Kemarin, Minggu tanggal 21 Juli 2024, setelah sholat Subuh, saya mulai bergerak dengan motor ke tempat demo for Palestina di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Ini entah keberapa kali saya ikut  untuk perjuangan saudara-saudara kita di Palstina sana. Jauuuuuh dari tanah air kita, Indonesia, secara letak geografinya, tapi sangat dengan suka duka perjuangan mereka. Bayangkan aja, sementara kita lagi enak-enak ngopi atau ngeteh di pagi hari dengan rebusan gorengan singkong, tahu, tempe dan lain sebagainya.
Atau Kita sedang saranpan nasi uduk dengan telor dadar, orek tempe. Atau kita lagi sarapan lontong dan ketupat sayur, nun jauh di sana saudara kita, Bangsa Palestina, di Gaza, dan tempat lainnya sedang dihancurleburkan oleh Esrael! Kebayang ga sih, kita lagi enek-enak rasapan, tiba-tiba bom berjatuhan menghancurkan diri ita, dan anggota badan kita hancur berserakan? Itu reel, bukan fiksi yang disebarkan via internet, baik di medsos, youtube, google, FB, Istagram, twitter, WAG dan lain sebaginya. Di era digital sekarang, di era internet, yang dalam hitungan detik, setiap berita dari manapun bisa diakses, kejadian di seluruh dunia bisa diketahui saat itu, luar biasa, dunia benar-benar sudah dilipat dengan internet!
Lalu untuk apa terus menerus berdemo for Palestina? Bukankah negara Palestina bukan orang Islam saja, tapi juga ummat lainnya yang sama-sama hidup di negara Palestina, sejak dicaplok Esrael tahun 1948, sampai sekarang belum juga merdeka. Tapi kalau dibandingkan dengan negara kita Indonesia saat dijajah, ya memang belum apa-apa, kita dijajah negara-negera Eropa, Portugis, Balanda, Inggris dan juga Jepang, yang sesama bangsa Asia, walau seumur jagung, telah membuat penderitaan bagi bangsa ini, negara ini, Indonesia kita.
Nah kalau ditotal Indonesia dijajah sampai 350 tahun, benarkah itu? Perlu dikaji kembali. Karena hitungan sampai 350 tahun dijajah, itu sebenarnya untuk memperlemah semangat juang bangsa Indonesia. Kalau mau dihitung konkritnya, Portugis masuk sekitar abad 16 di Malaka, Kemudian Belanda masuk sekitar abad 17 dan itupun tak langsung menjajah, katanya sih berdagang, eh lama-lama menopoli, lalu menguasai total, dan terjadilah penjajahan.
Namun tidak semua wilayah dikuasai Belanda, Aceh baru dikuasai sekitar akhir abad 19, jadi dimana tuh dapat hitungan 350 Indonesia dijajah? Jadi jika dibandingkan dengan penjajahan Esrael  di Palestina 76 tahun, ya belum apa-apa. Loh ini berarti bukan mengecilkan perjuangan bangsa Pelatina, perjuangan masih panjang. Dan akan terus bertambah panjang, selama ada hak Veto yang dimiliki Amerika Serikat! Karena Amerika Serikat akan selalu memveto resolusi PBB tentang Palestina, siapapun Presidennya.
Ketika Belanda dan konco-konconya yang sekarang pada teriak HAM, Hak Azasi Manusia, adalah pelanggar utama HAM tersebut, sekarang aja mereka teriak-teriak HAM, HAM dan HAM, "eh dulu lu pada kemana, menjajah negara orang seenaknya, merampas kekayaan orang dan dibawa ke kampung, negara lu dan menindas dengan kerja paksa, kerja rodi dan kekejaman lainnya, eh sekarang lu teriak-teriak Indonesia melanggar HAM,HAM dan HAM, HAM pala lu pengang! Tuh kalau orang Betawi lagi jengkel.
Nah yang terjadi di Palestina, yang wilayahnya dicaplok dan dikuasai Esrael, sebelas dua belas dengan penjajahan Belanda terhadap Indonesia. Ayo ngaku Belanda! Kowe itu penjajah negara kami Indonesia, kowe menindas bangsa kami, kekayaan sumber daya alam kami lu bawa ke Belanda. Ayo ngaku, enak aja baru ngakui kemerdekaan Indonesia setelah berepa puluh tahuh kemudian. Indonesia merdeka 1945. Eh kowe datang lagi melakukan agresi pertama, 1947, dan lagi melakukan agresi ke dua, 1949, ga berhasil juga, lalu pura-pura melakukan perundingan-perundingan dangan akal bulus.
Perundingan Linggar Jati, Renvile, Roem Royen, KMB9 Konferensi Meja Bundaer) di Deenhag. Perundingan palsu, yang ujung-ungnya hanya menguntungkan kowe, Belanda! Ayo deh jangan pura-pura bego, itu arsip atau kekayaan yang anda ambil belum dkembalikan ke Indonesia. Ayo itu bukan punya kowe. Kembalikan harta kekayaan kami, harta kaum intelektual, manuskrip-manuskrif yang kowe bawa kabur.
