Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis and pebisnis

Saya suka menulis apapun itu. Sekarang mencoba untuk memulainya dari nol. Mohon bimbingnya para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Antusiasme Hari Raya Kupat, Tradisi Pasca Idul Fitri

23 April 2023   15:16 Diperbarui: 23 April 2023   16:05 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari hari raya idul fitri dan masih di bulan syawal, hal yang sangat aku tunggu selain mudik dan unjung adalah hari raya kupat ini.

  • Tivian

Bagiku hari raya kupat sendiri merupakan hari makan enak ku karena selalu ada hidangan kupat dengan berbagai makanan kuah di antaranya sayur lodeh tewel, opor ayam, bakso dan kari ayam. Apalagi di tambah makanan penutup berupa lepet, yang kalau di makan begitu legit. Hari raya kupat sendiri dilakukan satu minggu pasca hari raya idul fitri dan biasanya hanya dilakukan di desa. Itu Kalau di Kotaku, entah di Kota kalian?? 

Untuk masyarakat yang tinggal di Kota jarang ada perayaan kupatan atau bahkan tidak mengenal tradisi Kupatan ini. Jadi setidaknya aku masih senang dan bangga bisa merasakan Kupatan meski aku tinggal di Kota karena Dulu, ketika almarhummah ibu masih hidup, aku sekeluarga setelah sholat idul fitri selalu mudik ke desa yang satu wilayah yaitu Kabupaten Lamongan karena ibu berasala dari desa tersebut. Saya, adek dan ibu selalu tinggal disana selama 1 minggu sembari menunggu hari raya Kupat ini. Sedangkan ayahku sendiri dua hari sudah balik ke kota karena harus membuka toko kembali.

Ada kenangan indah dulu yang tak kan pernah bisa aku lupakan saat hari raya kupat bersama almarhummah ibu. Saat itu, satu hari sebelum kupatan aku dan ibu pergi ke pasar desa untuk membeli janur dan kelapa untuk membuat kupat namun di pasar ternyata janurnya habis. Ibu bingung cari kemana lagi janur  sampai aku katakan

"Kok gak pakai plastik makanan aja, bu?"

Ibuku dengan ekspresi sedikit kesal kepadaku bilang

"Yo, gk pantes, le. Kupatan meski harus dibungkus janur bukan plastik makanan"

Sampai akhirnya kami pulang ke rumah mbah tanpa ada janur yang bisa kami beli. Eh, gak tahunya ada ibu-ibu lewat depan rumah teriak janur, yang ternyata ibu itu jual janur. Ibuku keluar rumah membeli beberapa ikat janur kalau gak salah harganya masih 2000 perak per ikat. Dibawanya janur itu masuk ke rumah, untuk dibuat kupat. Aku coba ikut buat kupat yang berbentuk segiempat dengan lubang di sisi atasnya untuk di isi beras. Dengan bodohnya aku, satu kupat pun tak bisa aku buat sampai ibuku kecewa.

"Yo iko, generasi muda yang tak bisa menghargai tradisi, buat kupat saja tidak bisa cuman bisa makan tok" ucap ibuku.

Ternyata buat kupat susah sekali meski aku sudah di ajarin ibu tapi tetap tidak berhail buat. Itu kenangan yang tak bisa aku lupakan saat hari raya kupatku bersama almarhummah ibu.

Sekarang aku baru tahu alasan kenapa kupat dibungkusnya harus pakai janur dan bentuknya segiempat karena memang ada filosofinya sendiri. Tradisi Kupatan berasal dari kata "kupat" berasal dari bahasa jawa "ngaku lepat" (mengakui kesalahan). Hal ini menandakan kita sebagai manusia biasa pasti tak lepas dari kesalahan dengan sesama. Maka dari itu, dengan adanya kupatan setahun sekali ini, harapannya kita bisa saling memaafkan. Sumber lain juga menyebutkan, tradisi Kupatan ini sebagai lebarannya seseorang yang telah melakukan puasa Syawal selama enam hari seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri.

Mengutip dari islami.co, kupat juga dapat diartikan sebagai "laku papat" yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat yaitu empat tindakan yang terdiri dari lebaran, luberan, leburan, laburan. Maksud dari empat tindakan tersebut antara lain:

  • Lebaran yaitu suatu tindakan yang berarti telah selesai yang diambil dari kata lebar. Selesai dalam menjalani ibadah puasa dan diperbolehkan untuk menikmati makanan.
  • Luberan berarti meluber, yang menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas bagaikan air yang berlimpah meluber dari wadahnya. Oleh karena itu tradisi membagikan sedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.
  • Leburan berarti lebur atau habis. Maksudnya adalah agar saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan, sehingga segala kesalahan yang telah dilakukan menjadi suci bagai anak yang baru lahir.
  • Laburan berarti bersih putih berasal dari kata labur atau kapur. Harapan setelah melakukan Leburan agar selalu menjaga kebersihan hati yang suci. Manusia dituntut agar selalu menjaga prilaku dan jangan mengotori hati yang telah suci.

janur sebagai bungkus ketupat, berasal dari kata "ja a nur" yang berarti telah datang cahaya. Hal ini melambangkan kondisi umat muslim setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan suci Ramadhan, kembali kepada kesucian/jati diri manusia (fitrah insaniyah) yang bersih dari noda serta bebas dari dosa. Sedangkan dari isi ketupat, yakni berasal dari beras terbaik yang dimasak sampai menggumpal "kempel", memiliki makna kebersamaan dan kemakmuran.
Dengan makna itu seharusnya generasi muda seperti halnya saya, harus bisa menghargainya dengan bijak, bukan hanya bisa makannya saja.
"Gimana tradisi kupatan di daerah kalian?"
Jawab di kolom comment ya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun