Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writers and socio entrepreneur

Tingkatkan literasi untuk anak indonesia lebih cerdas karena indonesia minim literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Janji Kejujuran Rasa

5 November 2023   13:44 Diperbarui: 5 November 2023   13:47 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cewek apa cowok yang nganter?"

Pertanyaan dari Fida seusai Firu lewat di depan mereka dengan menggelengkan kepala.

Iyan terdiam, bingung, menjawab pertanyaan dengan kejujuran atau kembali berbohong. Namun saat akan menjawab terdengar suara teriakkan "Cewek!", rupanya teriakkan itu bersumber dari kamar Firu yang berada di sebelah kamarnya.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Sontak, Iyan kelagapan, setelah mendengar suara itu. Gesturnya menunjukkan rasa takut selayaknya orang yang tergap sedang melakukan kesalahan. Dengan keterpaksaan hati akan hal itu, Iyan menjawab jujur "Cewek, Fid".

Fida cemberut, mukanya memasam mendengar jawaban itu. Cokelat yang dia makan tak mampu lagi memberikan rasa senang karena kekecewaan dihati menggerus zat bahagia yang ada di dalamnya.

Suasana tak lagi cair, obrolan kembali kaku antara Iyan dan Fida. Iyan hanya bisa mencoba menghibur Fida seraya meminta maaf atas kesalahan. Akan tetapi Fida tetap dengan sikapnya, menutup diri dengan segala tumpukan kekecewaan hari ini yang dia terima dari Iyan.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

"Maaf"

Kata yang terus Iyan ucap untuk mengakui segala kesalahannya. Berharap ada respon positif yang Fida berikan dengan memaafkannya.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Apa daya!?, sebuah kata tak lagi mampu mengutuhkan kepercayaan hati yang retak akibat tumpukan kekecawaannya.

"Fid!" Memanggil nama, bentuk pengemisan hati untuk meluluhkan hati Fida.

Fida yang dalam posisi membalik badan dengan membelakangi Iyan, berbalik dengan menatap Iyan. Nampak air mata itu menetes, tak terbendung dari kedua mata Fida.

"Kejujuran yang aku inginkan"

Ucapan Fida dari ketulusan hatinya yang hanya meminta kejujuran Iyan, tak lebih.

Iyan terpaku, menyadari segala kebohongannya telah membuat hati Fida kecewa. Rasa bersalahnya besar tetapi dibenaknya masih memungkiri kesalahan.

"Ini gara-gara Firu".

Suara dalam benaknya yang menyalahkan Firu atas teriakkan kejujuran tadi hingga membuat Fida kembali marah kepadanya.

"Diam!" Ucap Fida dengan suara serak beriring isak tangis atas kebohongan Iyan.

Iyan tahu, ini memang salahnya. Lantas, Dia berucap "Aku salah dan hanya diam yang bisa ku lakukan".

Perkataan dari Iyan yang membuat Fida tak lagi bisa berucap. Dia hanya bisa menangis dan terus menangis ketika kebohongan itu di dengarnya.

"Hanya teman, Fid" suara Firu yang sudah berganti baju, keluar kamar mendekati Iyan dan Fida di kursi.

Iyan dan Fida menatap ke arah Firu setelah mendengar ucapan itu. Firu datang, berjalan mendekati mereka, mencoba mencairkan suasana dengan menenangkan hati Fida yang kecewa karena ulah sahabatnya.

Firu tahu!, dia sedari tadi di kamar mendengarkan obrolan mereka berdua. Dia berteriak juga berkeinginan agar sahabatnya menyadari kesalahan dan tidak terbelit dalam kebohongan yang pasti akan ketahuan.

"Mas Firu" ucap Fida yang kaget sembari mengusap air mata karena Firu tiba-tiba datang membawa sebuah gelas centel di tangan kanan.

Sedangkan Iyan, wajahnya memerah, dia kelihatan marah karena baginya teriakkan Firu tadi adalah kesalahan yang membuat Fida kembali kecewa.

"Hanya teman, Fid"

Ucapan Firu sekali lagi memberitahu Fida jika yang mengantar Iyan itu temannya dengan masih berdiri, memegang gelas centel.

"Bukan tentang siapa!?, yang buatku kecewa mas. Tapi kebohongannya" sahut Fida menerangkan alasan kekecewaan di hatinya.

Firu tersenyum, dia tak berani lagi ikut terlalu dalam rasa mereka berdua. Dia hanya mampu berpesan "Kebohongan tentu punya maksud" seraya berjalan melewati mereka berdua menuju dapur.

"Maksudnya!?" Tanya Fida kepada Firu yang sudah berjalan menuju dapur.

Firu yang berjalan, menyahutinya dengan melambai tangan, menghadap ke depan "Iyan tahu jawabannya".

