Kemajuan teknologi telah menggeser minat masyarakat dalam berbagai aspek, salah satunya adalah jurnalisme. Perkembangan teknologi membuat aktivitas jurnalistik menjadi lebih mudah.
Jurnalisme Online
Kehadiran internet telah menyebabkan minat masyarakat terhadap media online semakin bertambah, sehingga menyebabkan eksistensi media konvensional semakin berkurang.
Jurnalisme online merupakan segala aktivitas jurnalistik yang dilakukan secara daring berbasis internet (Widodo, 2020).
Perbedaan jurnalisme online dengan jurnalisme tradisional tidak hanya terletak pada platform yang digunakan, tetapi karena jurnalisme online dilakukan pada sebuah media baru yang memiliki karakteristik berbeda, baik dari format, isi, hingga mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pembaca sehingga prosesnya pun berbeda.
Jurnalisme online terbagi dalam beberapa cabang diantaranya:
1.Jurnalisme Blog (blog journalism) merujuk pada blog pribadi, kelompok atau komunitas yang berisi berita.
2.Jurnalistik Mobil (mobile journalism) merujuk pada aktivitas jurnalistik dalam peliputan dan pelaporan berita melalui smartphone (HP).
3.Jurnalisme Media Sosial (Social Media Journalism) merujuk pada produksi dan publikasi berita melalu media sosial.
4.Jurnalisme Umpan Klik (Clickbait Journalism) merujuk pada fenomena judul umpan klik pada media online.
Jurnalisme Warga
Seiring perkembangan zaman, jurnalistik tidak lagi hanya dilakukan oleh wartawan profesional, tetapi dapat dilakukan semua orang yang ingin berbagi informasi melalui jurnalisme warga.
Jurnalisme warga atau citizen journalist sering dipahami sebagai berita yang dikirim untuk media oleh warga biasa tanpa latar belakang jurnalistik. Citizen Journalism merupakan segala aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga.
Menurut Barlow, ada lima bentuk aktivitas jurnalisme yaitu:
1.Adanya partisipasi audiens. (Komentar pada, blog pribadi, foto, atau video yang diambil dari kamera gadget, atau berita lokal yang ditulis pengguna komunitas).
2.Berita independen dan informasi dalam situs web. (Informasi atau berita yang sifatnya independent dan ditulis dalam situs web).
3.Partisipasi pada berita situs. (Komentar pembaca atas berita yang dipublikasikan media tertentu).
4.Tulisan ringan, seperti dalam milis, dan email. (Berita atau informasi yang disampaikan merupakan tulisan ringan).
5.Situs pemancar pribadi. (Menggunakan video situs pemancar dalam menyebarkan informasi).
Mengapa Disebut "Citizen Journalist"
Citizen Journalist atau dalam Bahasa Indonesia adalah Jurnalisme Warga, merupakan aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga tanpa harus memiliki latar belakang jurnalistik. Dalam hal ini, warga berperan aktif dalam proses pencarian, pengumpulan, penyusunan, pelaporan, data dengan gaya penulis itu sendiri.
Sebagian besar topik yang diangkat oleh citizen journalist juga isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan publik, sehingga dapat dikatakan bahwa jurnalisme warga menjadi salah satu wadah bagi masyarakat untuk menyuarakan opini dengan lebih teratur dan terarah.
Tantangan Citizen Journalist
Jurnalis profesional merupakan orang yang terlatih dan bekerja secara profesional. Artinya mereka memiliki keahlian tertentu yang tidak semua orang dapat melakukannya, seperti menginvestigasi fakta, menulis dengan piramida terbalik, menulis straight news dan sebagainya.
Jurnalis profesional bekerja untuk orang lain, sehingga mendapatkan gaji dari tempat ia bekerja. Sedangkan citizen journalist dapat dikatakan sebagai wadah penyaluran hobi, opini, dan lain sebagainya, mereka menulis atas keinginan dan kebutuhan pribadi, sehingga tidak mendapatkan gaji.
Tidak adanya perusahaan yang menjamin kredibilitas konten, terkadang membuat konten jurnalisme warga diremehkan, hal ini juga dipengaruhi oleh oknum yang memproduksi dan menyebarkan berita palsu menggunakan akun anonim.
