Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi dari Buku Ontologi sampai Presiden

14 April 2021   11:17 Diperbarui: 14 April 2021   11:22 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Buku yang ditulis tahun 2013 Sebelum Jokowi menjadi Presiden. Dokumen SZ.

Kedua, Buku Kami Tidak Lupa Indonesia. Ini juga sebuah buku unik. Isinya tentang Diaspora Indonesia yang menyebar disleuruh dunia. Dan saya salah diantara sekian juta orang Indonesia yang berada di luar negeri saat buku ini ditulis dan diterbitkan. Dengan cover buku  yang juga menggelitik. Burger, dengan lapisan tempe! Bukan seperti biasanya, roti. Jadi Burger dengan atas bawahnya tempe, dan isi tengahnya biasa, racikan daging, tomat dan keju. Luar biasa, sebuah perpaduan Timur dan Barat.

Pada buku ini tulisan saya mendapat kohormatan besar, dengan nama samaran : Viraysmaut, dibaca: Syarip ingat mati, bertengger di Bab Pertama dengan judul " Diaspora Indonesia Sebuah Potensi Besar" hal 2. Buku yang diterbitkan atas kerjasama Bentang Pustaka dengan Kompasiana, tidak menuliskan bab 1, Bab 2 dan seterusnya, langsung pada judul yang dicetak tebal untuk membedakan babnya masing-masing.

Buku diterbitkan Maret 2014. Yang kebetulan di bulan tersebut adalah bulan kelahiran saya, jadi semacam hadiah Ulang Tahun untuk diri saya sendiri, pas usia ke 51 tahun. Entah disengaja atau tidak oleh redaksi, saya tak tahu. Beda dengan buku pertama di atas, yang tidak mencantumkan bulan penerbitan, buku yang kedua ini, ditulis bulan terbitnya, Maret 2014.

Ini Buku Kenangan ketika SZ masih di Rusia. Dokumen SZ.
Ini Buku Kenangan ketika SZ masih di Rusia. Dokumen SZ.
Ketiga, Buku Ahok Untuk Indonesia. Ini buku Ontologi lanjutan dari Kompasiana. Sempat dicetak dua kali, April 2014 dan Mei 2014. Jadi sebulan sekali buku ini dicetak kembali. Memang saat itu kontropersial banget. Terutama tentang karakter Ahok sebagai pemimpin, yang ibarat kata orang, pejabat yang mulutnya susah direm, terutama kalau sedang marah.  Ahok juga termasuk Gubernur yang bila berkata tanpa tedeng aling-aling, yang buat repot para bawahannya. Dan jika marah, kemarahannya masuk ke Youtube, luar biasa. Ibarat Singa garang, maka bawahnnya persis ... akh saya ga tega nyebutnya. Biarin saja deh, itu sudah bagian dari masa lalu.

Dalam buku ini saya menyumbang artikel dengan judul "  Ahok Dibenci? Ini Tiga Alasannya " hal 145. Buku yang terdiri dari 5 Bab. Bab 1 -- " Siapa Ahok? " Bab 2- " Karakter" ; Bab 3 "Aksi dan Reaksi"; Bab 4 " Tantangan "  dan Bab 5 " Gubernur Sebagai Batu Loncatan".  Buku yang dicetak sama dengan buku Jokowi di atas. Penerbitnya Elex Media Komputindo.

Judul buku ini adalah sebuah harapan, harapan untuk Indonesia, Tapi akhirnya kandas di tengah jalan. Untuk menuju RI 1 Ahok kebentur kasus, yang sudah sama-sma kita ketahui. Ahok kebentur kata-katanya sendiri, yang berakibat dirinya masuk bui selama 2 tahun, tapi sekarang sudah bebas, dan sudah masuk lagi ke dalam birokrasi BUMN, menjadi salah satu komisaris!

Buku unstuk sesama kompasioner terbaru, terbit Februari 2021. Dokumen SZ.
Buku unstuk sesama kompasioner terbaru, terbit Februari 2021. Dokumen SZ.
Keempat, Buku 150 Kompasioner Menulis. Nah ini buku yang ditulis benar-benar keroyokan, tak kurang 150 orang menulis dalam satu buku. Mungkin jarang ada buku yang demikian. Saya belum menemukan, sebuah buku ontologi yang ditulis oleh sekian banyak orang. Kalau ensiklopedia, wajarlah. Loh ini buku tentang seorang kompasioner, yang memang paling produkti di usianya yang tidak lagi muda, siapa dia? Pak Tjip, kami memanggilnya, tepatnya Tjiptadinata Effendi.

Pada buku ini saya menyumbang tulisan atau artikel yang sepertinya sedikit sombong, kena virus kata-kata Bung Karno " Hai Pemuda, Mana Dadamu, Ini Dadaku? " Judulnya coba baca " Ini Karyaku, Mana Karyamu? " Ada di hal 92-93. Kalau minjam kata Rhoma Irama" terlalu !" Baru nulis buku keroyokan saja sudah ngasih judul demikian, gimana kalau sudah berhasil menulis buku sendiri dan buku tersebut menjadi Best Seller, mimpi kali. Ya tak apa-apa mimpi dulu. Bukankah mimpi tak dilarang!

Nah itulah empat buku ontologi yang berhasil ditulis, dicetak dan diterbitkan! Tiga buku di atas saya dapat honor, lumayan buat traktir makan bakso. Buku yang terakhir persebahan buat sesama kompasioner yang punya kebiasaan menulis di kompasiana. Semoga empat buku tersebut bukan yang terakhir, semoga muncul buku-buku lain, baik ditulis sendirian ataupun yang keroyokan seperti empat buku ontologi ini. Jadi jangan berhenti menulis, kecuali maut memanggil kita. 

Ingat, buku adalah jendela dunia, dengan menulis dan membuat buku, berarti kita telah ikut membuka jendela dunia untuk generasi berikutnya. Sekecil apapun potensi yang kita miliki, jangan menyerah. Kalau yang Males saja bukunya bisa sampai Best Seller, lihat di atas, mengapa kita tidak bisa? Ayo terus berkarya, ini Karyaku, mana Karyamu? Siapa Takut?

Jakarta, 14 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun