"Tak kenal maka tak sayang. Hidup bersama orang lain dalam rentang waktu tertentu ternyata bisa mengulik karakter tersembunyi orang tersebut"
Kuliah kerja nyata atau akrab disebut sebagai KKN merupakan kegiatan mahasiswa untuk terjun langsung ke ranah masyarakat. Adapun maksud dan tujuannya yaitu bentuk pengabdian sebagai bagian tri darma perguruan tinggi. Beberapa kampus menjadikan KKN sebagai mata kuliah wajib sebagai syarat kelulusan. Namun, ada pula yang menjadikan KKN sebagai mata kuliah pilihan.Â
Pro kontra soal pelaksanaan KKN sempat ramai digaungkan akibat kegiatan pengabdian yang faktanya dimanfaatkan mahasiswa sebagai momen liburan. Berbagai rumor juga santer terdengar soal KKN mulai dari kisah senang, sedih, cinlok, bahkan horor. Â Kisah seram KKN viral semenjak adanya kisah yang difilmkan. Pastilah kalian tahu tentang hal itu.
Bagi saya pribadi, KKN menjadi kegiatan untuk menempa diri dan intropeksi kualitas diri untuk simulasi hidup bermasyarakat. Saya mengikuti KKN pada tahun 2022 yang lalu. Awalnya saya tidak begitu bersemangat mengikuti KKN, ya ikut karena kegiatan wajib aja. Di saat teman-teman sangat bersemangat untuk join tim bahkan sejak akhir 2021, tidak dengan saya yang memilih santai saja dan baru join di saat plottingan tim diadakan.Â
Akhirnya saya masuk ke salah satu tim di daerah Ngaglik, Yogyakarta. Selama KKN yang berlangsung 50 hari kami menempati posko di salah satu rumah warga. Posko cowok dan cewek menjadi satu lokasi di tempat saya KKN. Bisa dibilang ya ketemu tiap hari selama periode KKN itu. Kalau isinya orang yang sudah saling kenal mungkin akan jadi seru ya. Namun, kenyataannya kami bertujuh tidak saling mengenal sebelumnya. Suasananya jadi aneh gitu deh kalau lagi ngumpul karena diem semua.
Saya ingat betul suasana yang sangat canggung di hari pertama KKN saat itu. Tiap orang bingung mau mulai obrolan dari mana akhirnya ya udah asyik sendiri-sendiri. Bahkan saat makan bareng di warung, tidak ada satupun obrolan yang muncul. Suasana baru mulai mencair saat sore hari ada yang berinisitif untuk kita bisa bermain UNO. Gak terlalu kaku jadinya momennya tapi masih pada jaim sih.
Singkat cerita, perlahan namun pasti kami mulai akrab satu sama lain. Proker yang menuntut kerja sama satu sama lain menjadi pendorongnya. Selain itu, kebersamaan yang terbangun setiap hari juga menjadi pemicu. Bagaimana tidak, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali kami berada di satu lokasi yang sama. Sesi deep talk yang diadakan setiap malam nyatanya bisa menambah keakraban di antara kami. Kami mulai tahu karakter masing-masing.
Suasana yang awalnya akward, akhirnya menjadi sangat hangat. Hingga tak terasa sudah sampai ke hari penghujung KKN. Hari perpisahan diisi dengan agenda ngobrol santai sambil makan dan nyanyi di posko. Udara malam menjadikan momen perpisahan ini semakin terasa hangat.
Bagi saya pribadi yang memang tergolong sosok introvert merasa nyaman dengan tim KKN saya ini. Saya bisa berbaur dengan semua orang dalam tim tersebut. Saya awalnya sempat merasa khawatir bisa bertahan di tim ini. Alasannya karena saya menjadi satu-satunya orang dari latar belakang saintek. Yang saya takutkan bukan soal pengabdian ke masyarakatnya, tapi soal timnya. Namun, ternyata kenyaataannya mampu menghapus ketakutan saya. Saya merasa sangat dianggap dan dihargai.
Saya merasa menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak pembelajaran yang saya dapat dari hidup bersama teman-teman tersebut. Saya menjadi tahu karakter orang lain, perbedaan budaya antar kluster di kampus, cara hidup dan bersikap dengan baik kepada orang lain.
Sukses ya untuk kalian kawanku di manapun saat ini. Terima kasih untuk dinamika bersamanya. Tak lupa juga terima kasih sudah memberikan surprise di kala itu, salah satu hal yang saya impikan bisa terwujud.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H