Mohon tunggu...
Virda Rikza Surya P
Virda Rikza Surya P Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Change your view, change your future

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Istilah "Teh Tumpah" dalam Kacamata Semantik

30 Desember 2020   14:00 Diperbarui: 30 Desember 2020   14:00 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial saat ini sangat digandrungi para kaum milenial. Media sosial tidak hanya sebagai alat kominikasi atau sumber informasi. Pada masa sekarang, media sosial digunakan  untuk mengekspresikan diri secara bebas, menumpahkan keluh kesah hingga sebagai tempat pelarian yang amat sempurna. Meski demikian, penggunaan media sosial sangat berpengaruh terutama dari segi bahasa. Baru-baru ini, media sosial melahirkan istilah-istilah baru dan kadang sulit dimengerti oleh orang awam. Hal ini dapat dilihat di salah satu media sosial  yang sangat digemari oleh kaum milenial, yaitu Twitter.

Di dalam Twitter terdapat istilah-istilah unik, menarik, dan terdengar menggelitik bagi orang yang mendengarnya. Salah satu istilahnya “Teh tumpah”, di Twitter istilah ini sudah ramai dan bahkan digunakan untuk mengomentari sebuah status. Istilah “Teh tumpah” ini berasal dari bahasa slang Inggris yaitu “Spill the tea”. Kata “spill” berarti tumpah dan “tea” berarti teh. Makna istilah “Spill the tea” di sini bukanlah menumpahkan secangkir teh, tetapi menumpahkan sebuah informasi yang bersifat rahasia.

Penggunaan istilah “Teh tumpah” ini biasanya digunakan jika ada seseorang yang akan memberi tahu sebuah rahasia atau gosip yang sedang viral, maka warga Twitter biasanya merespon dengan istilah “Menunggu teh tumpah”. Teh tumpah di sini bermakna membocorkan sebuah rahasia, aib, informasi atau disebut dengan gosip. Istilah ini popular sejak divisualkan Kermit the Frog yang sedang meneguk secangkir teh.

Dalam kajian semantik “Teh tumpah” ini termasuk ke dalam makna konotasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indinesia (KBBI), konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata, makna, yang ditambahkan pada makna denotasi. Kemudian menurut Chaer (2012:292) makna konotasi adalah makna lain sebagai makna yang ditambahkan berkaitan dengan nilai rasa dari individu maupun kelompok masyarakat terhadap penggunaan kata. Jadi makna konotasi merupakan sebuah makna pada kata atau frasa yang bukan makna sebenarnya. Contohnya pada kalimat “Twitter ditinggal bentar, banyak teh tumpah dimana-mana”. Makna “teh tumpah” di sini bukanlah air teh yang tumpah, namun sebuah informasi baru atau gossip baru. Hal ini disebut sebagai makna konotasi, yang mana istilah “teh tumpah” diartikan sebagai makna yang bukan sebenarnya.

Menurut Chaer dan Agustina (1995: 66-68), konotasi dibedakan menjadi dua yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif merupakan kiasan yang mengandung makna baik atau positif. Konotasi negatif merupakan makna sebuah kata atau sekolompok kata yang cenderung mengarah ke hal-hal yang negatif. Istilah “Teh tumpah” ini cenderung mengarah pada informasi atau gosip baru yang berbau negatif. Biasanya kaum milenial menggunakan istilah ini untuk bahan gosip secara daring. Gosip yang diambil merupakan gosip yang sedang hangat atau viral di media sosial.

Dengan demikian istilah “Teh tumpah” ini muncul ketika ada informasi atau gosip yang akan dibeberkan kepada publik. Dalam sudut pandang semantik, istilah ini termasuk makna konotasi negatif. Kenapa begitu? makna dari “Spill the tea ” ini merujuk pada membeberkan suatu aib atau informasi yang bersifat tertutup atau rahasia.

Dalam bahasa slang, kata “tea” ini bisa juga diartikan sebagai “to gossip” yang bermakna obrolan tentang aib seseorang. Kata “tea” disini bisa bermakna sebuah minuman manis atau bisa juga bermakna gosip, tergantung dari konteks dan situasi yang digunakan.  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, istilah-istilah bahasa bisa bermakna berbeda dari makna aslinya, tergantung dari konteks kalimatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun