Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writers and socio entrepreneur

Tingkatkan literasi untuk anak indonesia lebih cerdas karena indonesia minim literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Pelangi Kelabu Vidaku (2019-2020) Part III

22 April 2023   00:45 Diperbarui: 22 April 2023   00:57 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
By Moch Tivian Ifni Rizal

Baru mau masuk ke rumah, ada Pak sobari berteriak memanggil namanya sambil berlari kecil tergopoh-gopoh. Kedatangan Pak sobari mau meminta tolong kepada Vian untuk meminjam uang karena putrinya yang memiliki kelainan jantung masuk ke rumah sakit.

Vian terlihat bingung, antara menolong atau tidak mengingat ia juga membutuhkan uang ini untuk keperluan sehari-hari dan membayar angsuran ayahnya nanti. Dilematis memang, namun ia putuskan untuk menolong Pak Sobari, yang lebih butuh untuk nyawa putrinya.

"Ini pak, aku ada sedikit uang dari hasil membetulkan motor tadi," ucap Vian sembari memberikan uang dari Alif.

"Terima kasih mas, Bapak janji akan kembalikan secepatnya," ucap Bapak Sobari berjanji akan mengembalikan uang itu dengan cepat seraya meninggalkan vian untuk pergi ke rumah sakit.

Perasaan lega tadi kini telah hilang dari raut wajahnya, memikirkan gimana nanti ia membayar angsuran dan membeli makanan. Vian memang pelangi di kampungnya, terlebih untuk orang yang membutuhkan bantuan. Pelangi kelabu, pelangi yang hanya mampu memberikan keindahan dengan satu warna. Keterbatasan dan kekurangan, tidak menjadikan Vian menjadi pribadi pelit justru menjadikan dirinya pribadi yang pandai bersyukur dan peduli dengan sesama.

Surya tepat berada di tengah peraduan, suara panggilan akan datangnya kemenangan telah berkumandang, menunjukkan waktu sudah jam dua belas siang, itu tanda Vian harus melaksanakan kewajiban untuk beribadah.

Seusai beribadah, ia mendengar suara yang tak lagi asing baginya, suara pemberitahuan pesan singkat di handphone. Dibaca pesan itu, rupanya pesan yang mengabarkan bahwa ia mendapat panggilan test besok di perusahaan jasa pengiriman milik Negara yang kemarin ia lamar.

"Alhamdulillah," ucap Vian yang merasa bersyukur mendapat panggilan test.

Kaget, heran, dan bahagia menjadi satu dalam pikiranya. Ini memang janji Tuhan, janji yang tak pernah ingkar dimana setiap kita mempermudah urusan orang, Tuhan akan mempermudah urusan kita. Bahagia menyelimuti hatinya meski hanya sebuah panggilan untuk test kerja, setidaknya ini langkah awal perjuangan bisa bekerja di perusahaan milik Negara dan jawaban dari kesulitan ekonomi yang di alami oleh Vian.

Sore menjelang, senja telah berada di ufuk barat, menunggu ganti sinar rembulan, suara handphone berbunyi keras menandakan ada panggilan yang perlu dijawab. Bergegas lah Vian mengangkat telpon yang ternyata telpon itu dari Alif, memberi kabar akan menjemputnya setelah selesai sholat magrib sekitar pukul enam belas untuk pergi makan sembari ketemu dengan sepupunya, sepupu yang akan dikenalkan dan dicomblangkan dengannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun