Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Es Teh di Tengah Malam

15 Desember 2024   06:13 Diperbarui: 15 Desember 2024   06:21 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es Teh tiba-tiba begitu viral dan puisiesai ini terinspirasi dari es teh tersebut. Dokumen SZ.

Menunggu Es Teh di Tengah Malam
Oleh: Syaripudin Zuhri

Tiba- tiba Aku terjaga dalam tidur
Teringat kisah penjual es teh
Yang tiba- tiba melesat ke jagat raya
Membahana pada setiap bibir insani
Menggelegar dan menampar kesombo ngan kata- kata
Mengikis setiap yang punya hati nurani
Menggerakan setiap jiwa- jiwa yang lagi-lagi
Punya hati
Punya rasa
Punya jiwa
Punya roh
Punya tetes- tetes air mata.

Malam dalam gelap gulita
Aku menunggu tukang es teh
Yang tiba-tiba saja begitu laku
Bukan hanya dalam hitungan gelas
Es teh ini tiba-tiba melesat terbang
Ke seluruh jagat semesta
Tak ada yang mampu mencegahnya
Tak ada yang mampu menghentikannya
Tak ada yang mampu menyamainya
Tak ada yang mampu menyetopnya
Begitu laku es teh ini dan penjualnya
Melesat begitu tinggi
Terbang ke seluruh jagat semesta
Dengan tangis haru
Yang membumi.

Pada tengah malam Aku menunggu es teh itu
Es teh yang telah mendunia secara tiba-tiba
Tetes-tetes air mata keharuan yang tak tertandingi oleh apa dan siapapun
Mengalir begitu deras
Ke segala penjuru
Ke segala arah mata angin
Ke segala hembsan napas manusia
Ke segala hiruk pikuk duniawi
Menenggelamkan segala berita
Pilkada
Pilkadi
Pilkadu
Pilkado
Pilkade
Dan segala pil.

Es teh di tengah malam
Dalam teriakan yang tak berbunyi
Es teh ...
Terdengar suara itu
Senyap
Es teh ...
Terdengar lagi suara teriakan itu
Sunyi
Es teh ...
Terdengar teriakan tukang es itu
Kelam
Es teh ...
Dia berteriak lagi
Dan si sombong bertanya padanya
Sudah laku belum?
Tak borong nanti...
Tak ada jawaban
Tukang es itu terdiam dalam kebekuan
G o b l o k!

Terdengar tawa membahana
Di atas panggung kehormatan
Di atas keangkuhan yang menyala
Di atas egoist manusia sombong
Di atas gejala kejiwaan yang hampa
Di atas batas- batas nurani tak terperi
Di atas tangis anak manusia
Di atas pedagang es merintih
Ya di atas itu semua
Tawa itu benar-benar menyakiti
Manusia yang punya hati
Manusia yang punya jiwa
Manusia yang punya roh
Manusia yang punya keabadian
Manusia yang punya manusia.

Yang dilisankan akan hilang, yang dituliskan akan abadi. Maka tulislah dan karyamu melawati umurmu. Dokumen SZ
Yang dilisankan akan hilang, yang dituliskan akan abadi. Maka tulislah dan karyamu melawati umurmu. Dokumen SZ
Di tengah malam Aku menunggu es teh
Dalam bilur-bilur keringatnya
Dalam tetes-tetes es yang mengalir
Dalam rintihan menahan tangis
Ketika si sombong berteriak
Dengan kata melesat ke langit tinggi
Kata yang seharusnya bukan lahir
Dari dia yang mengaku Gus
Ada Gus jadi-jadian
Ada Gus durian busuk
Ada Gus ember bocor
Ada Gus kaleng rombeng
Ada Gus memalukan sesama Gus.

Es teh
Tiba- tiba menelan keangkuhan
Es teh
Tiba-tiba menelan kesombongan
Es teh
Tiba-tiba menyatukan setiap nurani
Es teh
Tiba-tiba memecat keangkuhan diri
Es teh
Tiba- tiba meruntuhkan jabatan tinggi.

Dengan es teh pula
Gelombang suara berbunyi keras
Menghantam segala yang ada
Membolak balikan nasib dalam sekejap
Dengan tiba-tiba terjungkal
Keangkuhan
Kesombonghan
Kepongahan
Keakuan degil
Kelakuan dekil.

Es teh yang Aku tunggu di tengah malam
Dalam gelap
Dalam sunyi
Dalam sepi
Dalam lirih
Oh..
Es teh itu tiba-tiba melesat
Bukan ke dalam gelas
Bukan ke dalam tenggorokan
Bukan ke dalam perut
Bukan ke dalam laut
Bukan ke dalam samudera
Tapi es teh itu
Melesat ke tanah suci
Melesat ke segala arah
Melesat ke haribaan insani
Yang punya nurani.

Es teh
Tiba-tiba melakukan gerak tak terduga
Gerakan yang begitu melesat
Bukan di hanya di bumi
Tapi juga di langit yang tinggi.

Es teh yang diteriaki penjualnya
Bukan hanya terdengar
Di telinga ummat manusia
Namun malaikat pun mendengar
Dan ketika kata Goblok itu keluar
Dari si sombong yang tak tahu diri
Manusia dan malaikat menyambut
Dengan doa yang tak terucap
Langsung di jawab olehNya
Yang Maha Kaya
Yang Maha Kuasa
Yang Maha Agung
Yang Maha dari segalanya
Dan terjadilan apa yang terjadi.

Es teh telah mengukir sejarah manusia
Dengan tinta emas yang tak akan luntur dalam hitungan waktu
Terus mengabadi dalam jejak digital
Digigit yang gatal
Dicubit yang bintal
Diclurit yang nakal
Dihabisi yang binal
Es teh
Es teh
Es teh
Tiba-tiba air mataku mengalir.

Jakarta, 15 Desember 2024.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun