Maka jangan heran ketika masuk ke bilik suara banyak repot dengan jaket, HP dan paspornya masing-masing, karena memang salah satu saratnya adalah membawa identitas masing-masing, dan HP Â serta tas tak diizinkan dibawa ke bilik suara. Â Maka sering terjadi kejadian yang lucu setelah selesai mencoblos di bilik suara. Â Ada kelupaan HPnya, ada yang kelupaan jaketnya, ada yang kelupaan temannya, ada yang kelupaan pintu ke luarnya dan lain sebagainya. Jadi banyak yang lucu-lucu dan membuat tertawa, melihat para pemilih dengan ulahnya masing-masing.
[caption id="attachment_302392" align="aligncenter" width="600" caption="Seorang pemilih sedang memasukan kertas suara disaksikasikan petugas. Foto: Syaripudin Zuhri."]
Langkah -langkah atau prosedur yang perlu dilewati memang cukup sederhana, tapi karena ini pesta lima tahunan ya lumayan, membuat sibuk petugas, dari mulai pendaftaran ( petugas KPPSLN1 dengan pencocokan identitas dengan daftar pemilih tetap, menungggu panggilan( KPPSLN 2,3 dan4) kemudian menghadap ke petugas KPPSLN 5 untuk diperiksa HP dan tas yang harus ditinggal, tak boleh masuk ke bilik suara, kemudian selesai mencoblos memasukan ke kotak suara yang ditunggu petugas KPPSLN 6 dan terakhir pencelupan jari ditunggu petugas KPPSLN7, setelah itu baru keluar dan sah, sudah memilih.
Di luar arena pemungutan suara sudah tersedia mie bakso dan lain-lain. Dan inilah uniknya Pemilu di luar negeri, di arena pemilu ini setelah itu bukan pulang, tapi mereka, para pemilih buat acara sendiri-sendiri, apa lagi kalau bukan acara "kangen-kangenan", karena tempat tinggal masing-masing jauh dari tempat pemungutan suara. Dan kebetulan hari Jumat yang memang biasanya WNI yang muslim sholat Jumatnya di kantor ini, di ruang basemant yang dijadikan mushollah.
Maka walaupun tak ada perhitungan suara hari Jumat lalu, di tempat pemungutan suara tetap ramai. Â Mengapa? Ya itu tadi, arena seperti ini memang sering dijadikan arena non formal untuk kumpul-kumpul sesama perantau di Luar Negeri sesama anak bangsa, sesama WNI. Maka tak ada lagi jarak antara sesama WNI, akrab dan saling canda dengan joke masing-masing. Loh kok bisa? Ya maklum saja, tempat pemungutan suara itu adanya di dalam kantor, jadi walaupun ada zone larangan tak boleh lewat ke dalam arena pemungutan suara bagi yang bukan pemilih atau petugas, ya sering terjadi pelanggaran yang tidak disengaja.
[caption id="attachment_302393" align="aligncenter" width="600" caption="Pemilih sedang action memasukan kertas suara disaksikan petugas KPPSLN 6 di  TPSLN Moskow. Foto; Syaripudin Zuhri."]
Mengapa? Karena arenanya tempat pegawai keluar masuk ke ruang kerja masing-masing, ya tentu saja pegawai Rusia yang memang tak ada urusan dengan Pilegnya Indonesia. Sehingga walaupun misalnya pintu sudah ditutup, masih saja diterobos, sanpai-sampai pintu tersebut diganjel kursi! Coba cari di mana ada pintu kantor sampai diganjel kursi! Namun lucunya, walau sudah diganjel kursi, bila ada orang"gede" lewat, ya silahkan masuk. Itulah kita, peraturan masih mempannya "ke bawah". Kalau sudah ke atas "melempem". Ga di mana-mana, sama saja. Ya maklum saja, mau dikata apa, Â kalau memang faktanya demikian?
Dan yang unik lagi saat pencelupan jari ketinta permanen, entah karena isi botol tintanya yang tidak penuh, entah karena lain hal, seringkali terjadi, waduh kebanyakan, waduh belepotan, waduh...dikit aja! Dan seterusnya, di arena inipun lucu-lucu!
"Akh...ini apa-apaan sih?" Ini yang tak mau kelingkingnya  dicelup.
"Sudah celup aja lima tahun sekali, ga apa-apa!"
"Waduh kutek saya rusak dong" Â ini bagi perempuan yang pakai kutek.