Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kereta Bawah Tanah Dibuat seperti Perpustakaan

25 Januari 2016   11:56 Diperbarui: 25 Januari 2016   21:14 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Coba lihat di atas, di dalam gerbong kereta bawah tanah terdapat banyak sekali kata mutiara atau kata-kata yang memotivasi rakyat Rusia. Foto: Syaripudin Zuhri"]

[/caption]Rupanya Rusia tak mau rakyatnya terbawa arus politik kenegaraan yang sedang diuji dengan berbagai hal, seperti kasus serangan Rusia ke Syria, diboikotnya Rusia oleh AS dan negara-negara Eropa, perseteruannya dengan Ukraina, merosotnya nilai ruble terhadap mata uang keras lainnya, seperti dengan dollar, euro, pound sterling dan lain sebagainya, merosotnya harga minyak yang sampai 30 dollar per barrel, perseteruan Rusia dengan Turki.

Rusia seperti dikepung berbagai masalah, khususnya masalah politik dan ekonomi. Sehingga dalam keseharian perekonomian Rusia, mulai terasa di awal tahun 2016 ini. Harga-harga mulai melejit dan harganya naiknya seperti setiap hari, ya boleh dikatakan demikian, terutama barang impor. Sedangkan barang yang diproduksi sendiri, normal adanya, tapi jika bahan bakunya dari impor, ya terpaksa ikut naik. Terasa megap-megap bagi orang Rusia kebanyakan, tapi karena Rusia sudah terbiasa menghadapi hal demikian, terutama ketika jaman Rusia masih dalam Uni Soviet. Jadi bagi orang Rusia, jikapun dimiskinkan, Rusia sudah biasa antre.

Jikapun dibuat hancur-hancuran dalam bidang ekonomi, sampai-sampai beli barang kehidupan pokok dijatah atau dibatasi, orang Rusia sudah biasa dan penuh pengalaman. Rusia tak terkaget-kaget dengan kondisi sekarang ini, mereka biasa saja. Makanya tak ada demonstrasi besar-besaran, biasa saja. Padahal kalau dilihat sisi ekonomi, barang-barang naiknya sudah seperti roket, cepat sekali naiknya, apalagi ditambah dengan musim dingin, yang ini pun salah satu pemicu naiknya harga-harga, karena di musim dingin di Rusia, pohonan tak ada yang tumbuh, paling-paling yang ditanam di rumah kaca. Itu pun mahal, karena untuk membuat panas di dalam rumah kaca yang sesuai dengan suhu yang dibutuhkan, menggunakan energi listrik yang besar.

[caption caption="Siapa yang menyangka kalau itu pintu kereta bawah tanah? Foto: Syaripudin Zuhri"]

[/caption]Tapi mari kita tinggal itu semuanya, biarkan Putin dan jajarannya membereskan, saya mengajak Anda naik metro yang unik. Untuk metro (kereta bawah tanah) sudah beberapa kali saya tulis. Namun kali ini agak lain, apa itu? Apa lagi kalau bukan kebiasaan membaca orang Rusia. Kalau dulu biasanya di metro orang menunduk untuk membaca buku, sekarang di Rusia, mungkin termasuk di seluruh dunia, khususnya kota-kota besar, semuanya kena “virus” HP. Semuanya menunduk atau sebagian penumpang metro nunduk, terutama yang muda-muda, ngapain? Ya apa lagi kalau bukan membuka HP dan jika tidak, maka di telinga mereka tersangkut earphone. Itu menjadi hal biasa.

Mungkin untuk melawan “virus” tersebut, Rusia melawannya dengan metro yang sengaja dibuat seperti perpustakaan, jadi di seluruh gerbong yang mungkin menjadi sample untuk gerbong metro lainnya. Maka dibuatlah metro yang penuh gambar buku, judul buku, kata-kata mutiara dari penulis buku, tokoh-tokoh yang telah membuat Rusia mendunia sastrawannya, seperti Tolstoy yang mengarang “Perang dan Damai”, gambar-gambar para sastrawan dan lain sebagainya.

Jadi ketika kita naik metro ini, kita seperti sedang berada di dalam perpustakaan, luar biasa. Ada-ada saja Rusia melakukan cara untuk mencerdaskan bangsanya. Dulu saya pernah menulis perpustakaan berjalan, berupa bus kota yang sengaja didesain seperti perpustakaan berjalan, jadi bus tersebut berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Yang di dalamnya kita bisa membaca buku, gratis! Di musim dingin di dalm bus hangat, karena ada pemanas ruangan, di musim panas menjadi sejuk, karena ada AC-nya. Pokoknya dibuat senyaman mungkin untuk masyarakatnya agar betah membaca, asik bukan? Jadi memang banyak cara untuk mencerdaskan bangsa, dan itu tidak segan-segan dilakukan Rusia untuk rakyatnya.

