Mohon tunggu...
Virani Ramadhani
Virani Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hiii, Welcome!

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Sosiologi menurut perspektif George Ritzer

6 September 2022   11:09 Diperbarui: 6 September 2022   11:26 6816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori-teori yang mendukung paradigma fakta sosial tergabung dalam paradigma teori fungsional structural structural, teori konflik, teori system dan teori sosiologi makro. Namun teori yang dominan digunakan oleh para penganut fakta social adalah teori fungsional structural.

  • Berdasarkan teori fungsional structural, masyarakat ialah kesatuan yang di dalamnya memiliki fungsinya masing-masing dan menyatu dalam keseimbangan, jadi bukan pikirannya melainkan fungsinya, maka teori ini lebih mengedepankan social order/ keteraturan sosial dan mengabaikan konflik atau masyarakat bergerak dalam kondisi yang statis dan seimbang. George Ritzer menelaah konsep-konsep utama menurut teori fungsional structural ini berkaitan dengan fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Dan tokoh-tokoh ilmuan yang mendukung teori fungsional structural, antara lain Durkheim, Harbert Parson, R. Merton, dll. Adapun kelemahan dari teori ini yaitu bersifat tertutup terhadap proses terjadinya perubahan social, karena lebih menekankan pada kemapanan struktur social yang sudah formal. Kelemahan lainnya yaitu fungsional structural lebih menekankan pada status quo dan tidak terbuka terhadap hal lain.
  • Selain teori fungsional structural, yang juga digunakan pada paradigma fakta social ialah teori konflik. Teori konflik lahir sebagai kritik atas adanya teori fungsional structural, yang salah satunya dikembangkan oleh Karl Marx. Menurut teori ini, masyarakat berada di ketidakseimbangan yang ditandai dengan pertentangan/ konflik. Konsep utama dalam teori konflik yaitu adanya dominasi, paksaan dan kekuasaan. Kelemahan dalam teori ini yaitu menolak keseimbangan dalam masyarakat dan terlalu menekankan perubahan melalui konflik.

Dokpri
Dokpri

Kedua, Paradigma Definisi Sosial dilandasi oleh pemikiran dari Max Weber mengenai tindakan social. Jika pada paradigma sebelumnya, Durkheim memisahkan antara struktur social dengan institusi social sebagai fenomena yang terjadi di masyarakat, sebaliknya, Weber menganggap antara struktur social dan institusi social sebagai satu kesatuan yang membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna. Tindakan social ini merupakan tindakan individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain, namun jika tindakan individu diarahkan kepada benda mati, maka hal itu tidak dapat disebut sebagai tindakan sosial.

Menurut weber, perkembangan dari tindakan manusia harus mencakup kontribusi dari struktur sosial yang ada pada diri individu, karena tindakan manusia merupakan bagian utama dalam kehidupan sosial. Dan bagi Weber, Sosiologi ialah suatu ilmu yang menafsirkan tindakan sosial, maka dari itu, Sosiologi juga disebut interpretative. Teori-teori pendukung dari paradigm definisi sosial, antara lain: teori aksi, teori interaksi simbolik, fenomenologi dan etnometodologi.

1.   Teori aksi

teori ini dikembangkan atas pemikiran Weber, Durkheim dan Vilfredo Pareto. Weber berpendapat bahwa individu melakukan tindakan berdasarkan pada pengalaman, persepsi dan pemahaman. Weber menelaah bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, artinya tindakan sosial tidak dapat lepas dari interaksi sosial antar individu. Dengan konsep rasionalitas, Weber membagi tindakan sosial menjadi beberapa tindakan, seperti:

  • Tindakan rasionalitas instrumental, tindakan yang memiliki tujuan untuk dicapai yang ditentukan oleh harapan (bersifat rasional dan mudah dipahami)
  • Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan yang di dasari oleh kesadaran yang meyakini adanya nilai penting, seperti etika, estetika, agama dan nilai yang tidak dapat mempengaruhi tingkah laku manusia (tindakannya masih rasional meski tidak serasional tindakan pertama)
  • Tindakan afektif, tindakan yang melibatkan kondisi kejiwaan dan perasaan dari individu yang melakukannya (tindakan ini bersifat spontan)
  • Tindakan tradisional ialah tindakan yang muncul karena kebiasaan, tradisi dan adat istiadat (tindakan ini bersifat sukar dipahami/ tidak rasional)

Setelah teori aksi mulai berkembang, Charles Horton Cooley yang merupakan seorang Sosiolog Amerika membuktikan bahwa suatu hal akan memiliki arti yang penting dalam kehidupan bermasyarakat yang memiliki kesadaran subjektif. Dan membuktikan bahwa yang mendorong manusia untuk berinisiatif ialah ide dan perasaan dari individu tersebut.

Pada teori aksi, ditunjukan satu aktivitas dan proses penghayatan diri individu, kemudian Talkot Person berpendapat bahwa teori perilaku mengabaikan sifat kemanusiaan dan subjektivitas tindakan manusia. Jika setiap tindakan manusia yang muncul dari kesadaran individu diartikan sebagai bentuk subjek, maka setiap tindakan yang dilakukan individu tersebut karena adanya kesadaran untuk bertindak dalam posisinya, diartikan sebagai objek. Jadi, untuk mencapai tujuannya, manusia harus bertindak menggunakan cara, teknik, juga metode yang cocok.

2.  Teori Interasionalisme simbolik

Teori ini hadir karena adanya perspektif baru dari teori aksi. Landasan teori ini yaitu analisi Weber yang memusatkan pada individu terkait dengan hubungan simbolik dan interaksi yang terjadi. Para pengikut interaksi simbolik disebut aliran Chicago. Terdapat enam prinsip dasar dalam teori interaksi simbolik, antara lain:

  • Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk berpikir
  • Kemampuan berpikir terbentuk dari interasi sosial, semakin banyak orang melakukan interaksi sosial maka kemampuan berpikirnya akan terus berkembang.
  • Individu ketika berinteraksi dengan orang lain mempelajari makna dan symbol yang memungkinkan mereka untuk menggunakan kemampuan berpikir dan analisa kita berkembang.
  • Setiap individu dapat memodifikasi makna dan symbol yang mereka gunakan berdasarkan situasi yang sedang dihadapi, artinya kita dapat mengontrol makna dan symbol secara situasional.
  • Setiap individu dapat menentukan setiap tindakan yang diinginkan dari individu dapat menafsirkan situasi. Artinya setiap individu dapat melakukan suatu tindakan yang di dasarkan dari tafsir situasi dan kondisi.
  • Dari interaksi simbolik, individu dapat menciptakan kelompok dan masyarakat.

Kelemahan teori interaksi simbolik ialah mengabaikan pembahasan struktur sosial yang sangat makro, seperti nilai, norma sosial, hukum,institusi sosial dan hanya befokus pada pembahasan interaksi sosial mikro atau hubungan antar individu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun