Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Efek Jokowi Sampai Juga Ke Moskow

11 April 2014   17:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 2883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan perolehan Hanura yang kosong alis tak ada satu pemilih yang memilih, maka muncul ungkapan yang menarik "TPS Moskow tak punya hati nurani", karena tega-teganya Hanura diganjar nol, kosong, tanpa suara satu pun. Kalau pakai bahasanya Rhoma Irama" terlalu!" Ya keterlaluan para pemilih di TPS Moskow, karena tak satu pun orang memilih Partai Hanura! Boleh dikatakan" unik", dari 185 suara yang digunakan, tak satu pun orang memilih Partai Hanura, bahkan Hanura kalah telak dengan suara tidak sah, 0:11! Bayangkan... para pemilih di TPS Moskow "lebih suka" atau "lebih senang" suara itu menjadi tidak sah, ketimbang diberikan pada Partai Hanura.

[caption id="attachment_302748" align="aligncenter" width="203" caption="Jokowi efek sampai juga ke Moskow, walau tak sesuai harapan dengan targetnya. Bagiaman nasib Jokowi selanjutnya? Ilstrasi: pewarisnusantara.com"]

13971930092006198433
13971930092006198433
[/caption]

Bayangkan lagi dalam suara yang  tidak sah itu ada berbagai macam tipenya, ada yang surat suaranya tidak dibuka, langsung dicoblos, maka kedua belas partai tersebut tertusuk semuanya, ada yang menusuk tiga gambar partai atau dua partai sekaligus, sehingga ada istilah" pemilih polygami, ada-ada saja! Ada yang kertasnya dibiarkan kosong, loh jadi buat apa datang? Kalau sudah datang, sudah repot-repot antri, masuk ke bilik suara, lalu kertas suaranya dibiarkan kosong, itu kan sama juga "penganting baru', ada pengantinnya, ada pestanya, namun ketika sang pengantin sudah menyiapkan segalannya, eh... dibiarkan begitu saja, tak "dicoblos", kan "mubajir".

Itulah keragaman manusia, di TPS Moskow terlihat itu, dan karena di TPS Moskow juga gambaran masyarakat Indonesia, keberagamannya sangat terlihat. Sehingga dalam perhitungan suara terlihat nyata dan tak jauh berbeda hasilnya dengan perhitungan cepat sementara dalam skala nasional di Indonesia. Hanya bedanya yang masuk tiga besar di TPS Moskow adalah PDIP, Gerindra, dan PKS, sementara dalam skala nasional dalam hitungan sementara tiga besarnya adalah PDIP, Gerindra, dan Golkar.

Dengan demikian ramainya Pileg dalam skala nasional, juga terasa di TPS Moskow, sehingga ketika perhitungan suara tanggal 9 April 2014 itu menjadi ramai dan seru, mengapa? Karena ketika petugas membacakan partai tertentu dan suaranya sah, kalau  yang menyaksikan itu adalah partainya, mereka teriak, kegirangan. Namun kalau yang disebut bukan nama partai "jagoannya"nya, diam. Yang unik bila disebut PDIP, mereka teriak "Simkrasok", apa itu? Itu tempat para TKI atau TKW yang bekerja sebagai pemijat dari Bali, maka tak heran bila PDIP kali ini menang di TPS Moskow karena jumlah TKW dan TKI dari Bali itu jumlahnya ratusan, itu pun tak datang semuanya, kalau datang semuanya suara PDIP di TPS Moskow akan lebih dari ratusan suara. Kali ini di TPS Moskow PDIP menang, karena dalam dua kali pemilu sebelumnya yang menang Partai Demokrat.

Sekarang kita masih menunggu hasil resmi dari KPU, namun biasanya dari pengalaman, hitungan cepat tak jauh bedanya dengan hasil resmi dari KPU. Kita ucapkan "selamat" bagi partai pemenang dan kita ucapkan "selamat" bagi para petugas di TPS mana pun, baik yang berada di dalam negeri maupun yang di luar negeri, mereka semua telah bekerja untuk kebaikan negara ini, Indonesia tercinta. Alhamdulillah Pileg berlangsung dengan damai, tak ada korban yang sampai" bunuh-bunuhan". Rakyat semakin cerdas, sehingga pemilu berjalan lancar dan sukses.

Semoga di Pilpres 9 Juli 2014 pun demikian hendaknya. Jangan lupa Pemilu itu berasaskan LUBER dan Jurdil (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil). dengan keenam asas ini, semoga Indonesia benar-benar menjadi negara yang demokratis, negara yang menghargai perbedaan pendapat. Partai boleh beda warna, simbol partai boleh warna-warni, caleg juga boleh dari kalangan macam-macam, capresnya pun boleh sifat dan dengan waktak yang berbeda, tapi semuanya punya tujuan yang sama, yaitu menggapai Indonesia yang lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera dan menjadi salah satu kekuatan dalam percaturan politik dunia, sehingga Indonesia benar-benar menjadi negara besar, yang bukan hanya dalam jumlah penduduknya, luas pulaunya dan banyak pulaunya, tapi juga besar dalam kualitasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun