Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Jokowi Menjadi “Sasaran Tembak”?

3 November 2015   10:31 Diperbarui: 3 November 2015   11:02 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat saja pada acara ILC “ Penegakan Hukum Setahun Jokowi-JK” Oktober 2015 lalu, dari sekian banyak Profesor yang menjadi nara sumber, hanya satu orang Profesor yang “membela” Jokowi, yang lainnya “menyerang” Jokowi dengan kritikan yang membuat telinga panas mendengar atau melihatnya. Salahkah para Profesor yang mengkritisi Jokowi demikian pedas? Tentu saja tidak, mereka tentu punya data-data yang akurat, yang mereka miliki, apa lagi mereka adalah “mbahnya” para ilmuwan dibidangnya masing-masing.

Jadi Jokowi akan terus mendapat serangan lawan politiknya, dan tentu saja akan terus mendapat pembelaan dari teman-teman politiknya, jadi sebenarnya kekuatan itu seimbang, ada yang membela, tapi ada juga yang menyerang, ada yang suka dan ada yang membenci, ada yang mendukung dan ada juga yang berusaha menurunkannya, jadi sebenarnya normal-normal saja, tak ada yang perlu ditakuti. Dan jikapun Jokowi jatuh, bukan mendoakan, Indonesia tidak kiamat. Dan jika Jokowi selamat sampai akhir kekuasaannya, ya memang begitu seharusnya. Segitu aja kok repot, minjam istilah Gus Dur.

 

Moskow, 2 November 2015.

*) Keterangan Gambar: Coba lihat itu, Presiden Jokowi dengan santai berjongkok berdialog dengan Suku Anak dalam, rakyatnya. Jokowi begitu sedarhana, bersahaja, tapi ini pun menjadi bahan "serangan". Sumber: kompas.com.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun