Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

5 Keuntungan Menjadi Penyelenggara Piala Dunia 2018 bagi Rusia

28 Juli 2018   08:41 Diperbarui: 29 Juli 2018   09:58 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dengan Sporter Perancis pada Piala Dunia 2018 di Rusia yang baru lalu. Dokumen prbadi SZ

Olahraga yang paling mendunia dan yang penggemarnya sejagat, diakui atau tidak, adalah sepak bola. Saya walaupun tak suka main bola, dan tak hobi main bola sejak kecil, namun kalau sudah soal Piala Dunia yang empat tahunan, rasanya tak pernah ketinggalan, terutama setelah memasuki babak gugur yang kalau tak salah sudah "habis-habisan" perjuangan para pemain, karena kalau kalah  harus " angkat koper" terlebih dahulu dan pulang membawa malu.

Saking malunya ketika kalah pemain banyak yang menangis, juga suporter atau pendukungnya, aneh juga ya... sepak bola bisa membuat menangis para lelaki dan bukan wanita.

Nah itu juga dialami oleh pemain sekelas Ronaldo dan sekelas Messi, keduanya merupakan jagoan di klub masing-masing, tapi "keok" ketika membela negaranya sendiri, dan angkat koper terlebih dahulu ketimbang negara-negara yang sejak awal tak diunggulkan seperti Kroasia, misalnya.  Sepak bola memang membuat jungkir balik para pengamat dan komentator. Bola yang bunder benar-benar sukar diduga pergerakannya. 

Penulis dengan Sporter Perancis pada Piala Dunia 2018 di Rusia yang baru lalu. Dokumen prbadi SZ
Penulis dengan Sporter Perancis pada Piala Dunia 2018 di Rusia yang baru lalu. Dokumen prbadi SZ
Bisa anda bayangkan, Ronaldo dan Messi serta Neymar hanya bisa menundukan kepala ketika mereka harus "angkat koper" dan pulang tak membawa piala dunia, padahal mereka adalah " macannya" di klub masing-masing, bahkan Neymar kalau tak salah adalah pemain sepak bola termahal di zaman now ini. Anda bisa bayangkan harga tranfernya Neymar, bisa membuat rumah susun untuk orang-orang yang belum punya rumah, atau bisa membuat ratusan rumah sangat sederhana (RSS). 

Tapi itulah dunia, di satu sisi orang begitu mudah mendapat uang yang jumlanya tak terbayangkan bagi golongan kecil, sementara di sisi lain banyak sekali orang yang jangankan membeli rumah, untuk makan sehari-haripun sudah ibaratnya "Senin Kamis" alias hari ini makan, besok tidak, besok makan, lusanya tidak makan, dan begitu seterusnya.

Baik kita kembali ke sepak bola dunia yang dulunya tak terbayangkan saya berada di negara penyelenggara Piala Dunia,  Saya tak pernah bermimpi ada di negara penyelenggara Piala Dunia yang tahun ini penyelenggaranya adalah Rusia, tempat saya cari makan, separuh dari umur saya. 

Tak sangka tak diduga, Tuhan punya rencana, dan Alhamdulillah gegap gempitanya Piala Dunia di Rusia dapat saya rasakan secara langsung, bukan kata orang, walaupun tak satupun saya nonton di stadion tempat pertandingan akbar tersebut. 

Sudah saya katakan sejak awal di atas, saya tak suka main bola dan tak pernah nonton bola di stadion, memang saya tak suka dan tak hobi karena hobi saya sejak kecil membaca, bukan main bola dan nonton bola.

Saya baru nonton bola, baik Liga Champions, Piala Eropa atau Piala Dunia itupun kalau sudah sistem gugur, itu tontonan yang paling saya suka, apalagi kalau sampai perpanjangan waktu dan " tos-tosan" yang membuat terkadang deg-degan, padahal saya tak mendukung klub manapun dan tak mendukung negara manapun, saya mendukung yang menang aja, he he he. 

Begitu juga ketika Piala Dunia yang baru lalu, yang dilaksanakan sebulan penuh sejak 14 Juni 2018 sampai dengan 15 Juli 2018. Yang kebetulan pas hari libur musim panas dan Hari Raya Idul Fitri 1439 H yang seperti biasa saya pulang kampung, kembali ke tanah air.

Sehingga teman atau keluarga dekat bertanya-tanya, orang-orang lagi pada ke Rusia atau datang ke Rusia untuk nonton bola dunia, eh saya malah meninggalkan Rusia untuk pulang kampung, lebaran di Indonesia yang lebih terasa lebarannya, ketimbang lebaran di rantau. 

Kembali ke inti tulisan ini, dimana sih untungnya sebagai penyelenggara Piala Dunia? Wah kalau ditulis banyak sekali, tapi ada beberapa hal yang paling penting dan bisa kita amati secara amatiran bukan dengan penelaahan yang benar-benar akurat. Ya hanya pengamatan seorang kompasioner belaka, bukan siapa-siapa, jadi kalau ada yang salah di sana-sini, dimaklumi saja. Yuk kita mulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun