Tiba-tiba, akar-akar gantung pohon itu bergerak, seperti dilambaikan oleh angin, meskipun udara tetap hening. Suara tawa pelan terdengar, semakin lama semakin jelas.
Sosok di Balik Pohon
Saat mereka menyorotkan senter ke batang pohon, terlihat bayangan seorang perempuan dengan rambut panjang terurai. Matanya kosong, dan wajahnya pucat dengan senyum yang membeku di bibir.
“Siapa di sana?” tanya Bayu dengan suara gemetar.
Perempuan itu tidak menjawab, tetapi tangannya terangkat, menunjuk ke arah Rina. Dalam sekejap, kamera Rina jatuh dari tangannya. Ia merasakan tubuhnya seperti ditarik oleh sesuatu yang dingin dan kuat.
“Aku... tidak akan pergi…” suara serak itu bergema di telinga mereka.
Bayu dan Sinta mencoba menarik Rina menjauh dari pohon, tetapi akar-akar pohon itu tiba-tiba melilit kakinya. Mereka berteriak panik, tetapi suara mereka seperti tenggelam di udara malam yang sunyi.
Kembali ke Desa
Ketika mereka akhirnya berhasil melepaskan diri, mereka berlari tanpa menoleh ke belakang. Sampai di desa, mereka mendapati kamera Rina masih ada di tangannya. Namun, ketika memeriksa foto-foto di kamera itu, mereka menemukan sesuatu yang mengerikan.
Di setiap foto, ada bayangan seorang perempuan yang menatap mereka dengan mata penuh kebencian. Yang lebih menyeramkan, foto terakhir menunjukkan wajah mereka sendiri, tetapi dengan senyum menyeramkan seperti milik Nyai Asih.
Sejak malam itu, mereka tidak pernah lagi berbicara tentang pohon beringin. Tetapi, setiap malam, Rina sering mendengar suara tawa lembut di telinganya, meskipun ia berada di dalam rumah.