Ini adalah cerita sekelompok mahasiswa di Yogyakarta yang dipaksa siap menghadapi kenyataan. Kuliah jenjang sarjana, kurang lebih 4 tahun berjalan begitu cepat sampai tak terasa masa studi sebagai mahasiswa sudah selesai. Masalah mulai bisa dirasakan di sini. Setelah berjuang dengan huru hara skripsi yang sudah hampir membuat putus asa, rumitnya kehidupan dunia nyata mulai menyapa.
Saat saya bertemu mereka setelah selesai sidang skripsi, mereka masih bisa tertawa lepas menceritakan suasana sidang yang nano-nano sembari bercerita persiapan wisuda yang bakal mereka ikuti. Membahas vendor-vendor untuk mempercantik diri di hari wisuda. Mulai dari make up, baju, sampai rekomendasi fotografer.
Suasana berbeda terasa saat resmi menyandang gelar pengangguran karena sudah tidak tergolong mahasiswa, tapi bukan status pekerja juga. Satu persatu individu mulai mengutarakan kebingungannya mau ngapain habis lulus. Kenyataan lulus langsung kerja sesuai harapan nyatanya tak langsung terjadi. Ekspektasi yang selama ini dibangun runtuh dihancurkan realita.
Begitulah kira-kira yang ketiga orang lulusan yaitu Aluna, Fani, dan Juni (23) - bukan nama sebenarnya - rasakan setelah masa wisuda selesai. Mereka adalah mahasiswa angkatan 2019 yang artinya harus mengalami 2 tahun kuliah via online akibat pandemi Covid-19. Kuliah offlinenya cuman di awal dan akhir masa, mungkin itu jadi salah satu faktor juga mengapa merasa belum mantap menatap dunia yang kata orang "keras".
"Aku dulu gak dibolehin merantau kuliah di Jogja sebenarnya sama papaku, mintanya di deket rumah aja. Tapi pas pendaftaran SNMPTN diem-diem aku isi buat kuliah di Jogja." ujar Juni.
Berbeda dengan Juni yang bukan orang asli Jogja. Aluna dan Fani rumahnya tidak sejauh Juni. Terlepas orang asli mana, yang jelas sama-sama mengalami masa quarter life crisis. Mau asalnya dari manapun sama-sama mengalami masa kuliahnya online juga.
Pilihan hidup setelah lulus kuliah
Pilihan untuk ambil lanjutan kuliah atau kerja menjadi dilema yang tak kunjung selesai. Dari ketiga orang alumni kampus itu, Aluna yang pertama menjajal dunia kerja. Ia mencoba pekerjaan pertamanya di bidang yang jauh dari latar belakang pendidikannya. Namun, itu tak bertahan lama.
"Aku merasa gak cocok sama kerjaan yang dikasih. Makanya pilih keluar," penjelasan singkat darinya.
Pada akhirnya ia masih mencari-cari lagi peluang kerja yang sesuai spesifikasi yang dia pingin. Serupa tapi tak sama, nasib Fani juga sudah mendapat tempat kerja. Dia bekerja di instansi yang sesuai latar belakangnya, tapi nyatanya dia merasa pingin cepat-cepat pindah dari kerjaannya yang sekarang. Alasannya juga kurang lebih sama, bedanya dia pingin kerja yang sedekat mungkin sama rumahnya.