Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bahaya jika "Si Pahit Lidah" Menjadi Politikus

5 Oktober 2017   19:45 Diperbarui: 5 Oktober 2017   20:43 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mau ga ya politkus bekerja keras untuk rakyat, semoga masih ada politikus yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Ilustrasi; dokumen prbadi.


" Maka janganlah mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa" Bagitu kata ayat suci. " Maka maafkanlah( mereka) dengan cara yang baik". Inipun kata ayat suci, maafkanlah, rangkulah, jangan dimusuhi, tapi dikasihani, karena orang semacam ini, tak tahu bahwa dirinya tak tahu. Tak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah membahayakan diri dan orang lain. Bahkan bisa membuat masyarakat terpecah belah, karena gaduh di sana, gaduh di sini, di semua tempat terjadi kegaduhan.

Makanya seorang ulama besar, Al Hasan bin Wahab berkata: " Di antara hak- hak mencintai adalah memberi maaf terhadap kesalahan teman, dan menutup mata atas kekurangannya". Bukankah ini nasehat yang sangat bagus. Mari menutup mata terhadap kesalahan teman sendiri, kalau tak bisa, berikan masukan, krtikan, bukan dibicarkan keburukannya di belakangnnya, tentu saja tak berdampak-apa-apa, karena orang yang dibicarakan keburukannya tak mengetahuinnya. Percuma kan?

Tokoh sufi terkenal dari Turky, Ibnu Rumi berkata: " Tidak adil jika engkau menginginkan orang sangat sempurna, sementara engkau sendiri tidak sempurna". Kalimatnya pendeka, tapi sangat mengena. Rasanya memang tidak adil, diri sendiri tak sempurna, kok orang lain dibilang macem-macem.Diri seniri yang penuh dengan kesalahan dan selalu ricuh, lalau mengapa orang lain yang dijadikan "kambing hitam", dijadikan obyek untuk dimatikan karakter baiknya. Kata orang "pembunuhan karakter".

Dan ingat pesan Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al Arifi : "Jadilah lebah yang selalu hinggap di tempat yang baik dan menghindari yang jelek. Dan jangan seperti lalat yang selalu mencari luka. Nasehat yang sangat jitu dari Al arifi, jangan jadi lalat yang selalu mencari tempat busuk dan bau. Jadilah lebah yang hinggap di manapun selalu membawwa ketenangan dan yang dimakan madu yang manis, yang dimakan yang baik-baik.

Sebagai penutup, " Hadapi manusia dengan cinta, kasih sayang dan prasangka yang baik, maka yang akan terlihat adalah kebaikan demi kebaikan dan tertutuplah kesalahan, kekurangan atau aibnya. Namun bila manusia dihadapi dengan kebencian, marah dan prasangka yang buruk, maka yang terlihat hanya keburukan, kesalahan dan aibnya, sementara kebaikan-kebaikanya terkubur ke dasar bumi yang paling dalam. Wahai politikus, jagalah kehormatan orang lain, dan insya Allah orang pun lain pun akan menjaga kehormatan Anda.  Anda dihargai dam dihormati, karena Anda juga menghargai dan menghormati orang lain.  Demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun