilit.
Sebelum menggunakan layanan pay later, para pengguna hendaknya mengukur kemampuan dan kebutuhan mereka. Para pengguna pay later terutama kaum milineal juga harus meningkatkan pemahaman mereka menganai literasi keuangan. Kaum milineal harus paham mengenai berbagai produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, serta resikonya. Sehingga layanan pay later dapat dimanfaatkan dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H