Malam itu, bintang-bintang berkelip cerah di langit. Hawa dingin yang menyelimutinya seolah menjadi pengingat bahwa malam semakin larut. Dina, seorang gadis remaja yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun, duduk di balkon kamarnya. Ia memandangi bintang-bintang dengan tatapan yang penuh harap. Dina merasa bintang-bintang di atas sana adalah teman setianya, mendengarkan keluh kesahnya dan memberikan secercah harapan dalam gelapnya malam.
Dina adalah anak tunggal dalam keluarganya. Sang ayah bekerja sebagai seorang pelaut yang jarang pulang, sementara ibunya seorang guru yang sibuk dengan pekerjaan dan urusan rumah tangga. Meskipun Dina sangat mencintai keluarganya, ia sering merasa kesepian. Bintang-bintang menjadi tempatnya berlindung dari rasa sepi itu.
Suatu malam, saat Dina sedang memandangi langit, ia mendengar suara pelan dari balik pintu balkon. "Dina, kamu masih di sini?" tanya ibunya dengan lembut.Â
"Ya, Bu. Aku sedang melihat bintang-bintang," jawab Dina.
Ibunya tersenyum dan duduk di samping Dina. "Kamu tahu, bintang-bintang itu seperti Impian kita. Meskipun jauh dan tampak tak tergapai, mereka selalu ada di sana, memberi kita harapan."
Dina menatap ibunya. "Bu, apakah kita bisa memeluk bintang?"Â
Ibunya tertawa kecil sambil mengelus surai sang anak. "Memeluk bintang mungkin tidak bisa secara harfiah, tapi kita bisa memeluk impian kita, berusaha meraihnya dengan segala usaha dan doa."Â
Dina terdiam, merenungi kata-kata ibunya. Malam itu, ia merasa lebih dekat dengan ibunya daripada sebelumnya. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang impian, harapan, dan masa depan.
Hari-hari berlalu, Dina semakin sering berbagi waktu dengan ibunya. Mereka saling mendukung dan menguatkan, terutama ketika ayah Dina harus berlayar lagi untuk waktu yang lama. Dina mulai menyadari bahwa memeluk bintang tidak harus secara fisik, tetapi dengan hati yang penuh cinta dan harapan.
Setiap malam, Dina dan ibunya duduk di balkon, memandangi bintang-bintang. Mereka berbicara tentang impian-impian mereka dan berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain. Bagi Dina, ibunya adalah bintang yang selalu bersinar di hatinya, memberikan cahaya di setiap langkah hidupnya.
Suatu hari, ketika ayah Dina pulang dari pelayarannya yang Panjang, ia membawa kabar baik. "Dina, ada kejutan untukmu," katanya sambil tersenyum.
"Apa itu, Ayah?" tanya Dina penasaran.Â
Ayahnya mengeluarkan sebuah teleskop dari tasnya. "Ayah membelikan ini untukmu. Dengan ini, kamu bisa melihat bintang lebih dekat."Â
Dina sangat gembira. Ia memeluk ayahnya dengan erat. "Terima kasih, Ayah! Ini adalah hadiah terbaik yang pernah aku terima."Â
Malam itu, dengan bantuan ayahnya, Dina memasang teleskop di balkon. Ia melihat bintang-bintang dengan lebih jelas dan detail. Rasanya bintang-bintang itu seperti berada lebih dekat dengannya. Namun, kebahagiaan Dina tidak bertahan lama. Beberapa minggu kemudian, ayahnya harus berlayar lagi, kali ini untuk waktu yang lebih lama. Dina merasa sedih, tetapi ia berusaha tegar. Iat ahu bahwa ayahnya bekerja keras untuk keluarganya.Â
Suatu malam, saat Dina sedang memandangi langit, ia melihat sebuah bintang yang bersinar lebih terang dari yang lain. Ia merasa seolah bintang itu berbicara kepadanya. "Ayahmu baik-baik saja, Dina. Dia merindukanmu dan akan segera pulang," kata bintang itu dalam hatinya. Dina merasa tenang mendengar itu. Ia tahu bahwa bintang-bintang akan selalu ada untuknya, memberikan harapan dan ketenangan. Ia merasa lebih kuat dan bersemangat menjalani hari-harinya.Â
Hari-hari berlalu, Dina menyadari bahwa ia telah memeluk bintang-bintang dengan cara yang berbeda. Ia memeluk bintang melalui cintanya kepada keluarganya, melalui harapan dan doa yang selalu ia panjatkan. Dengan hati yang penuh cinta dan harapan, Dina menatap langit dan tersenyum. Ia tahu bahwa ia tidak pernah sendirian. Selalu ada bintang yang siap untuk dipeluk, selalu ada impian yang siap untuk diraih. Dan yang terpenting, selalu ada keluarga yang siap memberikan cinta dan dukungan tanpa syarat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H