Miris! Potensi Besar Wisata Religi Makam Mbah Lamong, Terabaikan Begitu saja
Lamongan??, Sebuah nama salah satu Kabaputen kecil di jawa timur yang terletak di pinggiran Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi. Meski kecil dan terpinggirkan tapi ketenaran namanya sudah banyak orang kenal melalui kuliner dan sepak bolanya.
Soto Lamongan, Pecel Lele Lamongan dan Tahu campur Lamongan, deretan makanan yang hampir kita jumpai di seluruh wilayah nusantara baik dari sabang sampai merauke seperti halnya masakan padang yang ada dimana-mana.
Begitu juga dengan klub sepak bolanya, PERSELA Lamongan yang pernah eksis lama di kanca liga tertinggi Indonesia tentu membuat nama Lamongan terangkat. Akan tetapi nasib klub yang di tahun 2021/2022 terdegradasi kini sudah redup, tak terdengar gandrungnya seperti dulu.Â
Keduanya hanya refleksi kecil dari berbagai potensi besar yang di miliki Kabupaten Lamongan untuk bisa dikenal banyak orang sebab masih banyak potensi yang belum tergali dengan baik seperti contoh wisata religi.
Di Lamongan sendiri, terdapat kompleks makam yang tergolong ke dalam wali songo seperti halnya Kabupaten Gresik dan Kabupaten Tuban yang setiap harinya selalu ada peziarah berkunjung kesana yaitu Sunan Drajat (Raden Syariffudin), Syech Nur Rochmat (Wali Sendang Dhuwur) dan  Syech Maulana isqhak.
Namun fokusnya bukan pada wisata religi komplek makam Sunan Drajat yang sudah masyhur ketenaran ceritanya, melainkan pada satu makam yang bisa dibilang orang alim dan besar secara historikal sebagai pendiri Kabupaten Lamongan yaitu Mbah Lamong (Ki Ronggo Hadi) tapi jarang orang tahu. Bahkan warga Lamongan sendiri hanya sedikit yang tahu tentang kisahnya.
Makamnya terletak di pusat kota, tepatnya di Kelurahan Tumenggungan kecamatan Lamongan. Kalau dari alun-alun 8 menitan dan dari pasar hanya 5 menit mungkin.
"Miris" kata yang tepat untuk potensi wisata religi yang seharusnya bisa menjadi ikonik Lamongan justru terpinggirkan sebab tak ada literatur yang memperkenalkan dan pengelolaan yang ala kadarnya.
Padahal potensi wisata religi Mbah Lamong ini bisa lebih optimal dan mampu bersaing dengan Makam Sunan Drajat jika role model pengelolaan wisata religi sedikit mendapat polesan seperti :
* Â Â Â Â Adanya papan nama informasi dan sejarah yang mudah di baca oleh orang sehingga membuat tertarik berziarah.
*     Melengkapi sarana pendukung  yang sudah baik agar lebih lengkap seperti halnya buku doa (Tahlil) bagi peziarah beserta raknya, cinderamata, dan renovasi aula dengan estetika adat budaya jawa islam yang kental. Beserta lainnya lagi.
* Â Â Â Â Optimalisasi lahan kosong yang ada untuk pembangunan penginapan sementara bagi peziarah yang izin rehat atau bermalam.
* Â Â Â Â Gencarnya promosi melalui literasi di media cetak dan digital untuk memperkenalkan sejarah Ki Ronggo Hadi atau Mbah Lamong sehingga menumbuhkan rasa keingintahuan masyarakat.
* Â Â Â Â Melibatkan stakeholder untuk memasukkan wisata religi mbah Lamong sebagai ikonik wisata yang ada di Kabupaten Lamongan melalui program "Visit To Lamongan". Selain itu juga, melibatkan pengusaha tour and travel dengan memasukkan wisata religi Mbah Lamongan dalam paket wisata wali songo yang ada di kabupaten Lamongan.
*Â Â Â Â Â Â Â Perluasan lahan parkir disini dengan menjembatani akses parkir pasar kota yang luas digunakan sebagai juga parkir peziarah yang datang dengan kendaraan besar. Mengingat lokasi parkirnya dekat dan akses jalan sempit makam yang memang berada di tengah pemukiman padat warga sehingga ada pertumbuhan ekonomi di sekitaran pasar melalui wisata kuliner peziarah.
*Â Â Â Â Â Â Â Sinergitas pengelolaan wisata religi mbah lamongan dengan mencakup situs makam bersejarah yang memang ada di sekitarnya yaitu makam mbah sabilan dan mbah tumenggung ke dalam satu rangkaian aktifitas ziarah.
Mungkin itu saja saran role model pengelolaan wisata religi Mbah Lamong agar tidak kalah dalam mengangkat nama Lamongan sebab sekarang ini pun nama wisata religi mbah Lamong kalah dengan masjid baru yang menjadi landmark peziarah yaitu Masjid Namira di Tikung.
So, ke depanya saya secara pribadi selaku pemuda Tumenggungan berharap para stakeholder bisa bahu-membahu mengoptimalkan potensi wisata religi mbah Lamong menjadi lebih baik dengan memperhatikan saranku di atas dan bahkan bisa menjadikan wisata religi mbah Lamong sebagai ikonik situs warisan lokal Lamongan  dengan pengelolaan modern sebagai bentuk apresiasi sejarah perjuangan Ki Ronggo Hadi (Mbah Lamong) dalam mendirikan Kabupaten Lamongan.
Tidak seperti sekarang ini, penghargaan hanya bersifat ceremonial yang dilakukan setahun sekali, saat hari jadi Kabupaten Lamongan berupa kunjungan ziarah (Napak Tilas) Bupati ke makam tanpa perbaikkan yang berkesinambungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H