Kelebihan Citizen Journalist
Nurudin mengungkapkan, terdapat 3 kelebihan jurnalisme warga yaitu :
1. Citizen journalism mendorong terciptanya iklim demokratisisasi.
Blog dapat menyebarkan informasi alternatif dan tidak terikat pada sistem seperti media arus utama. Kebebasan ini memberikan berbagai informasi kepada publik. Secara tidak langsung juga mendukung demokratisasi. Seorang politisi harus berhati-hati ketika berbicara jika tidak ingin menjadi korban.
2. Citizen journalism memupuk budaya baca masyarakat.
Sejak teknologi mulai mendominasi kehidupan sehari-hari, masyarakat lebih tertarik pada hal-hal audio dan visual. Meskipun membaca dan menulis dapat lebih mencerdaskan manusia, tetapi pada kenyataannya minat masyarakat terhadap budaya ini mulai menurun.
Dalam jurnalisme warga, masyarakat bebas menulis apa saja dalam blog, bahkan penulis dapat menambahkan media dalam bentuk lain seperti gambar, audio, dan video, agar semakin menarik dan membantu pemahaman.
3. Mematangkan terciptanya public sphere (ruang publik) di masyarakat.
Pengguna dapat berdiskusi secara bebas dalam blog tanpa aturan atau larangan tertentu. Selain pengguna blog bebas menulis apa saja, pembaca blog juga dapat menuliskan komentar secara bebas dalam kolom komentar.Â
Jurnalisme warga juga merupakan wujud dari watch dog (kontrol sosial) media. Ketika kekuasaan tidak dapat dikendalikan secara efektif, blog memberikan suntikan vitamin untuk mengendalikan kesenjangan sosial di masyarakat.Mainstream media penuh dengan berbagai aturan (sistem media, sistem politik) yang melingkupinya, sehingga tidak semua informasi dapat disampaikan.
Kekurangan Citizen Journalist
Blog tidak memberikan syarat bagi pengguna bahwa ia harus merupakan warga negara sah atau legal. Meskipun pada beberapa platform terdapat langkah verifikasi akun, namun hal tersebut bukan sesuatu yang wajib. Bahkan pengguna dapat juga menuliskan nama palsu, sehingga kredibilitas dari berita tersebut belum dapat dipertanggung jawabkan secara penuh.
Untuk menjadi jurnalis warga, seseorang hanya perlu mampu menggunakan internet dan menulis, maka tidak jarang beberapa berita atau artikel ditulis oleh anonim. Sedangkan, wartawan merupakan orang yang bekerja di media massa secara legal dan dibuktikan dengan identitas sah seperti kartu penduduk, kartu pers atau kartu karyawan media tempat ia bekerja.
Perbedaan Latar Belakang juga mempengaruhi output yang mereka hasilkan. Meskipun beberapa jurnalis warga memiliki minat dan mempelajari betul dunia jurnalistik, tetapi perbedaan jam terbang dan bekal yang dimiliki junalis profesional dan jurnalis warga tentu berbeda.
Kesimpulan
Disebut sebagai citizen journalism karena dapat dilakukan oleh seluruh manusia tanpa harus memiliki latar belakang jurnalisme. Konten yang dihasilkan berasal dari warga dan untuk warga, sehingga dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyuarakan opininya.
Citizen journalism berbeda dengan jurnalisme profesional, tidak hanya terletak pada penulis dan platform  yang digunakan, namun beberapa prosesnya memiliki perbedaan.
 Dalam jurnalisme warga tidak terdapat syarat tertentu seperti verifikasi penulis, maka kredibilitas konten belum tentu dapat dipertaggung jawabkan, sehingga pembaca harus lebih selektif dan berhati-hati dalam menerima konten yang dibuat oleh jurnalis warga.
Referensi
Muliawanti, L. (2018). Jurnalisme Era Digital: Digitalisasi Jurnalisme dan Profesionalitas Jurnalisme Online. LENTERA.
Kurniawan, M. (2010). Jurnalisme warga di Indonesia, prospek dan tantangannya. Hubs-Asia, 10(1).
Widodo, Yohanes. (2020). Buku ajar jurnalisme multimedia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sukartik, D. (2016). Peran jurnalisme warga dalam mengakomodir aspirasi masyarakat. Jurnal Dakwah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H