Jika kau dilempari batu berupa hinaan, cemoohan, dibully, dikecilkan, dilecehkan, " tidak diorangkan", disepelekan, diremehkan, digunjingkan, dicacimaki, dibodoh-dibodohi, ditipu, dikhianati dan lain sebagainya, terimalah dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketaqwaan. Yakinlah.. begitu banyak "batu-batu" yang telah dilemparkan ke arahmu, sampai kamu berdarah-darah tidak membuat mati, justru membuat mentalmu semakin membaja dan tidak mudah menyerah pada keadaan betapapun sulitnya.Kumpulkan "batu-batu" itu sebanyak dan sekuat yang kau bisa. Kumpulkan " batu-batu: itu untuk membangun benteng dan rumah abadi nanti. Kau belum apa-apa dan belum diapa-apakan, batu-batu yang dilemparkan ke arahmu itupun bukan yang sebenarnya, bukan batu beneran, bukan seperti batu yang dilemparkan ke arah Al Amin ketika berdakwah ke Thaif.
Kau baru dapat hinaan saja, kau baru digunjingkan saja, kau baru menjadi bahan olok-olokan saja, belum diapa-apakan fisikmu, belum sampai dilempar batu beneran, belum sampai diusir dari tanah kelahiranmu, belum sampai diracuni musuh-musuhmu, belum sampai disiram air keras oleh orang yang tak suka padamu, kau belum sampai dipenjara oleh penguasa, kau belum sampai dibunuh oleh orang- orang yang membencimu, jadi apa yang kau takutkan?
Jalan terjal dan berliku-liku memang harus kau tempuh untuk mendidikmu, agar kamu belajar sabar dan tabah dalam berjuang, karena tak ada kesuksesan apapun tanpa melalui pengorbanan. Tak ada kesuksesan hanya dengan ongkang-ongkang kaki atau duduk manis sambil menunggu rezeki turun dari langit.
Semua kesuksesan butuh pengorbanan dan perjuangan yang panjang, bukan "sim salabim", bukan "adakadabra", bukan sekali jadi tanpa proses apapun. Bahkan seringkali kesuksesan membutuhkan tetesan air mata dan darah, berpayah-payah dan berdarah-darah karena begitu banyak batu yang dilemparkan ke arahmu oleh orang- orang yang iri, hasud dan dengki.
Jangan kau buang batu itu, jangan kau lempar kembali batu itu ke arah yang melemparimu, kumpulkan batu-batu dan gunakan untuk membangun rumah masa depanmu yang lebih baik. Jika pun batu itu beracun atau berbisa, jadikan racun itu obat untuk kesehatanmu dan untuk kebahagiaanmu. Mohonlah perlindungan Allah SWT, semoga selamat dari lemparan batu sebanyak apa pun yang dilemparkan kepadamu. Aamiin.
Begitulah hidup dan kehidupan ini, orang baik belum tentu diterima dengan baik, apa lagi orang yang jahat, urakan, egoist, tak peduli pada orang lain, mau menang sendiri, tak mau menerima pendapat orang lain, kebenaran ada pada dirinya sendiri. sombong, angkuh dan segudang keburukan lainnya. Namun merasa diri paling suci, paling segalanya, sehingga yang salah selalu orang lain, dirinya bebas dari kesalahan. Loh kok seperti uneg-uneg? Saya yakin Anda pun akan menemukan orang yang punya ciri di atas, orang yang suka melempar batu dan tangannya kemudian disembunyikan.Orang semacam itu ada di sekililing Anda, bisa di sekitar rumah Anda, di kantor, di jalan dan di berbagai tempat lainnya.
Terimalah batu-batu itu, sekalipun mungkin anda berdara-darah, tapi seperti sudah dikatakan diatas, kumpulkan batu-batu itu untuk membangun rumah masa depan Anda yang lebih baik. Bukan sok ...ta[I memang begitulah menghadapi orang yang suka melempar batu-batu dengan berbagai macam jenisnya, batu-batu tersebut ada di aline pertama pada tulisan ini.
Untuk bahan renungan dan introspeksi diri agar menemukan titik keseimbangan dalam hidup dan kehidupan yang fana ini. Pencela atau tukang lempar batu, sering kita temukan dalam kehidupan, cirinya sebagai berikut:
1. Hanya melihat warna hitam di atas kertas yg putih.
2. Ketika melihat baju yang bersih, yg dilihatnya hanyalah setitik noda tinta di baju tersebut.
3. Ada buku yang bermutu, yang dilihatnya hanyalah kesalahan cetak yang terjadi tanpa sengaja.
4. Mencari kesalahan orang lain menjadi kebiasaan. Kesalahan diri sendiri diabaikan.
5. Merasa diri lebih dari orang lain dan merendahkan orang lain. Hingga timbul rasa sombong.
6. "Wajah buruk, cermin yang dibelah". Yang salah selalu orang lain, orang lain tak ada yg benar, jikapun benar tak diakuinya.
7. Yang dicari dari orang lain bukan kebaikan dan kebenaran, tapi keburukan dan kesalahannya.
Mari kita istigfar, semoga 7 ciri tersebut tak ada dalam diri kita masing-masing, jikapun ada, mari kita mohon ampun kepadaNya, mari merendahkan hati dan menghaluskan budi, agar hidup penuh arti dan terpuji.
" Maka janganlah mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa"
" Maka maafkanlah( mereka) dengan cara yang baik".
Al Hasan bin Wahab berkata: " Di antara hak- hak mencintai adalah memberi maaf terhadap kesalahan teman, dan menutup mata atas kekurangannya". Ibnu Rumi berkata: " Tidak adil jika engkau menginginkan orang sangat sempurna, sementara engkau sendiri tidak sempurna".
Dan ingat pesan Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al Arifi : "Jadilah lebah yang selalu hinggap di tempat yang baik dan menghindari yang jelek. Dan jangan seperti lalat yang selalu mencari luka. "Hadapi manusia dengan cinta, kasih sayang dan prasangka yang baik, maka yang akan terlihat adalah kebaikan demi kebaikan dan tertutuplah kesalahan, kekurangan atau aibnya.
Namun bila manusia dihadapi dengan kebencian, marah dan prasangka yang buruk, maka yang terlihat hanya keburukan, kesalahan dan aibnya, sementara kebaikan-kebaikanya terkubur ke dasar bumi yang paling dalam.
Jagalah kehormatan orang lain, dan insya Allah orang pun akan menghormati kita. Sekali lagi bila "batu-batu" itu dilempari ke arahmu, kumpulkanlah dan jadikan bahan bangunan untuk rumah masa depanmu, baik di dunia maupun di akherat. Demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H