Mereka berdua nampak bingung, saling menatap seusai melihat ke arah Firu.

"Maksud mas Firu apa?" Tanya Fida yang menatap Iyan.

Iyan yang juga tahu maksud Firu, bingung harus menjawab apa?. Dia takut semuanya akan tambah membuat masalah lebih besar.

"Aku gak tahu, Fid".

Jawaban aman yang Iyan lontarkan menanggapi pertanyaan Fida tadi karena takut kesalahan akan jatuh pada dirinya tak kala salah menjawab.

"Bohong!".

Sahutan Fida menjudgement Iyan yang dikiranya bohong terus akibat retaknya rasa kepercayaan Fida.

Situasi sulit, semuanya salah di mata Fida. Iyan tak tahu lagi harus seperti apa mengembalikan kepercayaan Fida kepadanya.

Dia hanya bisa berjanji "Aku salah!, dan Aku berjanji takkan berbohong lagi kepadamu".

Sebuah janji yang dibuat agar hati Fida kembali mempunyai kepercayaan kepadanya. Kepercayaan inti dari rasa cinta meski cinta itu belum terbingkai indah dalam sebuah hubungan khusus.

"Janji!" Ucap Fida meyakinkan Iyan untuk tak mengingkarinya. Dia mengatakan dengan jari kelengking tersodor dihadapan Iyan, bentuk simbol yang biasa dilakukan untuk berjanji.

Iyan menerima kelengking Fida, mengikat dengan jari kelengkingnya seraya berucap "Aku berjanji tak kan berbohong kepadamu".

Fida tersenyum, bukti kelegaan hatinya meski kekecewaan itu masih ada. Iyan mengerti!, dia paham betul kecewanya hati Fida sebab sudah lebih satu tahun dia mengenal Fida.

Wajah senyum, Iyan tampakkan membalas manisnya senyuman yang menebar indah di wajah Fida.

Sebuah senyuman kepuraan atau ketulusan, tak jelas tergambar. Tapi Di hati Iyan jelas tergambar rasa bersalahnya akibat berbohong bercampur kepedihan karena posisi rasanya bersama Fida yang tak pernah terbingkai dalam hubungan yang diharapkan.

"Fid!" Panggil pelan Iyan saat melihat senyuman indah Fida.

"Apa, mas?".

Pertanyaan yang selalu menjadi kebiasaan Fida ketika Iyan memanggilnya pelan seperti itu karena Fida paham tentu ada hal ganjal yang akan ditanyakan Iyan kepadanya.

Benar saja!, Iyan memasang muka serius, dia bertanya dengan keteguhan hati "Apa kamu mencintaiku?".

Pertanyaan sama yang juga Iyan terus tanyakan kepada Fida selama ini untuk menyakinkan dirinya dalam menentukan sikap.

Aneh!, ekspresi Fida mendengar pertanyaan yang selalu Iyan tanyakan kepadanya. Dia tersenyum!, manis rasanya di hati Iyan. Namun tetap saja, tak ada satu jawaban yang keluar dari mulut Fida.

"Selalu diam!, tapi kenapa dia tersenyum?".

Pikiran Iyan yang selalu menanyakan hal itu. Dia tak berani menekan lebih karena Fida bukan orang yang suka ditekan apalagi tentang kebebasan hati.

Iyan justru aneh, keanehan itu adalah senyuman Fida. Mengingat dari dulu ketika Iyan bertanya tentang hati kepadanya, Fida tak pernah tersenyum manis, hanya wajah datar yang nampak dengan sebuah ucapan pengelakan isi hatinya.

"Jawab Fid, aku mohon".

Rengekkan Iyan meminta Fida untuk menjawab yang jelas Iyan sangat membutuhkan jawaban itu.

"Tunggu, abah dulu" sahut Fida yang kali ini menjawabnya tanpa mengelak dari isi hatinya.

"Maksudnya?" Tanya Iyan yang tidak mengerti ucapan Fida untuk menunggu abahnya.

Abah adalah panggilan Fida untuk ayahnya. Dia memanggil itu karena ayah Fida merupakan seorang yang terkenal alim atau di kenal sebagai pemuka agama di desanya yang berada di Kabupaten Lamongan.

Fida tak menjawab apapun, dia hanya menjawab dengan tetap mengatakan jika Iyan harus bersabar menunggu ayahnya. Tak lupa juga mengingatkan Iyan untuk terus berdoa supaya sang ilahi meridhoi cinta keduanya.

"Aku pulang, sudah malam" pamit Fida untuk pulang ke kosnya karena hari sudah malam.

Iyan mengiyakan, mengatakan agar Fida berhati-hati saat mengantar Fida keluar pintu gerbang kosnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun