Merebaknya virus Corona ke sejumlah negara hingga jatuhnya ribuan korban jiwa membuat masyarakat harus waspada terhadap virus tersebut. Termasuk masyarakat Indonesia. Kewaspadaan tersebut pun berubah menjadi langkanya masker N95. Kekhawatiran penularan virus corona atau COVID-19 menyebabkan permintaan masker di Tanah Air melonjak tinggi. Bahkan apotek dan toko-toko alat kesehatan banyak yang kehabisan stok masker.
Selain meningkatnya kebutuhan atas masker, kelangkaan stok menjadi penyebab tingginya harga masker N95. Masker N95 ini dikenal sebagai repirator udara yang dapat menyaring partikel berbahaya. Terdapat tulisan N95 di masker tesebut dan biasanya masker berwarna putih.
Hal ini pun direspon oleh Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi. Ia mengingatkan, bahwa terdapat sanksi bagi pihak-pihak yang terbukti sengaja menimbun masker. Bahkan, sanksi tersebut bisa berujung pidana.
"Menimbun kemudian tujuannya untuk mengacaukan pasokan, harga, maka dia harus diproses secara hukum," kata Tulus.
Sebelumnya, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) merespons kelangkaan masker di Indonesia. Wakil Ketua BPKN Rolas B Sitinjak mengingatkan pelaku usaha untuk tidak memanfaatkan kekhawatiran atau kepanikan warga atas ancaman penyebaran virus corona. Jangan sampai peritiswa di beberapa negara terjadi di Indonesia, yakni sulitnya mendapatkan masker di pusat-pusat perdagangan.
BPKN memaklumi kemungkinan terjadinya kelangkaan ini akibat di satu sisi ada kepanikan massa yang khawatir dampak dan penyebaran virus corona, dan di sisi lain produsen belum siap menambah produksinya. Agus, dalam konferensi pers, di Hotel Borobudur, Gambir, Jakarta, Selasa, 3 Maret mengingatkan, agar para produsen, distributor hingga penjual tidak memanfaatkan momentum naiknya kebutuhan masker ini untuk menggelembungkan harga ke pembeli.
"Pemerintah mengimbau para produsen masker untuk tidak menaikkan harga (jual) ke luar ke masyarakat. Juga ditunjukkan para distributor dan para penjual," tuturnya.
Kasat Intel Polres Pelabuhan Belawan ini menghimbau, agar para pedagang tidak memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga masker atas maraknya isu wabah virus corona.
"Kami mengimbau kepada para pedagang, untuk menjual masker dengan harga normal. Jangan sampai menjadi permasalahan nantinya, kami akan memantau. Kalau ada penimbunan tentu, akan kami tindak secara tegas," tegasnya.
Langkanya stok masker di Jakarta berimbas pada harga yang melonjak. Karena itulah, YLKI sebutkan kenaikan harga masker memancing kepanikan konsumen di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.
Contoh harga masker N95 kini menyentuh senilai Rp1,6 juta per boks berisi 20 buah. Padahal harga normalnya hanya berkisar Rp195.000 per boks. Meski demikian, pemakaian masker sendiri untuk efisiensi nanti akan disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini untuk menjaga stok masker. Pembagian masker akan diperuntukan bagi warga yang sakit atau yang kontak langsung dengan orang sakit.
Dampak dari kelangkaan masker itu tentu harganya pun melonjak. Karena itu, Dinkes DKI menyarankan orang sehat tidak perlu pakai masker. Stok masker yang dijual di Jakarta juga mulai berkurang karena masyarakat berbondong-bondong membeli masker untuk antisipasi wabah corona yang juga ditemukan di berbagai negara.
Penggunaan masker bagi tenaga medis juga dibutuhkan karena dalam kesehariannya para tenaga medis kerap berinteraksi dengan orang yang sakit. Edy lebih menyarankan masyarakat untuk lebih mengutamakan menjaga kondisi kebugaran tubuh dan kesehatan lingkungannya ketimbang penggunaan masker.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H