Kemudian panggung ketiga, ini khusus untuk demo masak dengan dsediakan meja panjang lebih kurang setia meja 5-10 meter dijejerkan. Lagi-lagi Anda bisa bayangkan orang makan bareng-bareng di meja tersebut, baik yang berhadapan langsung dengan panggung demo masak yang sejajar atau meja-meja panjang yang vertikal berhadapan dengan panggung ketiga ini. Jadi, meja-meja pajang tersebut bila dilihat dari udara seperti hurup “T”( te). Nah, di situlah orang Rusia makan sate bareng-bareng. Wah, ini bisa masuk MURI-nya Indonesia.
Kenapa? Karena untuk pertama kalinya begitu banyak orang Rusia makan sate di meja-meja yang sangat panjang secara bersamaan. Mungkin di tempat lain belum pernah ada orang asing makan sate Indonesia bersamaan dalam jumlah besar, atau ada yang terinspirasi untuk mengadakan lomba makan sate dengan pesertanya ratusan orang sekaligus di meja yang sangat panjang dan sangat luas. Jangan lupa itu baru makan sate, belum lagi ada nasi goreng, lumpia, bakwan, dan lain-lain.
Apa lagi? Kopi Dangdut, ini lagu dangdut yang menggoyang pengunjung dan poco-poco yang berinterkasi dengan penonton. Sebelumnya ada gemelan, Topeng Malagan keduanya dari Malang, kemudian tari Gamyong, yang ini ditarikan oleh gadis Rusia yang pernah tinggal di Yogyakarta dan sangat mencintai Indonesia dan menjadi guru bahasa Rusia untuk orang Indonesia. Dilanjutkan dengan tari Topeng Ireng dari Boyolali.
Tari Topeng Ireng ini langsung membuat penonton berbalik arah, dari menghadap pangggung berputar mengikuti suara ketcrek yang ada di sepasang kaki para penari topeng, yang bukan satu-dua orang, tapi kurang lebih 12 orang yang bergerak sangat lincah dan membuat penonton terpaku dan terpaksa berdiri karena tari topeng ini bukan di atas panggung, tapi di depan panggung, di bawah, sehinggga penonton yang tadinya duduk menjadi berdiri dan mengabadikan tarian tersebut. Jangan lupa sekarang dunia digital, semua orang punya camera di HP-nya masing-masing, maka tangan pun berjuluran keatas untuk mengabadikan momen tersebut yang memang tak akan ada duanya di Rusia dan superlangka.
Kemudian atrian diselingi tarian musik islami dari Republik Tatarstan yang menghentak-hentak dan berputar, kurang lebih 16 orang berpasangan dengan alat musik masing-masing. Jadi, dalam tarian ini, setiap penarinya sekaligus membawa alat musiknya. Bisa lagi-lagi Anda bayangkan betapa repotnya, tapi karena professional, malah asik melihat kekompakan mereka, terutama ketika mereka dengan gaya sangat aktraktif memainkan mulut mereka yang begitu cepat membuat irama tersendiri. Luar biasa.
Mengapa muslim? Iya, karena Republik Tatarstan ini memang mayoritasnya muslim dan pakai tariannya pun bercirikan muslim, tertutup hijab dengan penari wanitanya memakai kopiah bersegi lima dengan motif khas Tatarstan, yang kalau di Indonesia kopiah tersebut dipakai oleh laki-laki untuk sholat Jum’at.
Lalu ditampilkan peragaan busana batik yang memukau penonton Rusia. Lagi-lagi pertanyaan mengapa? Karena yang memakai batik itu adalah peragawan-perawati Rusia, yang tinggi mereka di atas rata-rata 180 cm, pas, putih kulit mereka dipadu dengan warna-warni batik tradisional, pokoke keren habis!
Belum lagi tarian Bali, Cenderawasih, yang ditarikan sangat luar biasa lincah dan menariknya hingga pengunjung terpesona. Coba tebak siapa yang menari? Bukan orang Bali dan bukan orang Indonesia, tapi orang Jepang! Sekali lagi gadis Jepang menari Cenderawasih di acara Festival Indonesia di Moskow, benar-benar sudah mengglobal tarian Bali itu. Tariannya dari Bali, penarinya berasal dari Jepang, penyelenggaranya Indonesia ditarikan di Moskow, Rusia. Tiga negara bersatu dalam tarian Cenderawasih tersebut. Benar-benar membuat decak kagum.
Kalau tak diperhatikan dengan teliti dan tak disebutkan penarinya, orang-orang bisa terkecoh, karena walau ditarikan oleh gadis Jepang, tapi kelenturan, keluwesan, dan cengkok Balinya pas benar. Ditambah iringan musiknya yang menggelegar, semakin menambah eloknya tampilan tarian tersebut.