Mohon tunggu...
Virni YasmaVara
Virni YasmaVara Mohon Tunggu... Lainnya - Warga sipil

Perempuan muda yang ingin membawa kedua orang tuanya ke tanah suci Mekkah dan Madinah. Dan meraih mimpi-mimpi kecilnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Continued Stories: The Winds Of War Sounded In The New Era

27 April 2023   10:11 Diperbarui: 27 April 2023   10:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pict, Credit by: https://id.pngtree.com;Pembuat: |Hak Cipta 2017-2023|sv.bagoum.com|pinterest.com|Pxfuel|Mocipay| ; Editor Kedua:Fara Yasma

The Winds of War Sounded in the New Era

Bab I: Prolog `Pria Misterius`


Kisah ini adalah kisah tentang salah satu seorang pemimpin tertinggi dari pasukan terkuat, tertata, terpatuh, dan paling dipercaya oleh kerajaan.


Sekitar 800 tahun yang lalu, terjadi perang besar melawan musuh dari ranah kegelapan di Kerajaan Sklira Diamantia. Sebuah perang terbesar dan terdahsyat di Era itu. Ada juga yang mengatakan jika perang itu menjadi perang terbesar sepanjang sejarah manusia di dunia. Namun sayang, perang itu juga yang menjadi perang terakhir dari Jenderal Pemimpin Tertinggi, Jenderal Efelinn dan juga yang terakhir bagi Kerajaan Sklira Diamantia (atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kerajaan Sklira D.)


Sejarah mencatat, jika perang dimenangkan oleh Kerajaan Sklira D. Musuh telah dipukul mundur, tidak ada gencatan senjata dan tidak ada kekalahan. Semua terhenti dalam diam. Meskipun begitu, akhir dari perang adalah perdamaian dan ketentraman seluruh rakyat juga umat manusia. Cendekiawan, ahli Spiritualism, serta para pemimpin pasukan Kerajaan bekerja sama untuk mencari keberadaan pemimpin musuh tanpa mengurangi pertahanan Kerajaan. Namun, semua itu sia-sia. Walaupun hanya setitik, jejak pasukan musuh yang tersisa pun tidak didapat bahkan mayatnya sekalipun. Begitulah legenda menyebutkan dalam sejarah. Banyak yang berasumsi jika kisah itu hanyalah dongeng belaka yang diturunkan oleh nenek moyang untuk anak-anak secara turun-temurun. Banyak juga yang beranggapan jika kisah itu dibuat-buat dan dilebihkan pemerintah untuk menarik para pelancong mendatangi negaranya. Dunia ini begitu rumit, banyak pendapat yang beradu satu sama lain.


Namun, aku berbeda. Aku tidak bisa melihat kisah itu sebagai cerita yang hanya disebut dongeng belaka atau bualan pemerintah. Karena aku tau benar, apa dan bagaimana kejadian, situasi, serta segala hal yang terjadi saat itu. Bagaimana tidak, seseorang yang mereka sebut sebagai Pemimpin Tertinggi dari pasukan terkuat dan Panglima Perang dari perang terbesar di peradaban. Seseorang yang dikenal dunia sebagai Jenderal Efelinn, orang itu --- orang itu tak lain dan tak bukan adalah diriku sendiri.


Sudah sejak 800 tahun yang lalu, aku hanya menikmati hidup dari era ke era dan menikmati perubahan di setiap masa. Tubuh ini mungkin begitu muda. Namun jiwa ini, aku tak lagi bisa menghitung berapa umurnya. Sebagai prajurit penjaga kedamaian, aku tak bisa lari dari mandat terakhir yang diberikan Yang Mulia Raja sebelum kepergiannya. Perintah ini sudah seperti wahyu ataupun kutukan yang diberikan padaku. Aku tidak tahu bagaimana menyebutnya. Karena pada dasarnya, aku hanya akan terlahir dari masa ke masa di setiap era. Untuk menjadi pelindung perdamaian dalam wujud anak manusia. Sebagai penjaga kedamaian, aku merasa bahagia. Kehidupan dengan kedamaian masih terjaga di masa ini.


"Hari ini masih cukup dingin, cuaca ini membuatku lupa jika negara ini beriklim tropis,"  hembusan nafas terlihat bak asap yang keluar dari mulut gadis berambut sebahu itu. "Tidak ada lagi era di masa itu,"sambungnya pada diri sendiri. Dengan mata yang begitu tenang, ia meyakinkan hatinya yang gelisah akan terjaganya kedamaian di era modernisasi ini.


"Oh Benarkah?" sebuah suara yang sedingin dan setajam es tetiba saja terdengar dari belakang gadis berambut sebahu itu.


Membelalakkan mata, kegelisahan dalam hatinya yang hendak tertutup oleh rasa tenang beberapa detik yang lalu, tetiba saja kembali meluap. Menoleh ke belakang, gadis itu mendapati seseorang yang tidaklah asing lagi baginya, "Kau?!!" Tanya gadis itu terkejut dan penuh dengan tatapan mata tajam, seakan bersiap untuk segala sesuatu yang tidak diinginkan-nya terjadi.


