Sebuah senyuman kecil menyusul kata rayuan meluluhkan hati Bilqis dari Iyan.
Bilqis merespon juga dengan senyum tanpa membalas kata. Misteri isi hati, tapi yang jelas senyuman itu tulus di mata Iyan.
Bilqis telah memakai helm, mengajak Iyan yang sedang memakai helm untuk naik di belakang.
"Kamu yang bonceng!?" Tanya Iyan keheranan karena tak biasa seorang laki-laki dibonceng perempuan.
"Tentu!, aku kan bukan wanita lemah" jawab Bilqis yang sudah duduk sambil memegangi setir.
Seketika itu, Iyan duduk dibelakang, berjarak dengan memegangi stang belakang tanpa menyentuh tubuh Bilqis.
Bentuk menghargai nilai kehormatan seorang wanita, tidak merendahkan dengan memburu nafsu yang beratas namakan rasa atau keromantisan.
Mereka sudah berjalan pergi, berkendara motor matic menuju rumah kos Iyan yang jaraknya lumayan jauh.
Sepanjang jalan menikmati rasa dengan obrolan kecil, khas anak muda yang bertujuan saling mengenal. Berkendara menembus macetnya Kota Surabaya di jam padat kendaraan.
"Vio kemana?" Tanya Iyan di bisingnya deruh suara kendaraan sekitar saat berhenti di persimpangan mematuhi rambu lalu lintas.
"Mbak sudah pulang tadi sama suaminya" jawab Bilqis dengan tatapan fokus ke depan meski berhenti.