Siapa yang memperhatikan nasibmu wahai lelaki yang tidur di bawah talang air, mungkin tak ada yang mengira di negara semaju ini, Rusia, masih ada orang yang mempunyai nasib yang seperti mu. Siapa yang mengira ada orang yang masih mempunyai nasib demikian nelangsanya sampai sedemikian rupa, sampai-sampai kau harus tidur di bawah talang air, menjelang musim dingin saat itu, saat aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri.
Wahai kau lelaki yang tidur di bawah talang air. Tak adakah tempatmu berlindung hingga harus tidur di bawah kolong langit, tanpa atap gedung, tanpa alas kasur? Â Jangankan dengan kasur yang empuk, alas tiker atau karpet yang sederhanapun kau tak punya. Duhai perihnya keadaanmu, wahai lelaki yang tidur di bawah talang air.
Di negaramu yang super canggih dengan stasiun luar angkasa, dengan bom nuklir, dan dengan berbagai pesawat tempur yang membuat takut lawan-lawan negaramu dan membuat enggan para sahabat negaramu, namun yang begini ini kok masih ada, seorang laki-laki sampai harus tidur di bawah talang air di pojok sebuah super market bersebrangan jalan dengan sebuah bank, di mana manusia hilir mudik dan tak adayang peduli denganmu.
Duhai lelaki yang  tidur di bawah talang air, pasti tak ada yang menyangka kalau kau adalah warga dari negara maju, negara yang menjadi anggota The Big Five dewan keamanan PBB,  termasuk G8 dan termasuk Negara G 20, negara yang punya pengaruh kerjasama dengan ASEAN, Asia Selatan dan negara yang membuat pihak NATO pusing, juga negara yang sedang mempertaruhkan pengaruhnya di Syria, begitu banyak pengaruh negaramu, wahai lelaki yang tidur di bawah talang air, namun siapa yang menyangka ada rakyatnya yang sepertimu.
Bukan untuk mempermalukanmu, bukan juga untuk menjelek-jelekan bangsa dan negaramu, namun hanya sekedar berbagi, bahwa masih banyak orang-orang yang sepertimu, orang yang tak punya rumah, sampai-sampai harus tidur di bawah talang air. Jadi bersyukurlah wahai orang-orang yang tidur di kasur empuk dengan AC yang nyaman, bersyukurlah orang-orang yang tidur dengan heater, pemanas ruangan, Â yang menghangatkan di tengah-tengah musim dingin yang membekukan. Â Bersyukurlah wahai manusia yang tidak tidur di bawah talang air.
Ini bukan rekayasa berita, ini bukan karangan omong kosong, ini bukan berita atau cerita di buat-buat, ini nyata, di hadapan penulis. Jadi… masihkah kita mengeluh tak bisa tidur di kasur yang empuk? Masihkan kita mengeluh bahwa tidur di rumah hanya sepetak?  Masihkah mengeluh bahwa tak punya apa-apa, padahal isi rumah sudah seperti gudang, apa saja ada dan tersedia? Masih terus berkeluh kesah, kurang ini kurang itu, sementara ada orang yang tidur di bawah talang air? Di bawah atap langit tanpa alas apapun, di pojok sebuah super market, lelaki itu tidur.
Â