Loh jadi ke penjajahan Belanda sih, kan lagi bahas tentang Palestina? Nah itu dia, penjajahan apapun namannya, dan siapapun pelakunya tetap saja kejam, bengis, menghancurkan negara yang dijajahnya dan membumi hanguskan negara yang dijajahnya. Jadi dulu Belanda, Inggris, Perancis, Portugis, Spanyol, Amerika sebelas dua belas dengan Esrael. Lihat itu kekejaman Esrael, jangan gedung biasa, Masjid, tempat ibadah, rumah sakit, gedung-gedung sekolah di bom, dihancurkan. Mau bukti apa lagi? Belum lagi yang dihancurkan bukan hanya para tentara yang berjuang, tapi wanita, anak-anak, orang-orang tua sepuh, habis dilibas tentara Esrael, silahkan aja lihat di youtube, di Wag masing-masing, di medsos lainnya, lihat kekejam Esrael pada Bangsa Palestina. Saya ngeri ngelihatnya, ga tega!
Lalu hubungannya demo demo-demo yang dilukakan di Tanah air kita Indonesai kita untuk apa? Kan tidak berkiatan langsung, letaknya juga sangat berjauhan secara geografi. Nah disinilah urgensinya, okelah, kita tidak bica sesama agama, sesama muslim, misalnya, tapi kita kan manusia, masa manusia tidak punya empati pada sesama manusia yang sedang ditindas, dijajah, dihabis, dibom, dihancurkan dan berbagai kekejaman lainnya, yang diperlihatkan secara blak-blakan, tanpa tendeng aling-aling. Esrael benar-benar bajet, sebejatnya. Kejam, sekajam-kejamnya, brutal habis. Lalu kita sebagai sesama manusia berdiam diri gitu, hanya jadi penonton, tak mau bergerak, tak mendokan, tak membela negara yang sedang ditindas itu? Terlalu!
Sementara dalam pembukaan Undang_Undang Dasar 45 jelas-jelas dikatakan " Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dari sinilah titik tolak bangsa Indonesia selalu mendukung perjuangan kemerdekaan Bangsa Palestina.
Esrael itu pejajah, itu tanah  milik bangsa Palestina, bukan tanah mereka. Apapun alasannya Esrael harus keluar dari tanah Palestina, bukan mencaplok tanah-tanah Palestina sedikit-demi sedikit, dan sekarang wilayah Palestina semakin kecil, di tanah kelahirannya sendiri. Sementara wilayah Esrael, semakin luas. Tembok-tembok tinggi yang dibangun zionis Esrael telah membatasi ruang gerak bangsa Palestina, lalu kita berdiam diri gitu?
Apa kata dunia? Perjuangan fisik bagi bangsa Palestina yang sedang dijajah adalah kewajiban bangsa tersebut dan bagi negar sekitarnya wajib membantu kemerdekaan Palestina. Sedangkan negara-negara lain berjuang dengan cara masing-masing, termasuk Indonesai yang jauh dari Palestina, paling tidak menyuarakan  bahwa Penjajahan di manapun dan oleh negara manapun harus dihapuskan, dilawan, karna memang tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan.
Jadi paling tidak, kita bangsa Indonesia berdemo, terus menerus berdemo, sampai Palestina merdeka. Itu cara kita mendukung Palastina. Ikut bersuara pada Amerika serikat yang selalu mendukung Zionis Esrael, tanya kenapa Amerika Serikat mendukung Esrael? Katanya Amerika negara paling demokrasi, tapi ada penjajahan di dunia, malah yang menjajah yang didukung, aneh bin ajaib. Â Kita mendoakan bangsa Palestina untuk kemerdekaan mereka!
Sekecil apapun usaha kita berdemo, di Monas, Â atau di tempat-tempat lain, itu sudah menunjukan dukungan yang kuat untuk bangsa Paletina. Jika pun tidak sampai ke Palestina, paling tidak ketika berdemo, kita bisa membantu sesama anak bangsa, yang sedang mencari rezeki di tempat-tempat demo. Jangan lupa saat demo itu juga terjadi perputaran ekeonomi yang tidak keci. Ibu-ibu dengan jajanan gorengannya, nasi pecel, nasi rames, lontong sayur, ketupat, teh hangat, kopi panas, es teh, jamu-jamuan, topi, embelem, bendera Merah Putih dan bendara Palestina, sorban, peci dan berbagai astribut meramaikan acara tersebut.
Bukankah itu sudah membantu saudara kita sendiri, dengan membeli barang dagangan mereka. Pagi-pagi sarapan di tempat demo, rasanya beda dibandingkan kita sarapan di rumahn sendiri. Ada rasa perjuangan kecil, merasakan orang-orang yang mencari nafkah. Luar biasa. Jadi jangan dibilang, akh demo hanya bikin kemacetan, demo hanya bikin keributan, demo sia-sia dan sebagainya.
Ngapain demo, seperti ga ada kerjaan aja? Â Lah demo itu bekerja, bekerja untuk manusiaan. Itu bukan kerjaan kaleng-keleng. Karena ketika akan demo, keorgasiasian itu bergerak, Aqso Working Group( AWG ) menata panggung, sound sstem, menata bendera, mengatur orang dan sebagainya. Agar para pendemo nyaman dan aman. Jangan lupa, menusia yang terbaik adalah manusia yang mau membela sesamanya, yang berguna bagi sesamanya, yang paling bermanfaat bagi sesamanya dan tentu yang berdoa untuk sesamanya. Jelas dalam setiap kejadian ada hikmah dibaliknya, termasuk demo for Palestina. Pertanyaan sekarang, siapa takut? Demo aja takut, ke laut aja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H