Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Salah Menjadi Orang Arab?

12 Januari 2017   08:56 Diperbarui: 12 Januari 2017   09:53 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Orang Arab itu Takdir. Sumber: jancok.com

Waduh… makin menghangat aja berita-berita bertebaran di berbagai media, terlepas berita sudah hasil olahan wartawan atau bukan, yang terbaca penuh hiruk pikuk. Dan kalau ada tokoh yang pernyataanya dikutip, dan mendapat sorotan masyarakat, gampang: “wartawannya salah kutip” atau “hal tersebut bukan pernyataan saya”, begitu biasanya yang terjadi. Lempar bola, tangannya disembunyikan. Nah yang lagi hot-hotnya pernyataannya Megawati, ini harus dengan catatan, agar jangan sampai kena pasal karet, yang dianggap nanti menimbulkan kebencian atau dituduh menebarkan kebencian.

Baik kita lihat apakah bunyi pernyataan Megawati : “Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri persoalkan orang yang beragama tetapi menanggalkan ke-Indonesiaannya. Ia menyebut, kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab.

Hal ini disampaikan Megawati dalam sambutannya pada peringatan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Selasa (10/1). Mengutip pernyataan Sukarno, Megawati mengatakan, “Kalau kamu mau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau kamu mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau kamu mau jadi orang Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.” ( www.moslemtoday.com)

Wah ramai jadinya, ini yang membuat ramai “Kalau kamu mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab.” Ini Megawati yang asal kutip atau wartawan yang salah kutip? Saya tidak tahu. Yang mau kita perbincangkan adalah ….jangan jadi orang Arab. Loh apa salahnya orang Arab? Nabi Muhammad SAW orang Arab, Abu Bakar Sidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Afan dan Ali bin Abi Thalb orang Arab, empat nama terakhir tersebut jelas-jelas orang Arab, dan mereka berempat adalah para khalifah, pemimpin ummat di masanya. Apa yang salah menjadi orang Arab?

Pernyataan Megawati dalam pidatonya seperti kata pepatah. “ gara-gara nila setitik merusak susu sebelanga”, Entah Arab yang mana yang dituju oleh Megawati tersebut? Saya bukan orang Arab, loh lalu mengapa seakan membela orang Arab? Loh apa salahnya, apa yang salah menjadi orang Arab? Itu takdir Tuhan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun. Seperti kita menjadi orang Indonesia, karena lahir di Indonesia, besar di Indonesia dan hidup di Indonesia, itu karena takdir Tuhan, dan kita tidak bisa memilih harus lahir di mana, di negara apa dan lain sebagainya. Iya kan?

Semoga saya salah, mungkin bukan begitu maksudnya Megawati. Ini mungkin yang dimaksud, kalau menjadi orang Islam, ya dengan Islam yang santun, jangan dengan kekerasan atau dengan cara-cara yang membuat pihak lain menjadi “ kebakaran ubun-ubun”, minjam istilah Habib Rizieq. Mungkin ini yang juga dimaksud Megawati agar menjadi orang Islam, ya orang Islam yang di Indonesia, yang moderat, jalan tengah dan tidak mengubar kebencian, bukan orang Islam yang di tanah Arab sana, yang memang terlihat keras, sebenarnya bukan keras, tapi tegas dan berani menindak sesuai dengan ajaran Islam.

Loh apa yang salah juga kalau Islam di Arab sana, karena memang situasi dan kondisinya memang harus dilawan dengan kekerasan, karena sedang komplik, peperangan dan lain sebagainya. Kalau di tanah Arab, Islamnya lembek atau lemah, wah Islam akan segera punah, karena begitu banyak pihak-pihak yang berkepentingan di tanah Arab yang kebetulan kaya dengan minyak. Dan akhirnya negara-negara di tanah Arab sana, negara-negara yang sering disebut Timur Tengah hancur lebur, gara-gara mereka punya minyak dan dikuasai negara lain.

Kembali ke Megawati, kalau memang yang dituju adalah FPI( Front Pembela Islam), loh apa yang salah dengan FPI? Apakah karena FPI ketika membela Islam begitu tegas, lalu salah? Cara berdawakwah beda-beda, ada yang dengan lemah lembut, diskusi, tegas dan lain sebagainya. Anggota FPI itu sama, sama-sama anak bangsa. Dan FPI punya hak dan kewajiban untuk membela bangsa ini. Masa ikut membela negara disalahkan? Bukankah itu hak dan kewajiban setiap warga negara, sebagaimana dicantunkan di dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3) :” Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela Negara”. Jadi apa yang salah kalau anggota FPI latihan bela negara?

Sudahlah, ayo kembali rukun dan damai. Kalau para tokoh seperti Megawati, Habib Rizieq dan lain sebagainya, saling menjatuhkan atau saling mengecilkan satu sama lain, loh rakyatnya nanti bagaimana? Silahkan saja berjuang dengan potensi masing-masing untuk kepentingan rakyat banyak. FPI tidak akan ada bila kemaksiatan dan kemungkaran tidak merajalela. Mengapa Islam dibela? Kalau ummat Islam tidak membela agamanya, lalu siapa? Apa yang salah ummat Islam membela agamanya? Apa yang salah ummat Islam membela kitab sucinya? Apa yang  salah ummat Islam membela Al Quran? Masa ada Al Quran dilecehkan, lalu ummat Islam diam saja?

Jangan lupa, ummat Islam tidak pernah membakar kita suci agama yang lain? Tidak menjadikan kitab suci dijadikan terompet, tidak membenci agama lain, bahkan sejak 15 abad yang lalu Islam sudah menyatakan” Lakum diinukum waliyadiin”, untukmu agamamu, untukku agamaku. Dan silahkan beramal menurut agama dan keyakinan masing-masing” untukku amalanku, dan untukmu amalanmu”. Mengapa harus pada ribut?

Mari terus galang persatuan dan kesatuan. Sesama anak bangsa jangan saling menghina, menghujat, mencaci maki. Mari terus tanamkan jiwa kebersamaan kita, agar kita tidak mudah terpecah belah oleh berbagai macam hasutan, fitnah dan adu domba. Pernyataan seperti ini berulang kali saya tuliskan, dan saya tak akan bosen-bosen menulisnya, mengapa? Karena persatuan dan kesatuan itu sangat penting untuk menjaga NKRI, bila kita mudah diadudomba, mudah terprovokasi, jangan-jangan kejadian di Irak, Afganistan, Syria dan lain sebagainya akan terjadi di Indonesia, wah ini bahaya. Jangan ditambah lagi para pengungsi, cukup katakan cukup. Semoga tidak ada pengungsi dari Indonesia akibat perang saudara, mari kita jaga negara ini dari kehancuran dan perpecahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun