Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Aku Menulis Maka Aku Ada

15 September 2023   07:09 Diperbarui: 15 September 2023   07:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini seperti sebuah kalimat yang masyur dari filosof, Descartes : "Aku berpikir maka Aku ada " dengan kalimat tersebut Anda bisa menginspirasi pada siapapun untuk membuat kalimat yang senada. Begitu juga dengan tulisan. Mengapa? Karena banyak orang yang ketika menulis ragu-ragu. Nanti siapa yang baca? Apa lagi kalau sudah lihat di media social yang siapapun sekarang bisa menulis apapun, sehingga keraguan untuk menulis menjadi bertambah.

Nulis kok takut tak ada yang baca? Nulis ya nulis aja, ada yang baca atau tidak, bukan urusan yang menulis. Kalau kata anak Betawi, EGP aja! Emangnya gua pikirin! Kalau menulis takut ga ada yang baca karena sudah begitu banyak tulisan atau produksi tulisan begitu banyak sampai tak terhitung banyaknya, ya nyantai aja. Di dunia maya sekarang, di dunia internet, di dunia digital, yang kapan saja orang bisa menulis, di mana saja dan kapan saja, dan langsung bisa diposting saat itu juga, ga perlu ada editor seperti di majalah atau koran seperti jaman kertas dulu, kesempatan untuk menulis terbuka lebar.

Di era digital sekarang dengan HP, Laptop atau apapun namanya, orang bisa memposting tulisan tanpa takut pada editor atau dewan redaksi, takut tulisannya tak bisa dirilis atau takut tulisannya hanya jadi santapan tong sampah. Tulis aja, jadikan kalimat Descartes tersebut untuk memotivasi diri. Aku berpikir maka Aku ada. Sekarang mari kita kembangkan kalimat tersebut dengan hal- hal lain seperti ini:

  • Aku menulis maka Aku ada
  • Aku bertanya maka Aku ada
  • Aku membaca maka Aku ada
  • Aku berkelana maka Aku ada
  • Aku bicara maka Aku ada. Dan seterusnya.

Kita ambil yang pertama, " Aku menulis maka Aku ada," Dengan kalimat sederhana tersebut, maka Anda tak dipusingkan dengan orang lain. Pokoknya saya menulis, mau dibaca atau tidak, dibaca atau tidak, bagus atau tidak, menarik atau tidak, dan seterusnya, ga usah dipikirkan. Tulis aja, kalau belum menulis sudah takut tak ada yang baca, itu ibarat perang, belum berangkat sudah kalah. Loh kan tulisan itu sudah begitu banyak, di FB, Twitter, Instagram dan lain sebagainya, siapa yang mau baca?

Soal tulisan ada yang baca atau tidak, jangan kan tulisan kita, yang mungkin bukan siapa-siapa, tulisan para pakar dengan gelar akademis berderetpun, yang tulisannya sangat ilmiah dan begitu berkualitas, tapi bila sudah dishare di media social tadi, apakah jaminan banyak yang baca? Belum tentu juga. Mengapa? Ya itu tadi, di era digital sekarang, tulisan seorang Prof DR misalnya, itu sama kesempatannya untuk dibaca atau tidak dengan penulis amatir, yang baru belajar nulis, artinya kesempatannya sama. Jadi kenapa takut menulis kalau kesempatan untuk dibaca itu sama!

Berikutnya yang kedua, " Aku bertanya maka Aku ada" ini juga kesempatan yang sama untuk siapapun untuk bertanya apapun. Di "embah" google hanya dengan mengetik sebuah kata kunci, seperti kata, "bertanya", maka akan muncul begitu banyak tentang hal tersebut.  Jadi dengan bertanya, kita ada, Aku ada, Anda ada. Bertanyalah yang kita tak tahu, tentu pada ahlinya. Semakin banyak bertanya, apa yang tadinya kita tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya belum jelas menjadi jelas, yang tadinya masih gelap menjadi terang benderang.

Jadi ketika ada orang banyak bertanya, bukan berarti bodoh. Pernahkah Anda mendengar cerita tentang Malaikat Jibril yang bertanya tentang Iman, Islam dan Ihsan kepada Nabi Muhammad SAW. Apakah Jibril tidak tahu? Jelas tahu dong! Karena Jibril yang bertanya pada Nabi, Jibril juga yang membenarkan. Sehingga para sahabat heran, kok Dia yang bertanya, Dia yang membenarkan. Jadi jangan alergi dengan orang banyak bertanya. Dan jangan alergi dengan menuduh orang yang bertanya seperti orang Yahudi. Ini orang ga paham, dan kata pepatah "seperti katak dalam tempurung", sudah menghakimi orang lain, aneh bukan?

Yang ke tiga, " Aku membaca maka Aku ada ". Membaca di jaman sekarang seperti barang aneh atau asing. Sepertinya kalau ada orang lagi asik membaca, dan buku yang dibacanya sangat tebal, lebih dari 1000 halaman, menjadi sesuatu yang aneh, asing dan bertanya-tanya kok masih ada ya orang yang membaca buku seperti itu, bukankah banyak buku yang sudah dijadikan ebook dan mudah diunduh, gratis lagi. Kok mau-maunya membaca buku, dan buku tebal.

Akh rupanya masih banyak orang yang belum tahu, bahwa membaca buku bagi "kutu buku" Sesuatu yang tak tergantikan dengan apapun. Dan buku sampai saat ini masih bertahan, walau untuk yang sejenisnya seperti Koran atau majalah sudah banyak yang ditinggalkan , orang membaca berita bukanlah di Koran atau majalah, tapi di HP. Tapi untuk buku tetap asik dan tetap berkibar, apa lagi buku yang Best Seller akan lebih menarik bagi sang "kutu buku"

Yang ke empat" Aku berkelana maka Aku ada". Ini sebuah pesan yang sangat berharga untuk " berjalanlah di muka bumi, lihatlah peninggalan-peninggalan sejarah masa lalu. Berkelanalah, berjalanlah atau banyak picnic! Denagan melakukan perjalan sekecil apapun atau sependek apapun perjalanan akan membawa hikmah tersendiri. Dengan banyak berjalan, seseorang semakin bertambah wawasan atau ilmu yang bisa di dapat di alam.

Orang yang sering berjalan, akan sehat itu kata dokter. Orang yang sering berjalan atau jalan-jalan akan seperti air yang terus menerus mengalir, dan air yang mengalir akan jernih. Begitu juga bagi orang yang suka berkelana, merantau, berpindah tempat, hijrah dan sebagainya, akan membuka wawasan baru. Dan hebatnya ribuan kilo meter yang ditempuh diawali dengan selangkah. Jadi jangan ragu untuk melangkah yang positif, teruslah bergerak, teruslah berkelana sepanjang hayat masih dikandung badan. Dengan demikian ketika Aku berkelana maka Aku (masih) ada! Dengan kata lain bila Aku sudah tak berkelana ke mana-mana, tak bergerak, maka Aku sudah tiada.

Yang kelima atau yang terakhir, " Aku bicara maka Aku ada". Nah dijaman demokrasi sekarang ini orang bebas bicara dan dijamin UUD 45, lihat pasal 28. Hak untuk bicara termasuk Hak Asasi manusia, hak yang melekat pada manusia sejak manusia dilahirkan. Maka bicaralah, tentu yang baik-baik, bila tak mampu berkata yang baik, diamlah! Dengan bicara orang sedang mengeluarkan pendapatnya, dan orang lain silahkan berbeda, karena perbedaan tersebut juga ada hikmahnya.

Dengan Aku bicara maka Aku ada, jika melihat kemungkaran Aku diam saja, tidak berbuat apa-apa itu tandanya imanku lemah, selemahnya iman. Maka bicaralah, dengan bicara Aku ada, Anda ada dan kita semua ada. Walau ada kata pepatah " mulutmu harimau kamu" tapi dengan dengan kata-kata yang baik orang lain bisa digerakan, kata yang baik membuat orang termotivasi untuk berbuat baik. Jadi jangan takut bicara atau katakan " Siapa takut?"

Nah itulah berbagai hal yang bisa dikembangkan dari " Aku berpikir maka Aku ada" , makanya " Aku menulis maka Aku(pun) ada! Jika Aku tak menulis apapun, maka Aku sebenarnya sudah tiada, alias mati. Ya orang yang sudah mati tak bisa lagi manulis, tak ada lagi yang bisa ditinggalkan. Itulah pentingnya menulis. Maka walaupun jasadmu sudah terkubur, tapi tulisanmu tetap ada!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun