Kemunculan Internet tentu membawa dampak bagi banyak aspek, salah satunya adalah Jurnalistik. Internet pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1990-an.
Kehadiran internet telah menyebabkan pergeseran media jurnalistik dari cetak menjadi online. Seiring berjalannya waktu, minat masyarakat terhadap media online semakin bertambah, sehingga menyebabkan eksistensi media konvensional semakin berkurang.
Internet di Indonesia
Pada awal 1990-an internet di Indonesia masih relatif baru. Internet mulai tampak di masyarakat ketika ada sebuah jasa layanan internet komersil Indonet yang berdiri pada tahun 1994.
Kemudian masyarakat mulai mengalami euforia online pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Internet mulai digunakan untuk kepentingan komersial di Indonesia sejak tahun 1995.
Berdasarkan buku ajar Jurnalisme Multimedia (Widodo, 2020) dalam laporan Onno W. Purbo dkk. Berjudul "Komputer Networking in Indonesia: Current Status and Recommendations for its Development" terbitan 1996, pada tahun 1995, dari 20 ribu pengguna internet, hanya 42 persen yang memanfaatkannya untuk komersial.Â
Media Online di Indonesia
Media online di Indonesia pertama kali muncul ketika era Orde Baru. Dirintis oleh Republika Online pada 17 Agustus 2014, kemudian disusul oleh Kompas.com yang memindahkan versi cetak ke versi digital / online.
Berbeda dengan Tempointeraktif.com yang isinya bukanlah versi online dari majalah Tempo. Lalu pada tahun 1998, detik.com muncul membawa konsep baru pd dunia jurnalisme online dengan konsep updating.
Konsep updating kemudian banyak diikuti oleh media-media lain seperti Okezone, Inilah.com. Viva.co.id, dan lain sebagainya.
Pada tahun 2000an muncul Kompasiana.com yang mengizinkan semua pengguna untuk membuat konten pada portal tersebut (User Generated Content). Lalu pada tahun 2010-2012 muncul sebuah platform yang merupakan news aggregator yaitu YahooNews.
Modern portal yang mengusung konsep news agregator seperti UC News, Baca Berita (Babe), dan Line Today muncul pada tahun 2012-2016.
Pada tahun-tahun itu juga muncul portal berita Tito.id, Vice, Rappler, dan The Conversation yang mengembangkan konsep liputan indepth analisis dan konvergensi.
Kemudian pada tahun 2016-2019 banyak muncul platform berita yang tidak berbasis web portal tetapi menyebarluaskan konten lewat media sosial, media ini disebut homeless media. Contoh dari homeless media adalah TheDodo, NowThis, Thrillist, AJ+, dan Opini.id.
Kesimpulan
Berkurangnya jumlah media konvensional juga dipengaruhi oleh minat masyarakat yang lebih menyukai media digital atau online.
Dalam platform digital, dapat dilampirkan media seperti visual, audio, video, sehingga lebih menarik. Selain itu, penggunaan media digital juga lebih efisien, dalam artian lebih praktif dan mudah digunakan.
Referensi
Widodo, Y. (2020). Buku Ajar: Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, h.52-62.
Penuh Sejarah, Inilah Perkembangan Jurnalisme Online di Dunia Sampai ke Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI