Belum lama ini, aktris muda berbakat Maudy Ayunda menerima banyak kritikan warganet. Hal tersebut merupakan buntut gagasan Maudy yang ia sampaikan di Channel YouTube Felicia Tjiasaka. Maudy Ayunda diberi situasi jika ia menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan, apa yang akan ia lakukan?
Secara spontan Maudy menyatakan bahwa  ia akan menghapus soal pilihan ganda, yang dikatakannya akan berpengaruh pada cara mengajar guru, cara belajar siswa, dan cara orang tua memberikan insentif pada anaknya. Maudy melanjutkan, "Kalau assesment-nya itu open ended question dan bukan multiple choice pasti murid juga belajarnya beda, guru juga ngajarnya beda, dan akhirnya yang di-grading itu critical and analyzing dibandingin sama memorization."
Warganet mengomentari bahwa Maudy Ayunda kurang paham betul dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Salah seorang warganet menyarankan Maudy untuk bermain ke sekolah-sekolah negeri terlebih dahulu untuk melihat kondisi nyata tenaga pendidik disana. Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim, bahkan menyinggung Maudy Ayunda yang memiliki privilege bersekolah di sekolah swasta elit dan tidak pernah merasakan sekolah negeri.
Soal Pilihan Ganda Bukan Masalah Besar, Hanya Masalah Teknis
Masalah pendidikan di Indonesia jauh lebih kompleks daripada penghapusan soal pilihan ganda semata. Penghapusan soal pilihan ganda bukanlah masalah besar, soal pilihan ganda dapat mendorong anak untuk berpikir kognitif. Hal yang menjadi masalah adalah jika soal pilihan ganda hanya dibuat sampai level 1.
Soal pilihan ganda dapat dibuat sampai level 4, 5, 6 dan hal tersebut adalah hal yang seharusnya dilakukan untuk mengasah kemampuan kognitif peserta didik. Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan untuk memperoleh makna pengetahuan dari pengalaman dan informasi. Jadi, soal pilihan ganda hanyalah masalah teknis semata.
Kondisi Pendidikan di Indonesia yang Tidak Memungkinkan
Jika dilihat kondisi pendidikan di Indonesia masih belum stabil. Tenaga pendidik jumlahnya kurang memadai. Kenyataannya satu tenaga pendidik bisa diberi tanggung jawab mengajar lebih dari 10 kelas di sekolah negeri. Berbeda dengan pengalaman Maudy Ayunda yang bersekolah di sekolah swasta elit, dimana kesediaan tenaga pendidiknya berbeda dengan tenaga pendidik sekolah negeri. Dapat dilihat pula perbedaan tingkat kesejahteraan antara tenaga pendidik sekolah swasta elit dengan tenaga pendidik sekolah negeri.
Masalah Pendidikan di Indonesia Lebih rumit dari yang Dibayangkan
Hal yang seharusnya patut untuk dijadikan fokus utama masalah pendidikan di Indonesia bukanlah sekadar soal pilihan ganda. Salah satu contoh masalah utama pendidikan di Indonesia adalah angka anak tidak sekolah.. Sekitar 4,1 juta anak berusia 7-18 tahun tidak bersekolah. Anak dan remaja yang berasal dari keluarga miskin, penyandang disabilitas dan mereka yang tinggal di daerah terpencil dan tertinggal di negara ini paling berisiko putus sekolah. Secara geografis, angka anak tidak sekolah (ATS) berkisar dari 1,3 persen di Yogyakarta - daerah yang relatif makmur - hingga 20,7 persen di Papua - provinsi paling timur dan termiskin di Indonesia (Susenas 2020).
Masalah lainnya yaitu tingkat literasi di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO, tingkat literasi di Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Angka tersebut merupakan angka yang sangat memprihatinkan.
Jadi, penghapusan tipe soal pilihan ganda merupakan cara yang kurang efektif untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Masih banyak masalah-masalah lain yang perlu didahulukan fokusnya. Masalah tipe soal pilihan ganda hanyalah masalah teknis semata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H