Perjalanan terus berlanjut hingga sampai lah mereka berdua di rumah Vian, di sana nampak ayahnya sedang duduk di teras menunggu Vian pulang ke rumah.
"Ayah, kenalin ini Vida. Sepupunya Alif." Ucap Vian.
"Ya pak!. Saya Vida sepupunya mas Alif." Sahut Vida sembari menjabat tangan ayahnya Vian.
"Oh, iya nak. Silahkan duduk dulu?" Tanya ayahnya Vian.
"Tidak usah, Pak. Sudah larut malam, saya langsung pulang saja. Tapi lain kali saya boleh main ke sini kan Pak?" Tanya Vida.
"Ia boleh nak". Jawab ayahnya Vian.
Vida pun pamit pulang dan meninggalkan rumah Vian dengan wajah senyum yang menandakan terlihat jelas kalau hatinya pun telah bermekaran dengan bunga cinta. Setalah Vida pergi, Vian masuk ke dalam rumah beserta ayahnya untuk beristirahat agar esok bisa bangun dengan pikiran yang fresh dan mampu mengikuti test panjang yang ia lalui.
Pertemuan awal ini merupakan kisah awal bunga cinta itu bermekaran antara Vian dan Vida namun selanjutnya begitu banyak duri yang harus di lalui mereka berdua untuk bisa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H