Mohon tunggu...
Virni YasmaVara
Virni YasmaVara Mohon Tunggu... Lainnya - Warga sipil

Perempuan muda yang ingin membawa kedua orang tuanya ke tanah suci Mekkah dan Madinah. Dan meraih mimpi-mimpi kecilnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Continued Stories: The Winds Of War Sounded In The New Era Bab 2

18 Mei 2023   19:59 Diperbarui: 18 Mei 2023   20:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Continued Stories: The Winds Of War Sounded In The New Era

Bab 2: Cepat!!

Tiara sadar meskipun sama, dirinya sebagai Tiara sebenarnya memanglah berbeda dengan dirinya sebagai Efelinn. Namun tatapan matanya kembali tajam, Tiara mengingat sesuatu '-- Jika tidak salah ingat, ini juga berlaku di zaman perang besar. Bicara tentang perang besar. Sejak hari itu (hari kami mengalahkan Dierdre), ia telah menghilang secara tiba-tiba dari medan perang. Dengan menggunakan teknik yang sama. Setelah itu semua pasukan musuh terpukul mundur. Dan kami pun gagal menemukannya di seluruh penjuru negeri. Tapi --- apa yang ku lihat hari ini? Pria licik itu muncul kembali di era ini? Era yang sudah sangat jauh dari masa ia dikalahkan?'

Menggertakkan giginya, ia pun menggumam, "Ck, seharusnya pria licik itu sudah mati sekarang! Tapi bagaimana bisa?--" teringat sesuatu ia berhenti sejenak, "--Biasanya orang yang bangkit dari kematian akan terlahir dengan kekuatan 2x lebih dahsyat dari sebelumnya,--" menggeleng-gelengkan kepala, ia sadar tidak seharusnya ia mengatakan itu, "--Sepertinya benar, aku terlalu lama hidup di era damai ini,--" memejamkan matanya sejenak kemudian ia teringat sesuatu. "Ah Tidak!! Jam berapa ini?! Sialan, kemarin aku sudah telat, tidak mungkin hari ini telat lagi--" melihat rentetan angka di arloji G-Shock di pergelangan tangan kirinya. Membuat gadis ini lemas sebentar kemudian berteriak, "Apa!! Jam 07.09?!--" untung saja jalanan cukup sepi, kalau tidak gadis ini akan dikira tidak waras, "--Itu artinya 6 menit lagi bus sekolah bisa saja telah berlalu dari halte--" Ucapnya dalam hati sinambi kakinya tiada henti melangkah maju dengan cepat. Satu menit kemudian, akhirnya ia melihat jalan utama yang dihiasi sibuknya dunia. 'Sial, sangat ramai. Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku di tengah keramaian seperti ini,--' umpatnya dalam hati tanpa mengurangi kecepatan kakinya, '--Aku harus lebih cepat, cepat, lebih cepat lagi,' gumamnya dalam hati tanpa menghiraukan setiap mata dan pikiran orang yang kebingungan saat melihat gadis berseragam yang berlari begitu kencang di sekitar mereka. Mata Tiara berbinar sejenak saat melihat penampakan di depannya, "Itu dia! Halte busnya!--" tanpa sadar ia mengurangi kecepatan larinya, "--Ah tidak, tidak! Itu bus sekolahnya sudah sampai,--" tersadar langkah kakinya pun kembali mencepat, "Tunggu! Kumohon tunggu! Masih ada anak di sini!" Teriak Tiara tanpa mengurangi kecepatan larinya. Merasa mendengar sesuatu, asisten sopir bus sekolah pun menoleh ke sumber suara. Namun, bukannya bereaksi lain asisten Pak sopir yang kala itu berdiri di depan pintu bus pun membelalakkan mata kala melihat---"Ah, Tidaak!!"

Bruak!

Dengan kecepatan lari yang begitu tinggi, Tiara yang hendak memasuki bus pun tak lagi bisa mengerem kecepatannya. Dan hal itu pun berakhir dengan menabrak asisten Sopir bus sekolah. Melihat itu, Pak Sopir yang sedang duduk di kursi pengendali pun hanya menggelengkan kepala. Menekan tombol untuk menutup pintu bus, Pak Sopir pun berseru, "Baiklah kita berangkat!"

Mengabaikan itu, Tiara bangkit dari jatuhnya kemudian berdiri lalu membungkuk dalam-dalam pada rekan Pak Sopir yang masih terduduk di lantai bus, "Maaf! Kumohon maafkan saya," asisten Pak Sopir yang masih terduduk di lantai bus pun hanya memegangi kepalanya yang tidak sakit, kemudian berucap, "Astaga, kamu hampir saja membuatku kaget setengah mati, Nak. Lupakan, kembalilah ke tempat duduk," ujar Asisten Sopir bus sekolah itu. "Baik, terima kasih banyak Pak. Sekali lagi saya mohon maaf," seru Tiara lega. "Ya,--" berdiri dari duduknya kemudian asisten sopir itu melanjutkan,"--Baiklah anak-anak. Jangan ada lagi perbuatan seperti ini. Sekolah sudah mengeluarkan SK untuk tidak memberikan tumpangan kepada siswa yang telat. Bisa dimengerti!" Seru Asisten Pak Sopir dengan sedikit menekan kata-katanya dan juga sedikit menyinggung perilaku Tiara. Menoleh ke arah Tiara yang masih menunduk di sampingnya, Asisten sopir itu pun tersenyum dan kembali bersuara rendah, "Nak Tiara, silakan cari tempat dudukmu," menoleh, Tiara pun mengangguk tanpa tersenyum. Berjalan mencari tempat duduknya, lebih tepatnya tempat duduk sahabatnya. Tiara sama sekali tidak menghiraukan setiap tatapan siswa lain yang terlihat benar sedang mengejeknya. Tidak butuh waktu lama, mata tajamnya akhirnya menangkap dua sahabatnya yang tengah duduk di bangku tiga deret. Salah diantara mereka melambaikan tangan ke arah Tiara, ia adalah Seila. Siswi yang cukup populer di sekolah. Bahkan banyak yang menjulukinya dewinya sekolah. Dan salah satu yang lainnya adalah Daniart, `ternyata manusia nokturnal itu masih tertidur di bangku bus`.

