Riwayatmu (Rokok) kini…
(Apip Paisal Bisri: Ahli sotoylogi dan anti labilogi)
Senin (8/8/2011) sekitar pukul 19.30 WIB pada usia 78 tahun di RS Premier Surabaya, pemilik perusahaan rokok telah meninggal dunia. Kabar tersebut saya dapat di teks news salah satu Stasiun televisi swasta. Dan menurut di media (harian seputar indonesia) bahwa penyebab kematian Budi Sampoerna adalah disebabkan karena CA (Cancer) mulut yang dideritanya kurang lebih selama satu tahun ini. Anehnya, Tak ada kabar besar yang memberitakan meninggalnya pemilik bos rokok ini, padahal kalau ditelusuri jejak sejarah orang ini, saya yakin pasti sebagian besar masyarakat kita akan mengenali nama sosok bos rokok ini.
Memang bukan kewenangan saya untuk bisa mengabarkan informasi, atau setidaknya berita ini bisa tersebar luas kepada masyarakat khususnya masyarakat penikmat rokok. Hanya saja saya ingin agar berita ini bisa menjadikan contoh dan pembenaran kepada setiap orang yang dulu kontra terhadap upaya pengendalian rokok.
Dulu, ketika Budi Sampoerna masih menjadi orang nomor satu di perusahaannya, dia pernah berujar ketika menanggapi desakan para aktivis pengendalian rokok yang mendesak kepada pemerintah untuk melakukan Upaya pengendalian tembakau. Budi sampoerno pada saat itu berkata: "Saya ini perokok , tapi saya gak sakit, Saya sehat sehat saja".
Jika merujuk pernyataan tersebut adalah hal yang wajar saja jika dia berkata tersebut karena ia sendiri memang bukan orang kesehatan. Dalam ilmu kesehatan/ kedokteran penyakit kronik akibat merokok tidak akan muncul dalam hitungan hari saja setelah seseorang merokok, bahkan mungkin juga tidak akan muncul dalam satu bulan atau satu tahun. Penyakit jantung, kanker mulut atau kanker paru-paru (penyakit akibat rokok lainnya),umumnya baru muncul 20-30 tahun kemudian.
Saya yakin diluar itu beliau juga banyak berjasa bagi bangsa ini, pengabdian akan kecintaan terhadap tanah air banyak beliau curahkan salah satunya dalam bidang pendidikan dengan carapemberian beasiswa pendidikan di bawah naungan Yayasan Sampoerna.
Terlebih dari hal itu, ada hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa tersebut. Salah satunya Upaya untuk mengendalikan rokok. Memang hal yang sangat berat jika Negara kita bebas dari rokok, terlebih jika tujuan pengentasan kemiskinan, terbukanya lapangan kerja sebagai pondasi utama alasan pembela penikmat rokok, saya yakinNegara kita untuk bisa terbebas dari rokok adalah hal yang tidak mungkin.
Oleh karena itu isu utama untuk bisa meminimalisir dampak dari rokok adalah Upaya PENGENDALIAN. Karena jika kita belajar dari setiap keburukan yang timbul akibat rokok, maka hal tersebut akan selalu tidak menjadi sebuah komoditi berita yang bakal laku oleh masyarakat, karena konsumen berita di negeri kita masih di dominasi oleh Pecandu rokok dan politik.
Beberapa strategi jitu untuk melakukan Upaya ini seyogyanya sudah bisa dilakukan oleh Negara kita, dan departemen kesehatan sebagai ujung tombak ini harus bisa mengoptimalkan seluruh sektor kepentingan dengan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, bukan hanya sebagai inisiator tapi harus bisa menjelma sebagai eksekutor. Salah satu strategi yang bisa dikembangkan adalah dengan pemanfaatan tembakau sebagai bahan baku bukan rokok yang beberapa manfaatnya bisa dijadikan obat herbal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H