"Oho ... Sedikit bersantailah. Aku hanya ingin menanyakan bagaimana kabarmu, Jenderal Efelinn,--" ia sedikit menekan nama `Jenderal Efelinn` di belakang kalimatnya, namun kalimat itu terhenti ketika pandangannya mengarah ke sebuah ID Card yang terpasang di saku kanan gadis itu, "--Tiara? Hmm ... Sepertinya Kau benar-benar melemah ya Jenderal. Bisa-bisanya Kau menggunakan nama dan tubuh selemah ini. Ck, membosankan hanya dengan melihatnya saja," tatapan sarkisme penuh intimidasi mengakhiri kalimat orang yang terbilang tidak asing itu.


Menghembuskan nafas dan mendapati ketenangannya kembali. Gadis dengan ID Card bertuliskan Tiara itu pun mulai mengambil alih pembicaraan, "Jadi, apa Kau sudah selesai bicara? Karena sekarang giliranku untuk bertanya,--" diam sejenak melihat sosok di depannya kemudian dengan suara berat ia melanjutkan, "--Sebuah pertanyaan tentang alasan kedatangan dan keberadaanmu di era ini. Di era yang bahkan sudah sangat jauh dari masa perang besar. Aku yakin, Kau pasti memiliki alasan khusus tentang itu bukan, Tuan Deirdre?" Tatapan tajam gadis yang bisa dipanggil Tiara itu memenuhi ruang udara pagi itu.


Bukannya mendengar jawaban nan panjang, orang yang disebutnya Tuan Deirdre itu hanya menjawabnya dengan senyuman pendek lalu ia berbalik kemudian berucap, "Kau akan mengetahuinya nanti Jenderal Legenda. Oh, itu pun kalau Kau masih bisa disebut Jenderal,--" berhenti sejenak, dua kalimat itu benar-benar mampu membuat keterkejutan hebat pada Tiara, "--Yosh! Sepertinya sudah waktunya aku pergi. Selamat berangkat sekolah Jenderal!" Sebuah angin dan aura kegelapan terlihat mengiringi kepergiannya. Pria itu lenyap begitu saja dalam sebuah angin hitam di depan mata Tiara.


Mengembalikan kesadarannya, Tiara mulai menggumam kesal, "Ck, padahal kedamaian ini sudah berlangsung begitu lama. Kenapa harus sekarang?--" mencoba mengingat kembali setiap kalimat pria tadi membuat Tiara semakin kesal, "Sialan! Pengecut itu menghilang begitu saja," umpat Tiara semakin gelisah dengan tingkah seseorang yang disebutnya Tuan Deirdre tadi.


Tersadar sesuatu, Tiara kembali terkejut, 'Ada apa denganku? Sikap macam apa ini? Apa ini adalah sikap bawaan dari remaja labil di usia ini? Dan kenapa pula aku baru merasakan sikap seperti ini?' batin Tiara dalam hati. Menepuk tengah keningnya, ia pun kembali menggumam, "Apa-apaan sih aku ini,"


Tersadar dari sikap kekanakan nya. Tiara menenggelamkan pikirannya sejenak, menyusuri kenangannya tentang seseorang yang disebutnya Tuan Deirdre tadi. 'Itu benar. Deirdre, aku ingat benar dia. Ia adalah pria terlicik dan terkuat di zaman perang besar dari pihak musuh. Yang menjadikannya kuat tak lain adalah karena kelicikannya itu sendiri. 800 tahun yang lalu, kami pasukan prajurit kesatria Kejaraan Sklira D. Berhasil mengalahkan-nya. Namun sayang, saat itu kami belum sempat membunuhnya. Karena hari itu --- aku tidak bisa melupakannya. Aku ingat benar pria itu tiba-tiba saja menghilang dari medan perang menggunakan teknik itu,--" melihat ke atas awan Tiara mencoba mengingat teknik musuh bebuyutannya itu, '--Sebut saja teknik itu sebagai jurus Wind Dark, sebuah kegelapan dalam angin. Setiap teknik itu digunakan, akan menimbulkan perasaan ngeri begitu dahsyat bagi orang yang melihatnya. Jika kemampuan spiritnya rendah maka ia akan pingsan. Dan jika ia hanya orang biasa yang tidak memiliki spirit atau kemampuan lain, 90% nyawanya bisa melayang jika Wind Dark milik Deirdre menginginkan nyawanya. Sungguh teknik yang ngeri. Jika Tiara bukanlah Efelinn, bisa dipastikan sudah akhir riwayatku,' menghela nafas, Tiara sadar meskipun sama, dirinya sebagai Tiara sebenarnya memanglah berbeda dengan dirinya sebagai Efelinn. Namun tatapan matanya kembali tajam, setelah ia mengingat sesuatu '-- Jika tidak salah ingat, ini juga berlaku di zaman perang besar. Bicara tentang perang besar. Sejak hari itu (hari kami mengalahkan Deirdre), ia telah menghilang secara tiba-tiba dari medan perang. Dengan menggunakan teknik yang sama. Setelah itu semua pasukan musuh terpukul mundur. Dan kami pun gagal menemukannya di seluruh penjuru negeri. Tapi --- apa yang ku lihat hari ini? Pria licik itu muncul kembali di era ini? Era yang sudah sangat jauh dari masa ia dikalahkan? Dan -- kenapa ia tidak membunuhku saat kami bertemu tadi?--'

Bersambung...

Salam Literasi,

Penulis

Virni Yasma Vara(^^)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun