Padahal dunia sekolah dan kuliah tidak hanya soal pelajaran di kelas semata. Ada banyak kegiatan positif yang bisa dieksplorasi buat pengembangan diri. Sembari mempersiapkan bekal ilmu untuk masa depan, pengalaman yang didapat juga membantu membentuk mental yang siap diterjang ombak.
Usaha Penting, Hasil Mengikuti
Selalu berupaya yang terbaik wajib hukumnya untuk dilakukan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks pelajar dan mahasiswa, memaksimalkan usaha menimba ilmu di kelas dan luar kelas sangat baik untuk dilakukan. Tidak semua orang memperoleh kesempatan untuk mengenyam dunia pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Itu sudah suatu pencapaian. Lebih beruntung lagi bagi orang yang berhasil menempuh kuliah di kampus terbaik. Kondisi yang patut disyukuri.
Kenyataan hidup yang tak selamanya indah akan mulai dirasakan saat memasuki tahun terakhir kuliah. Teman satu angkatan yang bersama-sama berjuang masuk kuliah akan lulus tidak bersamaan. Tidak semua orang akan mengalami fase hidup yang berjalan mulus.
Dengan segala macam kemungkinan kondisi, kisah menuju sarjana yang terjal bisa terjadi. Untuk bisa menjalani kehidupan kampus dengan baik mulai dari masuk sampai lulus sudah menjadi bagian perjuangan hidup yang tidak mudah.
Namun, nyatanya hidup tidak berhenti di saat wisuda digelar di kampus. Dunia yang keras akan menjadi kenyataan yang mau tidak mau harus dihadapi. Harapan untuk langsung mendapat banyak tawaran pekerjaan nyatanya tidak terjadi. Mungkin ada yang langsung direkrut juga sih, setidaknya kenyataan yang aku dan teman-temanku hadapi seperti itu. Sempat terbesit pertanyaan apa yang salah padahal kami beruntung berkuliah di kampus top. Mungkin ada yang merasa relate juga dengan kondisi ini. Semangat yaa! Percayalah hidupmu akan baik-baik saja.
Perlunya Support System yang Baik
Yang sering terjadi yaitu tekanan lingkungan yang luar biasa. Lingkungan di sini maksudnya internal dan ektsernal ya. Lulus dari kampus top atas meninggalkan pemikiran aneh bagi orang awam kalau gak dapet kerja. Aku pribadi mengalaminya. Tak jarang komentar-komentar yang kurang enak didengar terlontar dari orang-orang itu.
Di saat pikiran pribadi sedang morat marit ditambah omongan menyebalkan kayak gitu sudah pasti menambah beban hidup. Belum lagi kalau lagi-lagi dibanding-bandingkan sama orang sepantaran yang beda kampus bahkan parahnya kalau parameternya gak jelas. Bayangin aja kalau anak lulusan kedokteran dibandingin sama anak lulusan teknik. Ya jelas nasibnya bakal beda.
Apa yang diperlukan kalau sudah kayak gini? support system yang baik adalah kuncinya. Harapan terakhir adalah keluarga yang mau menerima orang yang belum jelas statusnya. Makanya kalau punya keluarga yang masih mau menerima tanpa menghancurkan mental kita setelah lepas status mahasiswa termasuk bagian yang wajib disyukuri.
Tidak semua punya keluarga yang bisa menenangkan segala pikiran yang ada di otak. Tak jarang, keluarga ikut-ikutan menghakimi. Ibaratnya udah hancur makin hancur lagi gak punya siapa-siapa selain diri sendiri.