"Astaga, cowok ini ga pernah liat kondisi dan tempat pas ngorok," gumam Tiara lelah melihat tingkah sahabatnya itu. "Ha, biarkan emang gitu deh kalo nokturnal. Oi Tiara sini, ini bangku tiga deret. Sengaja kami sisakan satu untukmu. Dan ngga ngebiarin siapa pun ngedudukin-nya," kalimat itu cukup untuk mengintimidasi seseorang di depan mereka yang tadi hendak duduk di samping dewi nya sekolah itu. Menghela nafas, Tiara mengambil tempat duduknya dan hanya bisa diam menganggapi sahabatnya satu ini yang agak galak, 'Kadang aku mikir, kok bisa ya dia ini dapat julukan dewinya sekolah?' batin Tiara dalam hati. Merasa ada yang aneh Seila pun bertanya, "Apa Kau mengatakan sesuatu Tiara?" Memandang Tiara lekat membuat matanya semakin membulat. Bukan hanya kaget, hal itu benar-benar membuat Tiara terkejut bukan kepalang. Namun, dengan sigap ia menyembunyikan keterkejutannya itu dengan ketenangan, "Tidak ada," jawabnya singkat. "Ck, aku lupa kalau Kau pandai berbohong," gerutu Seila. "Ah baiklah. By the way, bagaimana bisa Kau setelat ini? Kupikir tadi Kau berangkat lebih pagi. Dan masih sempat mengirim Chat padaku saat sampai di taman. Memangnya apa yang terjadi Tiara?" tanya Seila pada Tiara. Belum sempat menjawab, Seila pun melanjutkan kalimatnya, "Ah Tidak, apa jangan-jangan---" menutup mulut dengan kedua tangannya, membuat Tiara sedikit panik dan membuka mulut, "Apa Sei? Ada apa?" melihat Tiara lekat dengan kedua bola matanya Seila pun melanjutkan, "---Apa .. yang ngechat aku tadi itu bukan kamu ya, tapi hantu ..." mendengar itu dari mulut sahabatnya membuat Tiara menyipitkan mata, dengan suara rendah namun sedikit ngegas Tiara pun menanggapinya, "Weeh! Mana ada hantu secantik ini!" seru Tiara kemudian sinambi mengepalkan tangan kanannya pada Seila. Seperti biasa, Seila menanggapinya dengan santai, "Oke-oke, lalu kenapa dong?" Pandangannya terarah pada Tiara. Menghembuskan nafas, Tiara akhirnya teringat setiap kejadian yang mengejutkan-nya pagi ini. "Ceritanya cukup panjang, rasanya lebih baik kita membahasnya saat di sekolah atau sepulang sekolah nanti," . Mendengarnya Seila mulai mulai memahami alasan itu, "Begitu ya, lagi pula kita juga harus nunggu si tolol ini bangun bukan?" Pandangan Seila melirik sinis ke arah pria muda di sampingnya yang tengah tertidur dan bersandar di jendela bus.

Kembali memandang Tiara, gadis itu seperti menunggu jawaban, "Ya, itu benar," pungkas Tiara pendek. Mengambil tumbler kesayangan-nya, Seila mulai membuka dan meneguk sedikit air di dalamnya. Lalu ia mengatakan, "Baguslah, sebentar lagi kita sampai di sekolah,"

Setelah itu, ia menawarkan air di tumbler-nya itu pada Tiara, "Minumlah, bukankah Kau sedikit haus setelah berlari?" ujar Seila. Menyipitkan kedua bola matanya dan memandang sahabatnya itu dengan lekat, Tiara pun mengatakan sesuatu, "Yang benar saja, Kau baru saja menempelkan bibirmu di mulut botol itu Seila ...". Membelalakan mata kemudian Seila tersenyum, "Anggap aja ini fisrt kiss dariku, hahaha".

Melihat tingkah sahabatnya itu Tiara hanya menggumam, "Lebih baik aku mati kehausan, dari pada minum dari botol itu," pungkas Tiara. "Hahaha, terserah Kau saja,", sambung Seila.

Tidak lama kemudian bus sekolah pun telah berhenti. "Tiara, kita sudah sampai," seru Seila saat melihat bus berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Mendengar itu, Tiara pun mengarahkan pandangannya ke arah luar jendela bus. Di sana ia melihat banyak siswa maupun siswi yang berlalu lalang keluar masuk gerbang sekolah. Kemudian ia pun menggumam dalam hati, `Wind Dark ...`

________________________

 Bab 1 bisa di baca di sini:

https://www.kompasiana.com/virni96526/6449e7df08a8b569ff1dad12/continued-stories-the-winds-of-war-sounded-in-the-new-era

________________________

Salam Literasi!

Mohon maaf untuk semua kekurangan(^^)

Penulis,

Virni Yasma Vara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun