Mohon tunggu...
Virgacya
Virgacya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, menulis, menonton film, mendengarkan musik. Apapun yang baik-baik pokoknya.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel Anak: Setelah Aku Pergi (Ways to Live Forever)

22 November 2023   14:26 Diperbarui: 22 November 2023   14:44 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ways to Live Forever adalah buku harian Sam yang berisi daftar-daftar, cerita-cerita, foto-foto, berbagai pertanyaan dan fakta yang dikumpulkannya selama minggu-minggu terakhir kehidupannya. Pandangannya yang jernih tentang kehidupan dan kematian membuat buku ini menjadi salah satu buku yang paling membangkitkan semangat dalam menghadapi salah satu fakta kehidupan yang tak terelakkan.

Sumber: Ipusnas
Sumber: Ipusnas

My review:

Sam dan sahabatnya Felix kini hanya bisa homeschooling karena Sam mengidap Leukimia dan Felix mengidap kanker. Rambut mereka nyaris hilang karena terus menerus mengkonsumsi obat pahit anti nyeri yang tidak sungguh menyembuhkan mereka. Guru yang mengajar mereka ialah Mrs. Willis, dia guru yang baik dan sabar menghadapi kedua anak itu terutama Felix. Meski kakinya lumpuh dan hanya bisa berjalan jika dia memutar kursi rodanya, Felix anak yang berbeda dari Sam yang kutu buku dan tenang.

Felix anak yang misterius-lebih tepatnya sok misterius. Dia suka berlagak bagai tentara revolusioner dan suka melakukan hal-hal yang dilarang, ia suka tantangan. Keduanya tahu dibalik kegembiraan kecil mereka, waktu mereka tidak banyak. Sam bertekad akan membuat buku tentang dirinya, mencatat daftar-daftar pertanyaan yang hampir semuanya menanyakan tentang kematian.

Felix memengaruhi Sam supaya membuat daftar apa saja yang mereka inginkan sebelum mati. Felix membantu Sam mewujudkan semua itu meski nampaknya mustahil. Menjadi remaja, naik eskalator turun, naik balon  Zeppelin, dll.

Catatan kehidupan mereka mungkin singkat, tapi Sam dan Felix berhasil menyentuh hati saya. Pada bagian ketika Felix pergi terlebih dulu dari dunia, tak bisa saya cegah air mata menetes. Rasanya sungguh tak adil, mengapa anak sekecil mereka terus menerus bertanya-tanya tentang kematian yang sejelas itu menghampiri mereka tiap waktu? 

Saya tidak bisa berbohong kalau hanya dengan melihat blurb nya saja, minat baca saya jadi down karena sedih. Tapi akan lebih sedih lagi bagi kedua anak di tokoh buku itu jika tulisannya tidak dibaca. Saya pun sadar sekali membacanya sampai akhir pun tidak akan bedanya dengan kenyataan. Tidak bisa diubah. Namun buku ini justru mengajarkan arti lain dari ketakutan saya sendiri. 

Bukan tentang kesedihan dan takut mendengar istilah kematian, akan tetapi sepenuhnya saya yakin kalau saya berada di posisi anak-anak yang nyawanya tinggal dihitung pakai jari itu saya tidak yakin bisa sekuat mereka. Saya takut akan kematian. Ya... siapa sih yang gak merinding jika membahas tentang itu?

 Tiap kali menemukan bagian dimana Sam atau Felix tiba-tiba drop jantungku mencelos. Aku tahu... aku tahu... mereka akan pergi. Tapi bukan ini yang hendak penulis katakan. Dia ingin kita sadar berhubung kita masih baik-baik saja dan sehat wal alfiat kita harus semaksimal mungkin memanfaatkan waktu yang ada. Dengan kebaikan, mengisi kenangan yang cepat hilang karena waktu berjalan cepat, yahh meski nampaknya hilang... kenangan itu tidak sepenuhnya padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun