Mohon tunggu...
Viqar Chu
Viqar Chu Mohon Tunggu... Buruh - Forester

lahir dari hutan, bermain dalam hutan, belajar kehutanan, beristri seorang yg mengabdikan diri di kehutanan dengan ilmu kehutanannya serta mencari hidup dari hutan dan mengabdikan diri untuk hutan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Permainan Badut Kota

18 Desember 2021   09:14 Diperbarui: 18 Desember 2021   09:20 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sembari menunggu masaknya air untuk merebus mi instan kesukaanku. Salah satu menu spesial itu adalah mi goreng instan. Selalu, setiap kali rasa lapar melandaku.

Berbagai pengalaman dalam bertugas dan berkeluarga telah aku alami dalam beberapa dekade minggu terakhir. Di mulai dari kegiatan perairan yang mengisahkan kebahagiaan dengan parameter lunsum yang didapatkan jauh lebih tinggi dari harapan. 5 hari di perairan sembari menikmati berbagai pengalaman lapangan aku alami. Mulai dari peristiwa naik "bue-bue" (baca ; ayunan bayi) bagi suku tradisional hingga penelusuran pengolahan kayu yang dilakukan oleh oknum dalam jumlah yang besar. Oknum tersebut sampai dengan tulisan ini diturunkan, tak diketahui dimana rimbanya. Keparat emang,,, merusak hutan dengan mengambil kayu dalam jumlah yang besar tanpa memperdulikan lainnya.

Kegiatan perairan kali ini melibatkan sekcam yang secara terang-terangan didatangi formal ke kantor kecamatan. Ini adalah kali pertama kami melakukannya. Berbeda dengan TN lainnya. Kali itu tongak sejarah pertama TN berkolaborasi dengan pemda di mulai. Yang mana sebelumnya sangat bertentangan dengan oknum bupati yang bernama damshit. *jeda sejenank, mie gw udah mateng*

Sebelum nyampe di kantor Balai. Di tengah lautan teluk, dalam sebuah kapal (body) tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Ternyata dari seorang rekan di Balai Penetapan Kawasan Hutan, mengutarakan keinginannya untuk difasilitasi rekan komunitasnya di My Trip My Adventure ke kawasan konservasi. Mereka ingin melakukan syuting program acara My Trip My Adventur di TransTV. Kontan saja, aku langsung berbicara secara profesional untuk dibayar berapa. Katanya "tenang aja" mereka dari kalangan TV kok. Mereka akan lebih profesional.

Sehari bercengkrama dengan anak istri dirumah, harus berangkat lagi mendampingi kru dan host (Cristianus Hutanijaya (producer), Dhea Amanda Azhary (tim kreatif), Nadine Chandrawinata (host), Ricas Harsa (host), Mika Panggabean (Leader Kameramen), Berbadus Eka (kameramen), Junaidi (kameramen drome), dan Indra Prayudi (Asisten Produksi)) menuju kawasan konservasi Taman Nasional. Sebelum berangkat, mereka mendatangi kantor untuk melaporkan administrasi untuk mendapatkan surat izin masuk kawasan konservasi (simaksi).

Tiga hari tiga malam bergulat dengan teman-teman televisi. Banyak pengalaman dan pengetahuan khususnya soal motret dan diving serta tentang Indonesia yang aku dapatkan. Tapi sangat tak sepadan dengan pembayaran jasa mereka ke aku. Belum rejeki, kataku menapik dalam hati maupun dengan obrolan teman-teman sekantor yang ingin tau tetang aktivitas host cantiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun