"Apa itu, Ayah?" tanya Dina penasaran.Â
Ayahnya mengeluarkan sebuah teleskop dari tasnya. "Ayah membelikan ini untukmu. Dengan ini, kamu bisa melihat bintang lebih dekat."Â
Dina sangat gembira. Ia memeluk ayahnya dengan erat. "Terima kasih, Ayah! Ini adalah hadiah terbaik yang pernah aku terima."Â
Malam itu, dengan bantuan ayahnya, Dina memasang teleskop di balkon. Ia melihat bintang-bintang dengan lebih jelas dan detail. Rasanya bintang-bintang itu seperti berada lebih dekat dengannya. Namun, kebahagiaan Dina tidak bertahan lama. Beberapa minggu kemudian, ayahnya harus berlayar lagi, kali ini untuk waktu yang lebih lama. Dina merasa sedih, tetapi ia berusaha tegar. Iat ahu bahwa ayahnya bekerja keras untuk keluarganya.Â
Suatu malam, saat Dina sedang memandangi langit, ia melihat sebuah bintang yang bersinar lebih terang dari yang lain. Ia merasa seolah bintang itu berbicara kepadanya. "Ayahmu baik-baik saja, Dina. Dia merindukanmu dan akan segera pulang," kata bintang itu dalam hatinya. Dina merasa tenang mendengar itu. Ia tahu bahwa bintang-bintang akan selalu ada untuknya, memberikan harapan dan ketenangan. Ia merasa lebih kuat dan bersemangat menjalani hari-harinya.Â
Hari-hari berlalu, Dina menyadari bahwa ia telah memeluk bintang-bintang dengan cara yang berbeda. Ia memeluk bintang melalui cintanya kepada keluarganya, melalui harapan dan doa yang selalu ia panjatkan. Dengan hati yang penuh cinta dan harapan, Dina menatap langit dan tersenyum. Ia tahu bahwa ia tidak pernah sendirian. Selalu ada bintang yang siap untuk dipeluk, selalu ada impian yang siap untuk diraih. Dan yang terpenting, selalu ada keluarga yang siap memberikan cinta dan dukungan tanpa syarat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H