Makanya apa pun yang dibuat pemerintah, rakyat Rusia seperti oke-oke saja. Kok bisa, gimana tak bisa kalau hampir semua transaksi sudah serba elektronik, jarang yang pakai uang kertas menghindari aparatnya korupsi, terutama yang berhubungan dengan pemerintahan, seperti bayar sewa rumah, listrik, air, telepon, langganan internet, bayar parkir dan lain sebagainya. Sehingga keluar dan masuknya uang ke negara dapat dikontrol dengan tegas. Dan begitu juga ketika bayar tilang (bukti pelanggaran), ketika seseorang melanggar lalu lintas, langsung ke Bank, bukan ke pengadilan, makan waktu, tilang bayar ke bank, beres! Polisinya tak mempan disogok, tak ada istilah “pak ogah” walau hanya pelanggaran kecil seperti salah belok, melanggar kecepatan, seperti di dalam kota antara 50-60 km per jam, menerobos lampu merah, salah parkir dan lain sebagainya, luar biasa.

Makanya polisi di Rusia tak bisa dianggap enteng, tongkatnya saja kalau sudah bergerak ke atas, sejajar dengan bahu, dan tanpa priwitan sudah ampuh, itu artinya pengendara harus berhenti, bila nekad kabur selain tak mungkin, karena ada CCTV, akan menambah hukuman, di depan sana sudah ada polisi yang lainnya. Maka jangan heran apabila mobil dengan box tertutup akan mengalami berkali-kali distop polisi, karena dianggap mencurigakan, khawatir bom mobil. Dan bagi yang membawa ransel besar di punggung, ini juga akan diperiksa, baik ketika naik metro, naik bus, masuk ke mall, bahkan sekarang masuk ke gereja dan masuk masjid atau ke tempat-tempat ibadah pun harus masuk ke pintu detector bom! Rusia tak mau kecolongan, karena sekarang boleh dibilang Rusia musuhnya tambah banyak, terutama dari Suriah, Turki, Ukraina, dan teroris.

[caption caption="Itu keadan penumpang kereta di hari libur, di shoot Sabtu 23 Januari 2016, namun di hari kerja, terutama di saat pergi dan pulang kerja, full. Lihat di kiri atas, ada kata-kata dari tokoh yang dipajang, yang memberikan motivasi buat rakyat Rusia. Foto: Syaripudin Zuhri."]

[/caption]Kembali ke kereta, sekarang naik metro pun masuk ke pintu detector, hal ini dilakukan oleh Rusia, karena pernah “kecolongan”. Stasiun kereta di Moskow, tepat stasiun Park Kultur dan stasiun Lubyanka pernah kena sasaran bom beberapa tahun lalu. Sehingga terpaksa Rusia merenovasi stasiun metro tersebut. Dan alasan lainnya, Rusia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Kalau di ibu kotanya tak aman, bisa-bisa menjadi tuan rumah piala dunia dipindahkan ke tempat lain, walau ini tak semudah dibayangkan, karena untuk menyelenggarakan piala tingkat dunia memakan waktu lama dan biayanya pun tak kira-kira. Kalau ukuran kita, bisa saparuh memakan APBN, kan luar biasa besarnya, makanya tak sembarangan negara bisa menjadi tuan rumah piala dunia.

Nah di tengah-tengah persiapan tersebut, sekarang stasiun-stasiun metro sedang banyak yang direnovasi, kios-kios di Moskow banyak yang digusur. Pokoknya bangunan tambahan yang sebelumnya tak ada, kemudian didirikan kios atau bangunan permanen, sudah pakai tembok dan lain-lain, tapi kalau dilihat dari induk tata kotanya tak ada, maka bangunan tersebut akan dibongkar, jadi memang Rusia tak main-main dengan berbagai jenis bangunan tambahan yang tak sesuai dengan tata kota. Maka sekarang di Moskow lebih banyak lagi ruang terbuka, padahal kalau dinilai ekonominya bangunan atau komplek bangunan tersebut membuat perputaran uang begitu cepat dan nilainya bisa jutaan dollar, tapi Rusia seperti tak butuh uang, walau lagi krisis ekonominya.

Buktinya taman-taman yang mulanya masuk harus membayar per kepala 100 rubel, sekarang digratiskan, seperti di Park Kultur, Musium On, Taman Soklniki dan lain lain. Coba aja hitung, per kepala 100 rubel, setiap hari ribuan orang masuk, terutama hari libur, taruHlah seminggu, sebulan, setahun… coba berapa pemasukannya, dan itu digratiskan, bahkan ditambah di setiap taman, ada wifi, grastis juga, coba itu. Termasuk di kereta bawah tanah, wifi disediakan, luar biasa.

Kembali ke metro, ini benar-benar menjadi inspirasi buat kita di Indonesia, coba dibuat kereta atau bus yang membuat rakyat terpaksa membacanya, entah itu kata mutiara  Tokoh, seperti “Jas Merahnya” Bung Karno atau “Tut Wuri Handayani”nya Ki Hajar Dewantara dan lain sebagainya. Jadi jangan hanya dinding kosong saja di dalam bus atau di dalam gerbong kereta, tapi dibuat berbagai macam kutipan kata-kata dari buku-buku yang menjadi Best Selller, misalnya. Bahkan di pintu bagian dalam pun dibuat kata-kata mutiara tersebut. Ayo siapa yang memulai, Ahok, Ridwan Kamil, Bu Risma atau Gubernur, walikota lainnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun