Ketiga, gaya koboy Ahok masih belum bisa diterima, apa lagi untuk memimpin Indonesia, wah repot kalau pemimpim gayanya seperti Ahok, bisa-bisa semuanya dilabarak habis. Benar sih, tapi lagi-lagi gaya koboy Ahok masih belum bisa diterima oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Ahok banyak didukung oleh orang-orang yang memang ingin DKI segera dapat diperbaiki, Jakarta Baru memang perlu ditangani oleh orang seperti Ahok, bila tidak Jakarta akan semakin "hancur-hancuran".
Namun untuk Indonesia, dan kita tahu, banyak orang yang sudah ngebet menjadi RI2, karena RI1 sudah di luar jangkaua, dilihat hasil Pileg, maka target diturunkan menjadi RI2. Nah kalau Ahok yang dicawapreskan, maka kesempetan mereka menjadi RI2 pun akan kandas. Apa lagi kalau Jokowi "dikawinkan" untuk kedua kalinya dengan Ahok, bisa jadi satu putaran! Karena memang sudah terlihat hasilnya" Dwi Tunggal" Jokowi-Ahok memimpin Jakarta. Kalau Jokowi bisa meninggalkan Jakarta, mengapa Ahok tidak? Bukankah keduanya punya hak yang sama?
Tapi jangan lupa, gaya Jokowi dan Ahok seperti bertolak belakang. Jokowi masih bisa ngerem kalau marah, sedangkan Ahok remnya los melulu! Jadi yang terjadi, terjadilah. Banyak yang nyesel pilih Ahok menjadi DKI2, disamping banyak yang suka memilh Ahok. Dan yang tak suka pada Ahok tak ingin "jatuh" untuk kedua kalinya. Makanya Ahokpun tak dilirik oleh partai manapun! Partai-partai selain takut suaranya hilang kalau memilih Ahok jadi cawapres, juga takut mereka kena libas Ahok kalau Ahok benar-benar terpilih jadi Cawapres!
Keempat, pimpinan atau pembina partai belum berjiwa besar. Kalau diri sendiri bisa maju, mengapa dikasih orang? Mungkin begitu pikiran mereka, padahal belum tentu mereka dipilih oleh rakyat banyak. Sepak terjang Ahok sudah jelas berpihak pada rakyat banyak, itu sudah terlihat sejak menjadi Bupati di Bangka Belitung, rakyat kecil tahu sekali keberpihakan Ahok pada mereka, makanya Aho tetap dipilihi, walau minoritas. Mungkin rakyatpun berpikir, buat apa yang mayoritas, kalau koruptor. Buat apa pilih yang "sama" kalau hanya mementingkan diri dan golongannya saja? Rakyat sudah cerdas, makanya politik uang sudah tak berlaku. mereka ambil uangnya, tapi tak pilih orangnya!
Memang membuat heran, mengapa kok takut pada Ahok? Ahok tak kelihatan "main uang", bahkan sangat transfaran terhadap penghasilannya, dia buka seterang-terangnya di webnya. Jikapun Ahok marah, bukankah Ahok memarahi yang salah, mendamprat yang menyalahi aturan, menghajar yang main-main? Bukankah ini benar.
Lalu mengapa mereka takut kepada kebenaran yang ditegakkkan Ahok. Bukankah Indonesia ingin menjadi negara maju, negara yang hebat dengan segera, lalu mengapa takut pada Ahok? Benarkah Ahok untuk Indonesia? Mengapa Ahok tak "dilirik" oleh partai-partai untuk dicawapreskan? Aneh, kenapa  takut dipimpin oleh orang seperti Ahok? Mungkin untuk Ahok bukan sekarang, masih ada pemilu di masa depan, dimana capres dan cawapres tidak lagi bergantung pada partai. Mungkin untuk orang seperti Ahok bisa jadi pimpinan setingkat provinsi saja, bukan untuk Indonesia, benarkah demikian? Mari kita bertanya pada Ayam yang berkokok di pagi hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H