Badai pasti berlalu, sepert lagunya Chrisye, yakin itu karena memang tak ada hari yang semuanya badai, tak ada hari yang namanya semua duka, tak ada hari yang namanya luka terus menerus atau tak ada hari yang isinya tangis tanpa henti. Sunnatullah-nya, ada tawa dan tangis, ada gembira dan sedih, ada kemudahan juga ada kesulitan. Semua berjalan sesuai dengan kadarnya masing-masing, itulah pentingnya hidup optimis, agar tidak selalu dalam keadaan nelangsa yang berkepanjangan.
Badai salju pasti berlalu, dan yang satu ini bukan nyanyian, bukan khiasan, tapi kenyataan yang terjadi di Rusia, terutama di kala musim dingin. Dan badainya bukan main-main, tapi badai salju, dengan suhu yang berada di bawah titik beku.
Badai ini terjadi lagi di Rusia, dan ini ekstrem sekali. Sebelumnya suhu berkisar di antara nol derajat celcius, tiba-tiba drop, langsung ke minus 13 derajat celcius dengan salju turun sebelumnya, lebat sekali, hingga mobil banyak yang kepater, rodanya berputar di tempat alias tak bisa jalan, termasuk mobil saya pun kepater.
Dengan terpaksa, mobil itu saya tinggal di tempat parkir, dan saya ke kantor naik Metro (kereta bawah tanah) yang kebetulan jarak antara apartement dengan kantor tempat saya bekerja hanya melewati dua stasiun Metro, dari stasiun Matro Sabalovskaya melewati stasiun Oktoberskaya dan turun (naik ke permukaan tanah) di stasiun Metro Tretyakovskaya dan jalan kurang lebih 15 menit dan tiba di kantor di Novokuznetskaya 12, Moskow, Rusia.
Badai itu terjadi hari Sabtu dan Minggu lalu, salju yang turun, menurut berita jutaan ton meter kubik, hingga pegawai atau team pengeruk salju harus bekerja ektra keras untuk membersihkan salju dari jalan-jalan utama atau di arena parkir mobil di setiap apartement yang tersedia lapangan parkir, jika tidak ada, maka mobil parkir di pinggir jalan, dan akibatnya bisa anda lihat di atas, mobil terurug salju, hampir 90%. Jangan dikira itu mobil tua atau mobil tak ada yang punya.
Begitulah nasib mobil di Rusia yang tak ada parkiran di apartemennya, nasib berikutnya bisa diderek langsung bila parkir sembarangan.
Nasib mobil di saat musim dingin memang penuh resiko, selain licin, harus pakai ban yang berpaku, itupun belum jaminan mobil laju dengan sempurna, bisa saja tetap licin, akibat suhu yang drop, dari yang tadinya salju, ketika drop suhunya, di atas jalannya salju, tapi di bawah saljunya sudah menjadi es, ini yang bahaya, banyak pejalan kaki yang terjatuh karenannya, kebanyakan terpeleset.
Ini sama ketika sebelumnya saya menulis tentang "Belajardari Sebatang Pensil", artinya Salju pun bisa kita pelajari atau belajar dari salju di Musim dingin, apa saja itu? Yuk mari kita kaji satu demi satu.
Pertama, dengan adanya salju manusia bisa menjadi sasterawan atau seniman dadakan. Lihat saja kalimat pertama dari tulisan ini di atas. Badai pasti berlalu. Jadi dengan adanya salju orang bisa menulis lagu atau puisi tentang salju. Anda pernah ingat lagu jadul( jaman dulu) " Hatiku Selembut Salju" yang dinyanyikan oleh Jamal Mirdad? Itu lagu "meledak" di pasaran, padahal lagu tersebut dibuat dan dinyanyikan di negara tropis, Indonesia, yang tak kenal salju, jika pun ada, ya harus naik dulu ke puncak Jaya Wijaya di Papua sana.
Jadi siapa bilang salju hanya membawa duka, nestapa, dan derita dengan badainya? Tetap saja ada hikmah, dengan adanya salju. Ini baru hikmah pertama, dengan salju orang bisa melankolis. Padahal jika mau becanda, bawa saja sirup dan cendol, tuang di atas salju, jadilah "es teller."
Kedua, dengan salju manusia diajak bergembira, salju dapat menghilang duka. Buktinya ketika turun salju, apa lagi salju pertama, yang biasanya dinantikan, di bulan Oktober, di saat itu orang Rusia tersenyum bahagai, karena salju memang dinantikan. Bagi orang Rusia, karena memang sudah terbiasa dingin atau sudah bersahabat dengan dingin, maka dingin membekukakan lebih mereka pilih, ketimbang panas yang membakar.
Orang Rusia di musim dingin bahkan masih bisa berenang di dalam danau kecil yang airnya sangat dingin, di sekitarnya sudah beku, tapi danau kecil ini sering dijadikan ritual untuk semacam siraman rohani (tepatnya jasmanis, katrena tubuhnya berendam di dalam air) dengan pemberkatan dari tokoh agama. Nah dengan salju teranyata mereka menjadi kreatif. Dengan membuat boneka salju, yang biasanya dilakukan di taman-taman terbuka.
Ketiga, dengan salju pula manusia dilatih untuk bersabar. Loh apa hubungan dengan kesabaran manusia? Anda bisa buktikan, jalan di atas es, ingat bukan lagi salju.
Jika salju sudah menjadi es di jalan-jalan, maka anda mau tidak mau harus pelan-pelan jalannya, jika tak ingin jatuh berkali-kali. Dengan salju juga kita diajar untuk selalu waspada melihat jalan yang akan kita lalui. Ini dalam pengertian sebenarnya, karena jika lengah sedikit saja, kita bisa menginjak salju yang sudah menjadi es, dan siap-siap jatuh bangun, jatuh dan bangun lagi.
Salju akan segera mencair hanya dengan suhu yang "dinaikan" Tuhan menjadi kurang lebih plus sepuluh derajat celcius ke atas, maka salju yang sudah menjadi es akan meleleh dengan sendirinya, salju tadi menjadi cair, masuk ke dalam pori-pori tanah dan di pertengahan musim semi salju itu hilang, di musim panas tak ada tanda-tanda sebutir salju masih berbekas, luar biasa! Saat itulah tak ada lagi istilah badai salju, dan badai itu telah berlalu. Alhamdulillah.
Keempat, dengan adanya salju berbagai jenis olah raga muncul, plus dengan perlengakapan peralatan serta pakaian olahraga yang memang hanya bisa dikenakan di musim dingin. Belum lagi dengan jaket dan perlengkapan musim dingin. Inipun sudah membuat industry pakaian musim dingin berkembang pesat dan itu menambah majunya perekonomian suatu bangsa, termasuk di Rusia.
Kelima, Negara lain ikut "kecipratan" rezeki dengan adanya salju. Negara yang tak berlaju atau tak mengenal musim dingin di negara-negara tropis juga "kecipratan " rejeki adanya salju.
Misalnya, dengan mengekspor pakaian atau perlengkapan musim dingin. Makanya jangan heran, jaket dan perlengkapan musim dingin, termasuk sepatu bot musim dingin buatan negara kita, Indonesia, yang di ekpor ke Rusia. Jadi Indonesia pun istilahnya "kecipratan " rejeki musim dingin. Alhamdulillah.
Lalu apa lagi hikmah atau pelajaran yang bisa kita petik dari adanya musim dingin atau salju? Banyak, bisa anda tambahkan sendiri, terutama dari teman-teman yang juga berada di lintang tinggi, seperti di negara-negara Eropa lainnya, Amerika Utara, Australia dan lain-lain. Jadi benarkah Badai Pasti Berlalu? Benar, saya sudah membuktikannya bertahun-tahun. Alhamdulillah.
Moskow, 7 Februari 2018
Tepat 8 tahun menjadi kompasioner dan ini artikel ke 1201.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H