" Maka janganlah mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa" Bagitu kata ayat suci. " Maka maafkanlah( mereka) dengan cara yang baik". Inipun kata ayat suci, maafkanlah, rangkulah, jangan dimusuhi, tapi dikasihani, karena orang semacam ini, tak tahu bahwa dirinya tak tahu. Tak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah membahayakan diri dan orang lain. Bahkan bisa membuat masyarakat terpecah belah, karena gaduh di sana, gaduh di sini, di semua tempat terjadi kegaduhan.
Makanya seorang ulama besar, Al Hasan bin Wahab berkata: " Di antara hak- hak mencintai adalah memberi maaf terhadap kesalahan teman, dan menutup mata atas kekurangannya". Bukankah ini nasehat yang sangat bagus. Mari menutup mata terhadap kesalahan teman sendiri, kalau tak bisa, berikan masukan, krtikan, bukan dibicarkan keburukannya di belakangnnya, tentu saja tak berdampak-apa-apa, karena orang yang dibicarakan keburukannya tak mengetahuinnya. Percuma kan?
Tokoh sufi terkenal dari Turky, Ibnu Rumi berkata: " Tidak adil jika engkau menginginkan orang sangat sempurna, sementara engkau sendiri tidak sempurna". Kalimatnya pendeka, tapi sangat mengena. Rasanya memang tidak adil, diri sendiri tak sempurna, kok orang lain dibilang macem-macem.Diri seniri yang penuh dengan kesalahan dan selalu ricuh, lalau mengapa orang lain yang dijadikan "kambing hitam", dijadikan obyek untuk dimatikan karakter baiknya. Kata orang "pembunuhan karakter".
Dan ingat pesan Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al Arifi : "Jadilah lebah yang selalu hinggap di tempat yang baik dan menghindari yang jelek. Dan jangan seperti lalat yang selalu mencari luka. Nasehat yang sangat jitu dari Al arifi, jangan jadi lalat yang selalu mencari tempat busuk dan bau. Jadilah lebah yang hinggap di manapun selalu membawwa ketenangan dan yang dimakan madu yang manis, yang dimakan yang baik-baik.
Sebagai penutup, " Hadapi manusia dengan cinta, kasih sayang dan prasangka yang baik, maka yang akan terlihat adalah kebaikan demi kebaikan dan tertutuplah kesalahan, kekurangan atau aibnya. Namun bila manusia dihadapi dengan kebencian, marah dan prasangka yang buruk, maka yang terlihat hanya keburukan, kesalahan dan aibnya, sementara kebaikan-kebaikanya terkubur ke dasar bumi yang paling dalam. Wahai politikus, jagalah kehormatan orang lain, dan insya Allah orang pun lain pun akan menjaga kehormatan Anda. Â Anda dihargai dam dihormati, karena Anda juga menghargai dan menghormati orang lain. Â Demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H