Di pinggir desa Sukamaju, berdiri sebuah pohon beringin tua yang menjulang tinggi dengan akar-akar gantung seperti tirai tebal. Pohon itu dianggap sakral oleh warga setempat. Mereka percaya, ada penunggu yang menghuni pohon tersebut—arwah seorang perempuan yang dikenal sebagai Nyai Asih.
Menurut cerita yang beredar, Nyai Asih dulunya adalah seorang dukun yang dihormati. Namun, ia dituduh menggunakan ilmu hitam untuk mencelakai orang yang menolak permintaannya. Akibatnya, warga memburunya dan menggantungnya di pohon beringin itu. Sejak malam tragis itu, banyak kejadian aneh yang terjadi di sekitar pohon tersebut.
Malam yang Menyeramkan
Rina, seorang mahasiswi yang sedang melakukan penelitian budaya, mendengar cerita tentang pohon beringin itu. Penasaran, ia mengajak dua temannya, Bayu dan Sinta, untuk mengunjungi pohon tersebut pada malam hari, meskipun sudah diperingatkan oleh warga.
“Jangan mendekati pohon itu saat malam. Nyai Asih tidak suka diganggu,” ujar Pak Jaya, seorang tetua desa.
Namun, rasa penasaran mereka terlalu besar. Mereka tiba di pohon beringin sekitar pukul 11 malam. Cahaya bulan menerobos celah dedaunan, menciptakan bayangan menyeramkan di tanah. Udara terasa dingin meski tidak ada angin.
“Cuma pohon biasa,” ujar Bayu sambil menyentuh akar gantung pohon itu.
Sinta merasa tidak nyaman. “Kita sudah lihat. Ayo pulang sekarang,” pintanya.
Tetapi Rina mengeluarkan kamera untuk memotret pohon tersebut. Saat ia memotret, terdengar suara pelan seperti seseorang berbisik.
“Pergi…”
Mereka saling berpandangan. “Kalian dengar itu?” tanya Rina. Bayu menggeleng, tetapi wajahnya mulai pucat.