Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fakta-fakta Unik Kecintaan Orang Rusia pada Budaya Indonesia

6 Agustus 2019   20:33 Diperbarui: 7 Agustus 2019   11:14 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lihat itu muda mudi Rusia sedang joget dangdut. Foto: Syaripudin Zuhri.

Dunia boleh juga disebut terbolak-balik. Negara yang sudah begitu maju dengan teknologi dan luar angkasa seperti Rusia atau negara-negara lain di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada, justru begitu tertarik pada apa saja yang berbau tradisional. 

Sementara negara-negara yang sedang berkembang atau terbelakang justru begitu keras mengejar apa saja yang berbau teknologi modern.

Bahkan bisa gelap mata terhadap negara-negara maju, dan "mentah-mentah" mau ditirunya, padahal semua yang berasal dari negara Barat belum tentu cocok budayanya dengan negara Timur.

Jangan lupa, tidak semua yang datang dari Barat itu positif. Banyak juga yang negatifnya, yang memang tidak bisa dipungkiri, dua hal tersebut akan selalu ada di budaya manapun di dunia.

Yang positif dari Barat tentu saja teknologi modern, seperti pesawat ruang angkasa, komputer, HP, dan teknologi tinggi lainnya. Dan yang negatif pun tak kalah banyaknya, seperti budaya "kumpul kebo" kebebasan tanpa batas, minum-minuman yang memabukkan, narkotik, dan lain sebagainya.

Baik, kita tinggalkan masalah positif dan negatif budaya, saya mau mengajak Anda untuk melihat fakta-fakta unik dari kebudayaan Indonesia yang dicintai atau diminati oleh orang Rusia.

Fakta-fakta konkrit tersebut terlihat nyata di dalam Festival Indonesia Moskow ( FIM) 2019, yang telah diselenggarakan secara terus menerus selama 4 tahun berturut-turut. Hal tersebut sudah saya tulis kemarin, 5 Agustus 2019. Dan hari ini saya tulis lagi dalam angle yang lain. Apa itu?

Pertama, kukusan. Anda tahu kan kukusan? Ituloh alat untuk menanak nasi tradisional, sebelum digunakannya alat masak nasi dengan rice cooker.

Nah kukusan yang terbuat dari anyaman bambu, terutama yang masih tinggal di desa-desa, digunakan untuk menanak nasi, baik yang menggunakan kompor minyak tanah atau dengan dapur yang menggukan tungku, yang bahan dasarnya kayu bakar.

Lalu apakah orang Rusia mau kembali ke masa lalu, menanak nasi dengan kukusan? Ternyata tidak, kukusan bagi orang Rusia justru dijadikan alat untuk menghias taman di Krasnaya Presnya (Парк Красная Пресня). Jadi di saat Anda melihat Festival Indonesia Moskow 2019 yang baru lalu, Anda akan melihat di berbagai sudut kukusan yang sudah dicat dan digantung.

Dan kukusan itu asli dari Yogyakarta, yang dibawa oleh pengelola Taman Krasnaya Presnya waktu berkunjung ke Indonesia. Kukusan tersebut juga digunakan oleh orang Rusia yang menggunakan kano kecil untuk menyelusuri sungai kecil yang berada di tengah-tengah taman tersebut, dan mereka sangat bangga menggunakannya.

Kukusan untuk menanak nasi beralih fungsi di FIM 2019. Foto: Syaripudin Zuhri.
Kukusan untuk menanak nasi beralih fungsi di FIM 2019. Foto: Syaripudin Zuhri.
Kedua, sarang burung. Masih terbayang dengan sarang burung yang berada di kampung atau di desa-desa? Atau sarang burung yang dilihat ketika masih kecil yang berada di dahan atau ranting-ranting daun sebuah pohon? 

Tentu Anda yang pernah  tinggal di pedesaan atau memang berasal dari desa masih ingat. Sebab kalau yang sudah tinggal di kota, jarang metemukan sarang burung.

Nah sarang burung ini juga dijadikan hiasan oleh pengelola taman Krasnaya Presnya. Dibuatlah sarang burung yang dianyam sedemikian rupa, sehingga bisa dinaikkan oleh anak kecil sampai orang dewasa untuk berfoto ria.

Latar belakang terdapat lukisan pedesaan, dengan hamparan sawah dan pegunungan lengkap dengan gubuk petani di tengah-tengah sawah. Ini menjadi luar biasa untuk tampilan foto yang eksotis. Orang Rusia dengan antusias foto di dalam sarang burung raksasa tersebut. Unik bukan?

Ketiga, jagung bakar. Mungkin bagi kita orang Indonesia soal jagung bakar itu bukan hal istimewa. Jagung bakar bisa kita jumpai di tempat-tempat keramaian, apa lagi kalau menjelang malam tahun baru. 

Biasanya "menu" utama bagi orang yang mau bermalam tahun baru, dan tak keluar ke tempat-tempat rekreasi, maka pilihannya adalah bakar jangung atau bakar ikan emas dan sejenisnya.

Lau bagaimana dengan Rusia? Makan jagung bakar belum membudaya. Kalau jagung rebus sudah banyak tersedia, tapi jagung bakar yang dikasih garam, masih sesuatu yang unik bagi mereka. 

Ternyata jagung bakar nikmat rasanya, dan sensasinya luar biasa. Apalagi ketika Festival Indonesia Moskow yang baru lalu itu beberapa kali hujan, terang dan hujan lagi, lalu terang di hari terakhir.

Nah suhu yang tiba-tiba drop, mengundang orang untuk makan, dan salah satu pilihannya adalah jagung bakar, Bro! Jika di Indonesia, jagung bakar itu hal biasa, nah di Rusia jagung bakar menjadi sangat luar biasa, karena untuk mendapatkannya minimal ada di saat festival tahunan. Bukankah hal tersebut menjadi istimewa?

Orang Rusia dengan bangganya memakai tudung petani Indonesia. Foto: Syaripudin Zuhri.
Orang Rusia dengan bangganya memakai tudung petani Indonesia. Foto: Syaripudin Zuhri.
Keempat, lagu dangdut. Inipun mungkin hal biasa jika itu dinyanyikan di Indonesia. Tapi ketika lagu dangdut ini dinyanyikan di FIM, sejak 2016-2019, bukan lagi biasa, tapi luar biasa. Mengapa? Itu kan berarti sekarang lagu dangdut sudah mengglobal sampai di Rusia.

Jadi jangan heran kalau lagu "Lagi Syantik" mampu menggoyang orang Rusia di FIM sebelumnya. Atau yang terakhir lagu dangdut Terajana yang dinyanyikan dengan sangat apik oleh Yopi Latul, membuat orang Rusia tak mampu menahan diri untuk bergoyang.

Bukan hanya yang di depan panggung, jauh di belakang penonton ada yang asik berjoget, dan tak segan-segan mengeluarkan ekspresinya dengan berputar meliuk-meliukan badannya.

Kelima, pemain gamelan dan penari "Burung Merak" semuanya orang Rusia. Jadi penetrasi budaya Indonesia ke Rusia bukan main-main. Sampai-sampai soal main gamelan dan tarian full oleh orang Rusia.

Sekarang coba dibalik, tidak semua orang Jawa bisa main gamelan, iya kan? Tapi dengan latihan dan ketekunan yang luar biasa gadis dan jejaka Rusia berlatih dan bermain gamelan dengan apik di KBRI Moskow  saat FIM 2019. Itu membuat tamu kehormatan yang dari Indonesia tertegun dibuatnya.

Nah gamelan ini adalah musik tradisional Indonesia. Baik gamelan Jawa atau gamelan Bali, dan perangkat gamelan tersebut langsung dibawa ke Taman Krasnaya Presnya, bukan rekaman, tapi live music.

Gamelan yang berat-berat itu digotong atau diangkat dari kantor KBRI Moskow ke Taman Krasnaya Presnya, luar bisa. Orang Rusia sangat menikmati musik gamelan ini, apalagi jika gemelan mengiringi tarian klasik Jawa, benar-benar mereka terpesona.

Kok bisa ya, "barang pecah belah" tersebut menjadi instrumen musik yang membuat telinga yang mendengarnya terasa di awan.

Lihat itu muda mudi Rusia sedang joget dangdut. Foto: Syaripudin Zuhri.
Lihat itu muda mudi Rusia sedang joget dangdut. Foto: Syaripudin Zuhri.
Keenam, becak. Siapa tak kenal becak? Di Jakarta sejak beberapa tahun yang lalu sudah menjadi daerah bebas becak, sehingga becak tidak lagi digunakan sebagai alat angkut. Alasannya katanya, tidak manusia. Entahlah, itu urusan kebijakan pemerintah setempat.

Kita tidak membahas kebijakan tersebut, yang saya mau bahas becak alat transportasi tradisional benar-benar telah memikat orang Rusia. Sehingga jauh-jauh dari Jogjakarta becak diterbangkan ke Rusia dan tampil dengan gagahnya di pavilion Jogyakarta di dalam FIM 2019 yang lalu menghadap ke pintu gerbang utama taman Krasnaya Presnya.

Nah orang Rusia ngantri untuk bisa duduk di becak tersebut dan berfoto ria. Dan saya juga penasaran untuk mencobanya, karena sudah puluhan tahun tak pernah naik becak. Sekarang becak itu ada di depan mata, dan adanya di negara orang. Luar biasa.

Begitulah hal-hal yang biasa di tanah air, menjadi sangat luar biasa ketika budaya kita ditampilkan di negara orang, di negara yang teknologinya sudah sampai di luar angkasa. 

Jangan lupa, Stasiun angkasa luar itu namanya " Mir" yang artinya perdamaian. Yang memang sekarang menjadi milik bersama warga dunia. Jadi, masihkah malu menjadi orang Indonesia? Tidak, Saya justru bangga, budaya Indonesia sudah mampu membuat orang Rusia terpesona. Demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun