Demikian bunyi puisi tersebut, yang menggugah para orang tua untuk tidak memaksakan kehendak anak-anaknya, mungkin ini yang dilakukan Jokowi pada anaknya, Gibran Rakabuming, dan ini juga yang saya lakukan terhadap anak saya, Gibran Qadaranta, karena orang tua bisa menyesuaikan diri dengan anak-anaknya, sedangkan anak-anak mungkin susah untuk menyesuaikan diri dengan orang tuanya. Kalau meminjam bahasa anak sekarang, kalau orang tua hasil jadul, jaman dulu, sedangkan anak sekarang, anak-anak modern yang hidup di era digital, era dimana dunia sudah dilipat sedemikian rupa dalam segenggaman tangan, itulah dunia anak-anak sekarang, dunia era HP.
Lalu apa hubungannya Gibran Rakabuming Raka yang anaknya Presiden Jokowi, dengan Gibran Qadaranta yang bukan anak presiden, anak orang biasa? Ya ga ada, kebetulan saja nama depannya sama, kebetulan saja mungkin Jokowi waktu itu terinspirasi dengan Khalil Gibran, dan kebetulan saja saya juga terinspirasi dengan Khalil Gibran, sehingga karya-karya Khalil Gibran, seperti Sang Nabi, Saya-Sayap Patah, Taman Sang Nabi, Taman Guru, Jiwa-Jiwa Yang Retak dan lain sebagainya menjadi koleksi pribadi saya, sampai-sampai nama anak saya saya namakan Gibran, saya ambil sebagian nama Khalil Gibran, ditambah dengan Qadaranta, jadilah anak saya namanya Gibran Qadaranta.
Kembali ke Gibran Rakabuming Raka, yang anaknya Presiden Jokowi, yang telah membuat heboh dengan gayanya yang cuek, walaupun anak seorang presiden, anak orang nomor satu di Indonesia, Gibran tak bergeming dengan jualan martabaknya. Apakah bangsa Indonesia menjadi malu, karena mempunyai presiden yang anaknya jualan martabak? Saya sebagai bagian dari bangsa Indonesia tak merasa malu karenanya, bahkan ini menjadi insprasi bagi generasi muda masa kini, tuh lihat anak presiden saja tak malu jualan martabak, masa kalian yang bukan anak presiden gengsi-gengsian? Tak musim lagi anak muda gengsi-gengsian, bila itu halal, kerjakan! Buat apa kaya raya tapi hasil korupsi? Coba itu lihat nasibnya orang-orang kaya yang sekarang di penjara, ditangkap KPK, karena korupsi, seperti Nazarudin, Angelina dan lain sebagainya.
Jadi biarkan Gibran berjualan atau berbisnis martabak, apa yang salah? Apakah Gibran membuat malu bapaknya yang sekarang menjadi Presiden RI ke 7? Jokowi saja tak malu punya anak yang jualan martabak, padahal Jokowi sekarang seorang Presiden yang punya kekuasaan penuh, yang mempunyai rakyat tak kurang dari 250 juta jiwa. Jadi apa yang salah? Tak ada!
Ayo terus Gibran Rakabuming Raka dan Gibran Qadaranta serta “Gibran-gibran” yang lainnya, untuk terus berjuang selagi muda. Ingat pesan Nabi, jagalah 5 sebelum datang yang 5”
1. Jagalah masa mudamu sebelum datang waktu tuamu,
2. Jagalah masa sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
3. Jagalah masa kayamu sebelum datang masa miskinmu,
4. Jagalah masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
5. Jagalah masa hidupmu sebelum datang kematianmu.”
Tak ada kata menyerah, tak ada kata gengsi, tinggalkan hal-hal yang buruk, berjuang demi masa depan yang lebih baik, nasibmu hai Gibran, ada di tanganmu sendiri, bukan di tangan orang tuamu. Baik buruknya masa depanmu, tergantung pada apa yang sudah kau lakukan hari ini. Teruslah berjuang dan berusaha semaksimal mungkin, setelah itu bertaqwalah kepadaNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H